LGBT story - FLAITHRI - Cinta...

By Shireishou

28.9K 4.4K 2.1K

⚠️ WARNING! 18+ Baca dengan bijak Cerita LGBT! Flaithri Putra Ravi : Gue jatuh cinta sama dia. Abang yang n... More

PRAKATA
PROLOG
BAB 1 - Perjumpaan yang Heboh
Bab 2 - Kepanikan yang Melanda
Bab 3 - Antara Dua Hati
Bab 4 - Sahabat dari Sahabat
Bab 5 - Taktik yang Efisien
Bab 6 - Sudah Cukup!
Bab 6 - The Past that Haunt Us
Bab 8 - Jantung yang Lagi Bungee Jumping
Bab 9 - Antara Baper dan Nggak Boleh Baper
Bab 10 - Kejutan yang Mengejutkan Banget (eh)
Bab 11 - Kejujuran yang Dinanti
Bab 12 - Masalah yang Dicari Sendiri
Bab 13 - Malaikat Pelindung Putra
Bab 14 - Teman Sejati
Bab 15 - Dia yang Menghilang
Bab 16 - Kejutan Mendebarkan
Bab 17 - Jawaban Pertanyaan
Bab 18 - Serangan Balasan Aziz!
Bab 19 - Obat Tidur dalam Gelas
Bab 20 - Pembicaraan Berdua
Bab 21 - Kejujuran yang Mengejutkan
Bab 23 - Kejujuran yang Berbahaya
Bab 24 - Kekacauan yang Memuncak
Bab 25 - Pengakuan Sesungguhnya
Bab 26 - Pesan-Pesan Mengerikan
Bab 27 - Hasil Rapat Dosen
Bab 28 - Keputusan Putra
Bab 29 - Perempuan yang Terluka
Bab 30 - TAMAT

Bab 22 - Proses yang Mendebarkan

615 114 54
By Shireishou

Malam itu, Rara sudah terlelap di kamarnya. Tubuhnya begitu lelah karena Mira memintanya mengganti gorden, mengelap semua sudut rumah sampai kinclong! Rara bahkan berpikir bisa berkaca pada ubin dan juga lemari kayu sangking bersihnya.

Belum lagi Mira tampak panik memesan banyak sekali makanan sampai Hanan harus menegurnya agar tidak berlebihan mengingat hanya akan ada dua tamu yang datang.

Sementara itu di kamar utama, Hanan tengah memijit kaki Mira yang terasa panas karena kelelahan.

"Kamu maksain diri banget, sih. Nih, kakinya sampe panas gini. Kecapaian ini, sih!" Hanan memijat perlahan dari telapak kaki naik ke atas.

Mira memiringkan kepalanya sambil menatap kosong ke depan. "Anak kita mau nikah lho, Mas. Cepet banget, ya? Rasanya, baru kemarin dia brojol...."

"Lahir!" potong Hanan cepat.

"Iya, lahir." Mira terkekeh kemudian menarik napas. "Mas yakin mau ngizinin dia? Kita belum kenal siapa cowoknya. Apa dia bener-bener saleh? Apa jangan-jangan Rara kena pelet."

"ASTAGFIRULLAH!"

"ADUUUH!" Mira menjerit. "Sakit, Mas! Nekennya kenceng bener." Wanita itu memutar tubuh dan duduk.

"Ya, kamu bikin kaget!" Hanan beristighfar sekali lagi. "Maaf, sini aku cek kakimu." Pria itu kembali mengecek kaki Mira. "Oh, aman." Hanan mengembuskan napas lega.

"Ya habis, lamaran ini dadakan banget, Mas. Aku sampe syok."

Hanan melanjutkan pijitannya. "Tapi bagus juga, lho! Kapan lagi kamu lihat Rara sebersemangat itu? Sejak Tara nggak ada, dia sempat mengurung diri, pendiam, aku sampai khawatir dia akan bunuh diri juga." Sejenak Hanan menarik napas dan menghentikan gerakannya. "Aku cuma pengin Rara bahagia. Kalau dia bisa bahagia dengan Flai, masa kita harus kembali merebut kebahagiaannya?"

Kali ini Mira menarik kakinya dan bergerak duduk. "Iya. Aku juga hanya berharap Rara berbahagia."

Keduanya bertatapan sejenak.

"Tapi awas aja sampai si Flai nyakitin Rara, aku akan nyuruh mereka cerai!" Mira bicara dengan berapi-api.

