Malaikat Ayah [REVISI]

By Cicipang_

57.4K 5.4K 384

Seorang singel parent yang merawat ke empat anak-anaknya sendirian. Akankah dirinya berhasil menjadi orang tu... More

2 : Tentang Papa dan Ayah
3 : soal asmara
4 : kesayangan Ayah
5 : Nana?
6 : rasa yang terbagi
7 : baik dan buruk
8 : egois
9 : jenguk
10 : Ungkap perasaan
11 : rasa yang terpendam
12 : sidang tertunda
13 : kelopak yang rapuh
14 : malam yang menyakitkan
15 : bunga yang layu
16 : penawar hati
17 : kata hati
18: ego yang terkalahkan
19 : seperti mimpi

1 : awal yang baru

10.8K 589 78
By Cicipang_

2006 November 25

Seorang pria tengah kalang kabut, berteriak minta tolong pada orang-orang yang melintasi jalan gang di kawasan rumahnya. Tak ada yang memperdulikan Pria yang akan menjadi ayah untuk kesekian kalinya itu. Suami cantiknya sedang mengandung, sepertinya ia akan melahirkan. Sang suami tercintanya itu pingsan setelah melihat air ketubannya pecah, entah mungkin karena syok.

Sebut saja nama Pria itu Yuta, dan suaminya biasanya dipanggil winwin. Yuta ingin membawa Winwin ke rumah sakit, tapi apalah dia hanya punya sebuah sepeda tua yang terparkir di halamannya. Sungguh konyol ia jika berpikir bahwa ia akan membawa Winwin naik sepeda dengan keadaannya yang seperti ini.

Terdengar suara tangisan beberapa anak dari arah belakang Pria itu. Itu adalah anak mereka, si sulung bernama Xiaojun, dan si kembar non-identik yang di beri nama Jaemin dan Renjun.

Yuta kini tengah berada di halaman, dengan Winwin yang masih setia di pelukannya. Yuta tidak tahu harus berbuat seperti apa, ia sungguh kebingungan. Yuta hanya berharap ada seseorang yang dapat membantunya saat ini.

Jarak Rumah sakit dari rumah mereka terbilang cukup jauh. Jangankan memesan taksi, makan saja mereka susah.

"Ku mohon, sayang~ bertahanlah sedikit lagi." Ucap pria itu lirih. Berusaha untuk tidak menangis.

Xiaojun selaku anak pertama, langsung mencari bantuan dari tetangga dan beberapa orang yang lewat. Sedangkan Jaemin sedari tadi hanya menangis, tadi itu suara dia. Dan Renjun tengah merangkul sambil menepuk-nepuk pelan kepala adiknya itu.

"Papa~ hiks.."

"Cup~ cup~ cup~tenanglah adikku."

Beralih ke si sulung, Xiaojun mendatangi satu persatu tetangganya tapi hasilnya nihil. Gerbang mereka tidak ada yang terbuka. Ia cemas dan bingung harus bagaimana lagi, ibunya sedang membutuhkan pertolongan, anak itu mengigit bibirnya lalu mengusap air matanya. Xiaojun terus berdoa dan ia hampir saja menyerah sampai ia menemukan orang baik itu.

Seorang Pria yang sepertinya seumuran dengan ayahnya. Dengan cepat ia memberitahukan pada pria itu tentang keadaan papanya.

Pria itu mengangguk lalu menarik tangan xiaojun untuk menunjukkan rumahnya. Pria itu terkejut setelah sampai di rumah Xiaojun. Ia pun segera berlari ke arah dua orang dewasa tersebut dan langsung membantu mengangkat tubuh ibu dari anak kecil itu ke dalam mobilnya.

Keadaan dalam mobil itu seketika berubah ricuh. Bagaimana paniknya Pria yang lainnya yang merupakan pasangan dari Pria baik tadi, hanya suaranya yang terdengar sehingga membuat seisi mobil semakin panik.

