Malaikat Ayah [REVISI]

By Cicipang_

57.4K 5.4K 384

Seorang singel parent yang merawat ke empat anak-anaknya sendirian. Akankah dirinya berhasil menjadi orang tu... More

1 : awal yang baru
3 : soal asmara
4 : kesayangan Ayah
5 : Nana?
6 : rasa yang terbagi
7 : baik dan buruk
8 : egois
9 : jenguk
10 : Ungkap perasaan
11 : rasa yang terpendam
12 : sidang tertunda
13 : kelopak yang rapuh
14 : malam yang menyakitkan
15 : bunga yang layu
16 : penawar hati
17 : kata hati
18: ego yang terkalahkan
19 : seperti mimpi

2 : Tentang Papa dan Ayah

5.1K 450 40
By Cicipang_











🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃











Jaemin tengah sibuk mengurus rumah. Selepas memasak, ia berniat ingin mencuci. Menyalakan mesin cuci, lalu mengambil keranjang pakaian kotor, dan memasukkan semua pakaian itu ke dalam mesin cuci. Setelah selesai dengan urusan mencuci, ia berlanjut menyapu bersih lantai rumahnya.

Yuta berada di kamar sedang istirahat, bersama Shotaro. Anak itu menempel terus pada Ayahnya.

Lagi asyik-asyiknya menikmati waktu santai, setelah menyelesaikan tugas nya. Ada notifikasi masuk di ponselnya.

Dari Renjun.



Jaemin segera masuk ke dalam kamar, bersiap-siap. Selagi memakai pakaian, Jaemin menyempatkan diri untuk mengecek room chat keluarganya.


Lelaki manis itu mematikan ponselnya lalu memasukkannya ke dalam saku, ia sudah siap, ia segera berlari kecil ke arah kamar Ayahnya. Mengetuk-ngetuk, setelah dibuka, Jaemin pamit pada Yuta.

"Hati-hati, ya" Yuta mengecup kening Jaemin, lalu mengusap wajah anaknya itu.

Jaemin mengangguk dan segera berangkat.

Yuta kembali ke dalam kamar, Shotaro terlihat bosan dengan tayangan berita di televisi. Yuta berjalan menghampiri Shotaro yang berada di ranjang, menaiki ranjang lalu menyenderkan tubuhnya pada bantal yang ia tumpuk ke dinding, sebagai tumpuan.

Shotaro merapatkan tubuhnya pada sang ayah. Yuta pun mendengkapnya.

"Ayah, masih inget sama janji ayah, kan?"

Yuta tersenyum, lalu mengangguk. "Tentu saja. Mau mendengarnya?"

"Mau!!" Shotaro berbalik badan menghadap Yuta. Pupil matanya membesar kala Yuta akan menceritakan kisah tentang mamanya.

"Dulu...."










Lelaki tinggi itu tiba di sekolah barunya, begitu besar dengan bangunan yang kokoh berdiri berjejeran. Ia tersenyum, menggendong tasnya di bahu kanannya, lalu berjalan dengan santai menuju ke dalam.

Banyak sorot mata yang memperhatikan bahkan mencibir sosok asing yang tengah tersenyum saat itu.

Yuta, siswa pindahan dari Jepang. Hanya melalui beasiswa, ia dapat bersekolah disini. Sungguh beruntung, tapi keberuntungannya justru akan membuat dirinya sial.

Baru beberapa hari ia bersekolah di sana, Yuta sudah mendapatkan ejekan dari murid-murid lain. Kata mereka, "lihatlah dia, si anak beasiswa." Setelah itu terdengar suara tawa para segerombolan siswa disana.

Yuta tidak ingin membuat masalah di Minggu pertama ia pindah, dia bisa saja langsung menghajar para siswa-siswa itu, tapi mengingat kondisi keluarga di rumah, membuat dia mengurungkan niatnya. Yuta saat itu hanya bisa mengepalkan tangannya.

Beberapa hari selanjutnya, Yuta seperti melihat malaikat yang turun dari surga, dalam hatinya ia berharap kepada orang itu agar menjadi jodohnya.

Winwin, seorang siswa yang baru saja sembuh dari penyakitnya. Dia datang bersama rombongan teman-temannya. Winwin sempat berkontak mata dengan Yuta, merasa asing dengan wajah itu.