"Astagfirullah. Enggak boleh ngomong gitu. Doakan aja pernikahan mereka langgeng dan sakinah, mawadah, warahmah. Oke?"

Mira terdiam sebelum mengangguk. "Makasih udah selalu mengingatkan aku, Mas."

"Kita saling mengingatkan. Kita berjuang bersama untuk menjadi manusia dan orang tua yang lebih baik lagi, ya."

Hanan membelai pipi Mira perlahan dan dibalas dengan anggukan. Satu tahun belakangan mereka berusaha memperbaiki hubungan dengan Allah, dengan pasangan, dan dengan Rara. Hingga kini pun mereka masih berusaha menjadi lebih baik.

💖💖💖

Pagi menjelang, Putra tampak sibuk bersiap-siap. Perutnya terasa melilit. Baru kali ini dia harus buang air besar dua kali dalam satu jam.

"Put, jangan stres. Kalau stres, pas ngelamar terus numpang WC, kan nggak lucu. Perlu yakult?" goda Rafanda sambil tertawa.

Yang digoda hanya memajukan bibirnya sedikit. "Nanti yang ngomong Bunda apa Putra?"

"Ya, kamu lah! Yang mau kawin, eh, nikah siapa?"

Putra langsung mengembuskan napas keras dari mulut. "Ngomongnya langsung aja kayak, 'Saya ingin menikahi Mahira. Bo-lehkah saya ambil, eh, menikahi anaknya?'" Putra terlihat sangat gugup.

Suara tawa Rafanda langsung terdengar nyaring. "Grogi bikin kamu belibet, tuh. Perlu bikin contekan? Macam mau akad."

"Udah ah, ayo berangkat!" Putra mendorong Rafanda untuk menutupi rasa gugupnya.

"Bismillahirohmanirahim. Semoga Allah beri rida dan kelancaran. Aamiin."

💖💖💖

Tak sampai dua jam, Putra dan Rafanda sudah tiba di kediaman Rara dengan mobil. Hanan, Mira, dan Rara, jadi sibuk membantu menurunkan aneka seserahan dari mobil. Sementara Putra lah yang membawa maharnya.

Setelah dipersilakan duduk, Putra meletakkan parsel berisi mahar ke meja. "Bapak, Ibu, hari ini saya dan Ibu saya hendak melamar Rara untuk menikah setelah kami lulus kuliah sebentar lagi."

"Eh, tunggu, Flai." Rara menyadari ada sesuatu yang tidak beres. "Itu udah ada emas batangan dua puluh gram, kok masih ada serendet gelang, kalung, dan anting segala? Enggak salah? Apa ini cuma buat gladi resik aja? Nanti pas nikahan pakai dua puluh gram beneran? Atau kamu mau aku pilih 20 gram berupa emas batangan apa perhiasan?" cerocos Rara tak terbendung.

"Tidak, Rara. Itu tambahan atas persetujuan Bunda." Rafanda menjelaskan. "Karena Bunda merasa beruntung Rara mau menerima pinangan Putra tunggal kesayangan Bunda. Jadi hanya yang terbaik yang bisa Bunda berikan untuk Rara."

Rara mematung ketika Rafanda melanjutkan kata-katanya. "Ini memang sekadar gladi resik penataan mahar. Barangkali ada masukan dari Rara dan keluarga. Nanti saat akad, baru kami bawa ulang. Kalau seserahan, biar Rara yang simpan sekarang tidak apa-apa."

"PAAAK! BUUUU!! Lihaaaat tuuuh... camer aja sampai setuju bangeeeeeeet!" Rara langsung berdiri dan melompat-lompat. Hanan dengan kalem langsung ikut berdiri dan menarik tubuh Rara kembali ke sofa.

Sekejap itu juga Rara lupa dia harus bersikap dingin pada orang tuanya. Dia kembali berdeham dan menjauh dari Hanan. Kadang, Rara merasa lelah belum mampu memaafkan kedua orang tuanya dengan sepenuh hati padahal mereka terlihat sudah sangat berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

"Maafkan kelakuan anak saya. Dia selalu heboh." Hanan tersenyum canggung sementara Mira menepuk dahinya.

"Apa tidak merepotkan maharnya sebanyak itu?" Hanan kembali tersenyum lembut.