Sesampainya di rumah sakit, Yuta berteriak memanggil dokter. Biarlah orang-orang menatapnya heran, saat ini yang terpenting adalah kondisi suaminya.




















Yuta akan selalu mengingat kata dokter.

"Maaf sebelumnya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, anak anda lahir dengan selamat, namun.."

Senyum Yuta terbit mendengar berita baik ini namun kata selanjutnya..

Sambung dokter. "Nyawa suami anda tidak tertolong. Maaf,"

Dengan berat hati Yuta melunturkan senyumannya. Harapannya kini rubuh secara perlahan.

Entah dia harus bahagia atau harus sedih. Perasaannya campur aduk. Matanya berkaca-kaca dan menjambak rambutnya sendiri lalu mengigit bibirnya kuat.

Xiaojun menangis meraung-raung, dua adiknya kebingungan dengan apa yang terjadi tapi Jaemin semakin menangis melihat kakaknya menangis.

Pria baik itu kita sebut saja namanya Johnny dan pasangannya yang cerewet itu bernama Chitta. Johnny memeluk Yuta, menyalurkan kekuatan pada Pria yang dikatakan baru ia kenal. Kedua pasangan itu mempunyai anak bernama Hendery dan Haechan.

Kedua anak itu hanya berdiri di pojok dan menatap iba ke arah Pria dewasa yang tengah di peluk ayahnya dan para anak-anaknya itu. Chitta memeluk ketiga anak malang itu.

"Kalian anak yang hebat. Selalu ingat itu." Hanya Renjun yang menanggapinya dengan anggukan.

Renjun melepaskan diri dari pelukan Chitta, dan berjalan menuju pintu UGD, berjinjit ke kaca mencari celah agar bisa melihat ke dalam. Betapa beruntungnya ia mendapati pintu itu terbuka sedikit dan ia langsung menyelinap masuk tanpa di ketahui siapapun.

Hal pertama yang ia lihat, papanya terbaring lemah, dan beberapa orang mengelilingi papanya. Dan ia dapat mendengar suara tangisan bayi.

"Itu pasti adik kecil yang diperut papa!" Pekiknya senang.

Kesenangan itu berakhir ketika ia ketahuan berada di dalam ruangan itu, seseorang melihatnya lalu mengusirnya. Tidak lama dari situ, Renjun melihat wajah papanya yang ditutupi kain putih dan dibawa orang-orang itu ke dalam suatu ruangan.

"Papa~ papa~ Ayah! Papa mau di bawa kemana?" Renjun hendak berlari mengejarnya tapi di tahan oleh Yuta.

"Jangan, sayang"

"Ayah, papa dibawa sama mereka. Kita ambil- eh? Ayah kenapa menangis?"

Yuta memegangi kedua pundak mungil Renjun, menatap wajah anaknya. "Papa kalian lagi bobok..boboknya lama" setelah itu Yuta kembali menangis dengan memeluk tubuh mungil Renjun.




⏳⏳ MALAIKAT AYAH ⏳⏳




Sebelas tahun kemudian.

"Ayah! Taro juara lomba menari di sekolah!" Pekik seorang anak berumur 11 tahun itu. Perkenalkan namanya adalah Shotaro, yang lebih akrab disapa dengan Taro.

Waktu berlalu begitu cepat, anak-anak Yuta tumbuh bersama. Di rumah yang sederhana ini, banyak hal yang berubah ketika ratu mereka meninggalkan semuanya. Yuta semakin memperbanyak mencari pekerjaan, apapun bisa dia kerjakan demi uang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Xiaojun tumbuh menjadi orang yang dingin padahal sebelumnya ia adalah anak yang hangat kepada semua orang. Anak itu baru saja lulus dari sekolah menengah atas, lalu ia langsung mencari pekerjaan.