Semua para dominan langsung menghampiri Winwin, si primadona sekolah. Seketika teman-teman Winwin menjadi bodyguard dadakan karena aksi para dominan tersebut, sampai-sampai membuat beberapa temannya kewalahan menghadapi sifat agresif para fans Winwin yang ingin menyentuh si Submisif.

Selama hampir dua Minggu, Yuta baru mendapatkan seorang teman kemarin, mereka bertemu di perpustakaan. Namanya Moon Tae il. Taeil, termasuk salah satu fans dari Winwin. Tapi, ia masih bisa mengontrol dirinya agar tidak membuat si manis risih.

Yuta melongo saat Winwin melewati dirinya, aroma parfumnya bahkan tercium sangat jelas. Padahal, jarak mereka cukup jauh di karenakan para dominan itu yang terus mendorong tubuh Yuta yang dirasa menghalangi jalan untuk mendekati si manis.

"Cantik" gumam Yuta.

Taeil berada disebelahnya menyenggolnya, "saya bilang juga apa, dia itu sangat sangat cantik. Bahkan ada yang bilang, Winwin itu definisi sempurna untuk seukuran manusia. Cantik, kaya raya, cerdas, dia juga ikut dalam kontes menari sampai-sampai hampir membawa nama negara. Jika saja saat itu dia tidak berhalangan, pasti saat ini dia tengah berada di luar negeri. Gila, saya salut banget sama dia."

Yuta mendengar semua pujian yang di lontarkan Taeil untuk Winwin. tapi, matanya terus saja memperhatikan punggung Winwin yang semakin menjauh. Taeil tiba-tiba menarik tangan Yuta agar bergegas menuju perpustakaan mengambil beberapa buku yang suruh oleh guru.

Sesampainya di kelas, setelah dari perpustakaan. Yuta terkejut bukan main saat hendak kembali ke bangkunya. Ada Winwin di sana, sedang membaca buku. Dengan perlahan ia menghampiri si manis, ah bukan! Dia hanya ingin duduk di bangkunya.

[Keterangan!!]
[Tata Bangku-bangku disini tersusun seperti kelas yang ada di Indonesia. Satu meja, dua orang.]

Yuta masih berdebar-debar ketika telah duduk di bangkunya, begitu kaku ia mengambil ranselnya dan mengeluarkan buku catatannya.

"Hai" sapa Winwin.

Hanya satu kata mampu membuat Yuta tersentak dan debaran di hatinya bertambah lebih kencang dari pada sebelumnya di buat Winwin. Yuta menoleh, dapat ia lihat kini Winwin tersenyum manis padanya.

Bangku disebelahnya memang sebelumnya kosong saat ia pertama kali masuk, Yuta mengira tidak ada pemilik dari bangku itu. Dan begitu terkejutnya ia saat tahu siapa pemilik bangku tersebut.

"Hai juga"

"Kamu murid baru, ya? Oke, kenalin namaku Winwin." Winwin mengulurkan tangannya pada Yuta.

Yuta membalasnya, berjabat tangan. "Namaku Yuta."

"Salam kenal,"

"Iya,"

Yuta terlalu kaku untuk hal seperti ini. kalau dipikir-pikir kembali, Yuta adalah orang yang paling beruntung yang langsung bisa berbicara pada Winwin dan yang sangat membuat iri adalah Winwin adalah teman sebangkunya.

"Kamu punya catatan, nggak? Aku pengen nyalin, kayaknya aku ketinggalan banyak mata pelajaran deh" keluh Winwin.

Yuta mengangguk kaku, lalu mengambil buku catatannya dan memberikan pada Winwin.

"Terima kasih" ucap lelaki manis itu dengan senyumannya.

Saat itu Yuta berfikir, Winwin adalah orang yang paling ramah setelah Taeil. Dari sekian lamanya Yuta bersekolah disini, hanya mereka berdua yang baru mengajaknya mengobrol. Yuta juga sempat mengira bahwa Winwin termasuk golongan orang sombong dan tidak banyak bicara.

Dari perkenalan singkat itu, Yuta dan Winwin menjadi dekat. Tapi, tidak terlalu dekat. Contohnya saja, Ketika pelajaran di mulai, entah salah satu dari mereka akan mengirim pesan melalui kertas yang di sobek. Mereka dekat secara diam-diam, itu permintaan Winwin sendiri.