Lagi-lagi Rafanda menggeleng. "Yang terbaik patut mendapatkan yang terbaik." Lagi-lagi wanita itu kembali meyakinkan. Putra mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan seperti ini di masa depan. Siapa wanita yang masih tetap mencintai setelah tahu kalau anaknya menyukai sesama jenis? Rara bahkan tidak ragu mendukung dan membantu Putra untuk hijrah. Semua emas itu tidak ada artinya jika Rara atas izin Allah berhasil membuat Putra hijrah sepenuhnya.

"Terima aja, Pak! Lumayan bisa buat DP rumah syariah kelak!"

"Hush! Mas kawin itu disimpen, bukan dijual!" Mata Mira langsung melotot.

Rafanda tertawa sementara Putra mengulum senyum. "Mahar bebas mau dipakai jadi apa saja, kok."

"Tuh, kaaaan! Flai emang terbaeeeek!"

Lagi-lagi Mira hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Jadi, apa mau ditentukan dari sekarang kapan mereka akan menikah?" Hanan mengubah topik.

"Apa pihak keluarga Rara ingin pernikahannya dirayakan?"

"Enggak! Nikah di KUA aja biar gercep sahnya!" balas Rara yang langsung mendapat pelototan kesekian kalinya dari Mira.

"Kami tidak mengharap pesta besar." Hanan menjawab tegas. "Hanya walimah sederhana saja. Paling hanya mengundang tetangga dan saudara dekat. Mungkin hanya seratus orang dari pihak kami."

Putra terlihat cemas memikirkan berapa biaya yang harus dikeluarkannya nanti. Apalagi semua emas tabungannya sudah menjadi mahar. Hanya tersisa sedikit uang di tabungannya.

"Dan soal biaya, biar pihak perempuan yang mengurus. Flai kalau mau menyumbang silakan saja. Tidak pun, bukan masalah."

"F-Flai?" Putra mengerjap kaget.

"Wogh iya.... Aku mengenalin kamu pakai panggilan kesayangan doong!"

Lagi-lagi tawa Rafanda berderai. Ada kelegaan di hatinya. Rara sungguh-sungguh cewek hebat dan gigih. Betapa beruntungnya Putra dicintai cewek seperti ini. Alhamdulillah.

Akhirnya pembicaraan tentang hari pernikahan berlanjut sampai ke wedding organizer segala. Mereka pun salat Zuhur dan makan siang bersama. Sungguh menyenangkan.

Putra yang awalnya tegang, kini berangsur membaik. Rara dan keluarganya ternyata menyambutnya dengan baik.

Rara memang tidak memberitahu tentang orientasi seksualnya pada calon mertuanya. Namun, Putra tahu itu adalah pilihan yang bijak.

Tidak semua orang tua akan semenerima Rafanda jika tahu calon menantunya penyuka sesama jenis. Bisa jadi, mereka akan memyuruh Rara menjauh.

Mungkin egois, tapi Putra sungguh membutuhkan Rara untuk membantunya berhijrah. Dia ingin sekali bisa mencintai Rara seperti Rara mencintainya karena Allah. Apakah itu mungkin?

Selepas makan siang, mereka pun pulang kembali. Sepanjang perjalanan, Putra banyak melamun. Dia bahagia sekali harus takut. Namun, ini sebuah langkah besar yang memang harusnya dirayakan.

Tiba-tiba sosok Aziz terlintas di kepala. Haruskah dia memberi tahu bahwa dia akan segera menikah beberapa bulan ke depan?

🍀🍀🍀🍀

19 Jan 22

Apa kaish tahu apa langsung nikah aja?

Sebenenrya bab 21 dan 22 nib dah beres dr desember. Tp bab 23 nya macet. Ini baru mulai jalan

Semoga bisa kelar, yaaa

Doakaaaaan.....

Masih promo wkakakak. Monggo yang berkenan bacaaaa..... Di app Fizzo.

Continue Reading

You'll Also Like

3K 235 11
Seorang remaja perempuan yg dijadi kan ratu oleh geng terkenal,tetapi ia tidak tahu bahwa kedua abang dan pacar nya termasuk geng terkenal itu! angg...
7.1K 1.2K 20
rub·rik : kepala karangan (ruangan tetap) dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya; novel. mulai; 14 April 2019
167 81 11
Nyaris semua tentang Niro adalah misteri tak terpecahkan. Terlalu banyak kemungkinan; terlalu sedikit kepastian. Bisa jadi cowok itu adalah anak mafi...
2.4M 209K 67
Ini cerita absurd. Kalo nggak mau gila, jangan dibaca ya.