Jaemin dan Renjun, tengah menempuh pendidikan mereka di asrama khusus laki-laki. Renjun tinggal di kamar asrama tapi Jaemin memilih tinggal bersama keluarganya di rumah. Pihak asrama sudah mengijinkan dan memaklumi dengan kondisi keluarga Jaemin. Jika tidak ada Jaemin, siapa yang akan mengurus rumah? Mengurus ayah dan mengurus si bungsu.

Shotaro masih dini untuk pekerjaan rumah, tapi ia tidak segan untuk membantu Jaemin mengurus rumah. Mereka berdua persis seperti papanya. Jika Jaemin mirip dengan Winwin, maka Renjun mirip dengan Yuta. Yuta mempunyai minat pada melukis, hal itu turun pada Renjun. Setiap harinya Renjun akan berada di kamar asramanya hanya untuk melukis pesanan pelanggannya. Renjun mendapatkan uang dari hasil keringatnya sendiri, jika lebih ia akan memberikan pada ayahnya untuk membantu perekonomian keluarga.

Begitu sederhana keluarga Na ini, Yuta begitu bangga memiliki ke empatnya. Tapi, ia sedikit kecewa dengan perlakuan si sulung terhadap si bungsu. Setelah kejadian itu, Xiaojun terus menyalahkan Shotaro karena dialah alasan kepergian papa kesayangannya. Xiaojun masih baik pada si kembar tapi tidak seperti dulu lagi. Yuta merutuki sifat egois dan keras kepalanya, Xiaojun benar-benar mirip dengannya.

Yuta yang baru saja pulang dari pekerjaannya, langsung disuguhi pekikan si bungsu yang terlihat bahagia dengan prestasinya. Shotaro punya bakat menari, anak itu begitu lincah dan percaya diri jika dirinya berada di atas panggung.

"Anak Ayah hebat, Shotaro pengen sesuatu? Ayah bakal beliin buat kamu sebagai hadiah."

Shotaro makin senang, memeluk ayahnya dengan erat. "Shotaro pengen sesuatu" ucapnya pelan di pelukan Yuta.

"Bilang aja, nak. Apapun itu, Ayah bakal usahain buat bikin kamu seneng." Yuta mengelus surai Shotaro yang sangat halus seperti Winwin. Ia jadi merindukan sosok tersebut mengingat hanya dialah alasan mengapa ia bertahan sampai saat ini.

Shotaro menggeleng, ia melepaskan pelukannya lalu menatap wajah ayahnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "Taro ingin liat papa"

Perkataan Shotaro membuat nafas Yuta tercekat, sudah ia duga Shotaro akan mengatakan hal itu. Harus apa dia sekarang?

"Ayah kenapa diem aja?"

Yuta mengangguk yakin, mungkin sudah saatnya ia memberitahukan pada Shotaro tentang Winwin.

"Ayah bakal ngajak kamu bertemu sama papa. tapi, sebelum itu, Ayah ingin menceritakan sedikit kisah tentang papamu."

Shotaro mengangguk cepat dengan senyumannya yang lebar. "Ayo cerita! Cerita!"

Baru saja Yuta ingin membuka mulutnya, tiba-tiba terdengar suara lain dari arah dapur. "TARO! AYO MAKAN DULU!" Itu adalah suara Jaemin.

Si bungsu cemberut, lihatlah bagaimana ia mengerucutkan bibirnya. "Ih kak Jaemin! Gangguin aja!"

Yuta terkekeh lalu menggendong Shotaro dan berjalan ke arah dapur. "Tenang, sayang. Ayah bakal cerita nanti."

"Janji?" Shotaro mengangkat jari kelingkingnya. Yuta mengangguk lalu menautkan kelingking miliknya pada kelingking mungil milik Shotaro.

"Ayah janji."

"Loh? Ayah udah pulang? Cepet banget, tumben?"

"Ayah belum dapat pekerjaan lainnya." Yuta berbicara menggunakan bahasa Jepang, hal itu membuat Jaemin paham karena hanya dialah yang mengerti dan ia juga paham, Yuta sengaja menggunakan bahasa Jepang karena tidak ingin pembahasan ini di ketahui oleh siapapun terlebih lagi si bungsu.