Sampai saat itu tiba, Yuta yang hendak ingin keluar gerbang, terhenti ketika melihat Winwin yang di kerubungi oleh lelaki dominan. Mereka menatap Winwin seolah adalah mangsa yang siap untuk di santap, Terlihat sangat jelas Winwin begitu risih dengan itu. Yuta tidak suka dengan tatapan mereka.

Yuta menghampiri mereka. "HENTIKAN!"

Para dominan itu menoleh ke arah Yuta, Winwin sontak terkejut lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengisyaratkan bahwa jangan bermain-main dengan mereka. Tapi, apa Yuta peduli?

"Siapa Lo?"

"Bukannya dia si anak beasiswa itu?"

"Cih, sok-sokan banget. Mau jadi jagoan Lo?"

Salah satu dari mereka mendorong tubuh Yuta, hingga Yuta terhempas kebelakang. Semua menertawakan Yuta.

"Lo semua jangan ada yang berani menyentuh Winwin!"

Semua para dominan itu saling menatap, lalu tertawa. "Dasar bodoh"

"Lo siapa yang ngatur-ngatur kita?"

"Gue Yuta! Kalo sampai kalian berani nyentuh dia, gue nggak akan segan-segan menghajar kalian semua!"

Suara tawa mereka kembali terdengar. "Gue akui Lo orang yang paling berani banget sama kita. Lo nggak tau siapa kita?"

"Nggak! Dan gue ga peduli!"

"Lo lama-lama songong banget, ya. Anjing!"

Yuta menatap tajam ke arah mereka. Bahkan Yuta dapat membaca kode mereka untuk segera menyerang Yuta. Dengan sigap Yuta menahan semua serangan.

Tapi, ia tidak bisa bertahan terlalu lama, bayangkan saja empat lawan satu. Yuta kewalahan menghadapi mereka semua dengan tangan kosong.

Para sebagian siswa menonton aksi baku hantam itu dengan heboh.

Lelaki berkulit Tan itu memukul perut Yuta, membuat Yuta tidak bisa lagi bertahan atas keempat serangan yang ia terima. Perut adalah titik lemahnya, karena di dalam sana terdapat sesuatu yang bagi siapa saja melihatnya akan merasa jijik. Yuta terkapar tak berdaya, ke empat orang itu masih mengajarnya.

Ketika dirasa lawannya tak berdaya, mereka menyudahinya. Lalu menatap remeh pada Yuta.

Mereka tidak tahu saja, Yuta tengah menyusun rencana selanjutnya. Yuta dengan cepat bangkit, dan langsung memukuli mereka hingga oleng.

Jika sudah seperti itu, Yuta menarik lengan Winwin dan kabur dari sana.










"Aw shh pelan-pelan! Itu sakit!"

"Jangan bergerak ih! Aku pukul nanti lukanya baru tau rasa!" Omel lelaki manis yang tengah menempelkan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol itu pada luka Yuta.

"Ini perih tau!"

"Iya tau! Makanya diem! Shttt" jari telunjuk Winwin berada di bibir Yuta.

Yuta terdiam. Dan hanya menatap Winwin, jantungnya berdebar-debar lagi karena jarak mereka yang begitu dekat. Bahkan Yuta sampai menahan nafasnya ketika Winwin mengobati bibirnya yang sobek akibat pukulan para lelaki dominan tadi.

"Kenapa sih kamu nolongin aku?"

"Saya tau kamu risih sama mereka,"

"Kok bisa tau? Emang kamu bisa baca pikiran aku? Kamu cenayang, ya?"

Yuta mengulum senyumnya, menahan rasa gemasnya. "Bukan itu, saya bisa liat dari sini fyuuhh~" Yuta meniup wajah Winwin. Membuat lelaki manis itu menutup matanya, reflek tersentak.

"Kok malah niup-niup? Emang aku lilin apa?"

Sungguh, kalau saja ini bukan di tempat umum, Yuta akan mencium orang ini sekarang juga. Memangnya dia berani?