"Ya udah, sekarang waktunya Ayah istirahat. Ayah sudah cukup bekerja hari ini. Biar aku aja yang bekerja. Ayah harus jaga kesehatan, mengerti?"

"Dasar kamu ini, wajah aja kayak Ayah tapi sifatnya cerewet kayak papamu." Yuta mencubit gemas hidung Jaemin.

Keduanya tertawa.

🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃


"Please banget, ya! Lo bakal seperti ini terus? Gue aja muak sama apa yang Lo kerjain."

Itu suara lelaki berkulit Tan manis, sahabat Renjun dan Jaemin. Siapa lagi kalau bukan Haechan.

Lelaki manis itu sedang mengomeli Renjun yang seharian ini berada di kamarnya. Iya, kalau kamarnya rapih, kalau berantakan seperti ini? Dia juga yang harus membersihkannya. Seperti taruhan beberapa Minggu lalu, ia kalah dari Renjun saat bermain gunting, batu, kertas. Taruhannya adalah jika Renjun menang, Haechan akan membersihkan kamarnya jika berantakan selama sebulan penuh. Dan jika Haechan yang menang, Renjun harus melakukan apa yang Haechan suruh terhadapnya selama sebulan.

Renjun berdecak, menatap malas ke arah Haechan yang masih mengomelinya sembari membersihkan kamar miliknya. Ia sendiri juga muak dengan semua omelan lelaki itu. Jika bukan karena ia butuh uang, Maka saat ini dia akan berjalan-jalan entah kemana. Ini bukan kemauannya, keadaan lah yang memaksanya untuk seperti ini. "Lo nggak tau apa-apa. Udah diem aja, mending Lo beresin kamar gue."

Haechan mengumpat, "gue tau kok Lo lagi butuh uang, tapi jangan sampe kayak gini. Mikir juga kesehatan Lo, Lo pikir gue nggak khawatir?"

Renjun diam sambil melanjutkan lukisannya.

Haechan menyudahi aktivitasnya, lalu duduk di sebelah Renjun. "Lo punya gue, gue bisa kok ngasih Lo uang. Dan gue ngga bakal hitung itu sebagai hutang. Serius, gue beneran khawatir."

"Cukup ya, Chan! Gue capek. Gue nggak mau marahan lagi sama Lo. Cukup ngertiin gue aja! Nggak perlu ngatur-ngatur gue!"

Haechan menghela nafasnya, "maafin gue, gue nggak bermaksud kayak gitu, gue cuma peduli sama kesehatan Lo aja. Gue ngerti Lo butuh uang, tapi jangan sampai memaksakan diri kayak gini. Kalau misalnya Lo ada hal terdesak dan lagi bener-bener butuh uang, gue bisa bantu. Please~ dengerin gue kali ini aja." Memegang tangan Renjun.

Renjun menoleh, menatap mata hazel milik Haechan, betapa tulusnya saat melihat sorot mata itu. Ucapan Haechan tidaklah salah, Renjun memang hanya terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja tanpa memperdulikan waktu bersama sahabatnya. Renjun merasa bersalah. "Maaf"

Haechan memeluk Renjun, "kalau butuh apa-apa, bilang aja. Gue usahain bakal bantu sebisanya, ini berlaku juga pada keluarga Lo. Ingetkan? Gue sama Lo itu udah temenan lama dari kecil, jadi jangan sungkan."

Renjun merasa beruntung bertemu dengan keluarga Haechan. Dia sangat berhutang budi pada keluarga tersebut yang telah membantu keluarganya di dalam masa-masa sulitnya.



🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃




"Dejun, bersiaplah ke atas panggung."

Orang yang di panggil dengan sebutan 'Dejun' itu menoleh, lalu beranjak dari tempatnya menuju panggung kecil. Orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Xiaojun. Jika di rumah dia dipanggil dengan nama aslinya. maka di luar rumah, ia akan mengganti namanya menjadi 'Dejun'. Nama itu juga digunakan sebagai nama panggungnya.