Terkekeh pelan, lalu mengacak rambut Winwin. "Saya bisa liat dari mata kamu. Mata indah ini menyorot takut pada mereka. Jadi sebagai Raja yang berani, pangerannya harus selalu aman di dalam perlindungan sang Raja." Bisik Yuta.

"Rasanya kamu lagi ceritain dongeng ke aku, hahaha~"

"Emang, kan kamu bayi." Yuta mencubit pipi Winwin, membuat lelaki manis itu tersipu.

Karena tidak ingin terlihat salah tingkah, Winwin pura-pura cemberut. "Ih! Aku udah gede!"

"Bayi!" Yuta mengejek sambil menjulurkan lidahnya.

"Ihh rasain, nih!" Winwin mencubit-cubit badan Yuta, hingga Yuta merasa sakit plus geli.

Keduanya tertawa bahagia.

Setelah kejadian itu, Yuta dan Winwin memberanikan diri untuk menunjukkan kedekatan mereka di depan semua murid. Jika sebelumnya mereka bertemu diam-diam di belakang sekolah, maka sekarang tidak!. Ucapkan selamat tinggal pada belakang sekolah yang sudah menjadi saksi bisu diantara mereka berdua.

Winwin bahkan sering mengunjungi rumah Yuta, entah membantu pekerjaan atau mengobrol dengan orang tua Yuta. Yuta hanyalah seorang anak dari petani. Maka dari itu, Winwin dengan segala kemurahan hatinya, membantu keluarga tersebut.

Lelaki manis itu penasaran dengan sosok Yuta. Ia terus bertanya apa saja pada lelaki berdarah Jepang itu. Membuat mereka semakin dekat dan hingga Winwin sendiri mempunyai perasaan lebih kepada Yuta.

Maka disinilah letak permasalahannya dimulai.

Singkat cerita, mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih. Menjalin hubungan sampai tiga tahun lamanya, tidak mudah untuk mempertahankan hubungan selama itu, Winwin dengan sifat labilnya sempat meminta putus tapi Yuta berhasil membujuknya dan berakhir mereka sampai ke hubungan yang lebih serius. Yuta berencana ingin melamar Winwin.

Yuta sempat merasa minder, dia hanyalah seorang anak dari petani, dan ingin melamar Winwin yang kekayaannya tidak akan habis sampai tujuh turunan. Akan tetapi, Winwin berusaha untuk berusaha menyakinkan Yuta.

Hingga saat itu, Yuta ingin mendapatkan restu dari kedua orang tua Winwin untuk melamar anak bungsu keluarganya. Tapi apa yang ia dapat?

Tidak ada, dia diusir dengan cara tidak etis. Seketika hati Yuta saat itu sangat sakit, rasanya ia malu menunjukkan wajahnya pada orang tua Winwin. Dia sadar, dia bukan apa-apa dibandingkan dengan Winwin.

Perkataan yang tidak akan di lupakan olehnya adalah..

"KAMU TIDAK BERHAK MENDAPATKAN RESTU KAMI, KAMU TIDAK PANTAS UNTUK MENIKAHI WINWIN! PUNYA APA KAMU SAMPAI-SAMPAI BERANI UNTUK MENIKAHI PUTRA KESAYANGAN KELUARGA INI, HAH!? SADARLAH, KAMU ITU MISKIN!"





Yuta sakit hati, tapi perkataan mereka benar. Setidaknya jika tidak merestui, kan bisa menolaknya dengan cara yang baik dan sopan. Sejak saat itu, Yuta benci dengan orang-orang kaya, yang hanya bisa menjatuhkan sesuka hatinya.

Winwin menangis selama dua hari, ia dilarang keluar rumah. Ia ingin sekali bertemu dengan sang kekasih. Sampai ia membuat tekad untuk melarikan diri dari rumahnya. Baginya, kebahagiaannya sekarang ada bersama lelaki dengan pemilik senyum termanis itu.

Yuta selalu menghindar saat Winwin mendekatinya. Berusaha untuk tidak menatap wajahnya atau bahkan untuk tidak mengobrol dengannya. Winwin sampai-sampai menginap di rumah kecil itu. Dua Minggu tidak bertegur sapa, akhirnya Yuta mengalah pada egonya, Winwin tidak salah disini, tapi tetap saja sakit hatinya lebih mendominasi.

"Mau jalan-jalan gak sama saya?" Tanya Yuta.

Winwin yang tengah memotong kukunya sontak terkejut mendapati Yuta yang berdiri di hadapannya. "MAU! tunggu sebentar ya, sayang!" Cepat-cepat Winwin membereskan semuanya.

Yuta tersenyum tipis.











"Aku kabur dari rumah." Ucap Winwin seraya menendang kerikil jalanan. Lelaki manis itu memainkan ujung bajunya.

Yuta hanya diam, matanya tidak lepas dari Winwin, ia terus menatapnya hingga Winwin salah tingkah dibuatnya.

"Aku marah banget sama orang tua aku, mereka seharusnya nggak ngomong gitu dihadapan kamu. Pokoknya aku marah banget!"

Terkekeh geli melihat tingkah gemas Winwin saat tengah --yang katanya marah-- itu. Yuta mengusap punggung tangan Winwin. "Mereka enggak salah, seharusnya aku-"

"Kamu diem! Aku nggak nyuruh kamu ngomong, biarin aku ngomong dulu."

Yuta diam, menuruti kemauan sang kekasih yang tengah mengeluarkan semua uneg-unegnya, dari pada ia harus melihat Winwin yang bertambah merajuk karenanya.

"Kita bakal nikah!"

Sontak saja Yuta terkejut, bola matanya terbelalak. "Hah?"

"Aku bilang, kita bakal nikah! Bodoh amat sama restu orang tua aku. Itu nggak perlu, pokoknya kita bakal nikah."

"Tapi-"

"Nggak ada tapi-tapian! Kita bakal nikah titik!"

Yuta menangkup wajah lelaki manis nya itu. Wajahnya kini saling berhadapan, menatap satu sama lain. "Dengarkan saya, restu orang tua itu sangat diperlukan, sayang. kalau nggak, nanti akan terjadi sesuatu pada hubungan rumah tangga kita. Dan soal perkataan orang tuamu, sejujurnya itu membuat hati saya sakit. Tapi, yang mereka katakan benar, ssya tidak punya apa-apa untuk meminangmu. Mau di kasih makan apa kamu kalau hidup sama saya?"

"Tapi, aku bahagia bersamamu. Makan atau enggaknya nanti, asal bersamamu aku sanggup. Aku sungguh akan meninggalkan semuanya demi kamu," Winwin menangis, lelaki manis itu tertunduk, malu jika wajahnya dilihat oleh Yuta. "Aku sangat mencintaimu, Na Yuta."

Yuta tidak sanggup membalas perkataan Winwin lagi, ia memeluk kekasihnya dengan hati yang sangat bahagia terselip rasa cemas.

"Aku juga sangat mencintaimu." Bisiknya.











Akhirnya keduanya pun melangsungkan pernikahan. tidak mewah, namun cukup membuat semua orang yang hadir turut bersuka cita. Pernikahan mewah yang di idam-idamkan oleh Winwin hanyalah sebuah angan-angannya saja, tapi ia merasa ini saja sudah cukup untuknya, asalkan dengan orang yang ia cintai.









"Lalu setelah itu, Ayah punya kak Xiaojun, kak Renjun dan kak Jaemin, lalu menyusul Shotaro. Hidup ayah sungguh sangat beruntung dari dulu sampai sekarang. Ayah Mendapatkan semua kebahagiaan ini. Dan Ceritanya selesai"

"Woah! Berakhir bahagia!" pekiknya senang.

"Iya, dong! Apalagi setelah Shotaro hadir, kebahagiaan Ayah bertambah besar."

"Tapi Ayah," wajah Shotaro murung, lalu ia memainkan ujung kerah baju Ayahnya.

"Kenapa, nak?"

"Kalau Shotaro membawa kebahagiaan, terus kenapa kak Xiaojun nggak seneng liat aku?"
















Yuta harus jawab bagaimana?




🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃

Hai hai hai!
Masih nunggu cerita ini, ya?

Gimana chapter ini?
Komen sebanyak-banyaknya!

Continue Reading

You'll Also Like

419K 1.2K 11
Area 21+++, yang bocah dilarang baca. Dosa tanggung sendiri yap. Jangan direport, kalau gasuka skip.
807K 13.4K 21
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
175K 12.5K 27
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...
429K 589 4
21+