Xiaojun bekerja di sebuah Cafe kecil, ia mendapatkan pekerjaan ini karena dibantu oleh Hendery. Cafe ini milik sepupu Hendery. Mereka berdua menjadi partner dalam bekerja. Xiaojun menjadi penyanyinya, dan Hendery lah yang menjadi musiknya. Berbagai macam alat musik yang bisa Hendery gunakan, seperti gitar, drum, dan lain-lain. Tapi, yang sering digunakan oleh Hendery hanya gitar.

Hendery tidak bisa terlalu lama berada di cafe, karena dia harus berangkat kuliah. Maka dari itu, setiap malam Hendery akan mendatangi rumah Xiaojun dan memberikan les gitar secara privat dan itu pun gratis. Bayarannya paling hanya dengan menyuguhkan segelas air putih dan beberapa cemilan yang di bawa langsung oleh Henderynya sendiri.

Xiaojun meminta Hendery untuk mengajarinya bermain gitar, agar saat tampil dan Hendery tidak bisa ikut, maka dia bisa memainkan gitar sendiri sembari bernyanyi. Xiaojun sangat mengharapkan itu terjadi.

Lelaki manis itu tidak tahu saja, Hendery kurang suka dengan harapannya. Bukan apa-apa, tapi Hendery lebih menyukai dimana dia yang memainkan gitar lalu di sebelahnya ada xiaojun yang bernyanyi.

"Selamat malam semuanya~" ucapnya setelah duduk di bangku, lalu ia mengetes mic yang berada di tangannya.

Suara ricuh para pengunjung dan beberapa fansnya, menyambut kedatangan sang artis malam ini.

"Apa kabar kalian semua? Kuharap semuanya baik-baik saja, baiklah.. sekarang, aku akan membawakan sebuah lagu teruntuk khusus kepada para orang-orang yang kurang percaya diri."

"Ok, one, two, three.." ketika suara petikan jari Xiaojun terdengar, maka saat itu juga intro lagunya pun di mulai.

"You're the most important person in your life
So be yourself, be beautiful

Geu nugungaui saleul dalgi wihae
Godanhan harul bonaetdeon geudae
Jami deul ttae haengbokaji antamyeon
Moduga baran kkumeul jjochabwado
An manneun otcheoreom jakku deo jagajyeo
Nae tasin geoya igeoppunirago
Pogihaji marayo

Bami omyeon bicheul naeneun byeoldeuldo
Noeulman namgin chae jineun jeo taeyangdoo
Da jeomada dokteukan saegeul gajyeo
Beautiful, beautiful, yeah
Sesang modeun ge jejaril chajeul ttae
Deo areumdapge binnaneun geon waeilkka
Geu moseup geudaero chungbunhaeyo
Beautiful, beautiful you are~"

Sebagian penonton bertepuk tangan ricuh, Beberapa orang mengambil gambar dan video. Cita-cita Xiaojun menjadi menyanyi terkenal, dengan seperti ini saja sudah membuat perasaannya menjadi lebih baik.

🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃

NA XIAOJUN

NA RENJUN

NA JAEMIN

NA SHOTARO






















"ANAK GUE GEMESIN BANGET SKSKSK"

***

Yuhuu..
So, next or stop?

Terimakasih banyak atas dukungan kalian.
Terus dukung aku ya!
Aku bakal buat cerita ini menarik. Doain aja hehe..

Dan juga, apabila ada kata-kata yang keliru, mohon di kritik dan di beri saran.
Makasii

Ga nyangka bakal nulis book yang kedua.

Continue Reading

You'll Also Like

5M 440K 51
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...
1.1M 114K 54
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
967K 65.9K 52
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang sedikit terlibat dalam scene novel tersebut. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia novel...
1.5M 123K 155
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...