The Hidden [SUDAH TERBIT]

By garingkriukkress23

25.8M 2.7M 453K

Bab masih lengkap‼️SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA‼️ ________________________________... More

Prolog
TH | 01
TH | 02
TH | 03
TH | 04
TH | 05
TH | 06
TH | 07
TH | 08
TH | 09
TH | 10
TH | 11
TH | 12
TH | 13
TH | 14
TH | 15
TH | 16
TH | 17
TH | 18
TH | 19
TH | 21
TH | 22
TH | 23
TH | 24
TH | 25
TH | 26
TH | 27
TH | 28
TH | 29
TH | 30
TH | 31
TH | 32
TH | 33
TH | 34
TH | 35
TH | 36
TH | 37
TH | 38
TH | 39
TH | 40
TH | 41
TH | 42
TH | 43
TH | 44
TH | 45
Raya-Gibran
HALOWWW
🫐Blueberry World🫐
KABAR GEMBIRA
27 JUNI 2023, PUKUL 15 WIB❤️‍🔥
VOTE COVER
Reveal paket
HARI INI! 27 JUNI! 15.00 WIB!
Special Offer✨
Our Secret
Loreng & Putih terbit??
29 MARET 2024

TH | 20

507K 60.2K 7.9K
By garingkriukkress23


*****


Dira hanya diam saja saat tangannya ditarik oleh Abi menuju kemana dirinya pun tidak tau. Ia hanya menunduk menahan tangisannya sendiri.

Abi menghentikan langkahnya saat mereka sudah sampai di belakang asrama putri. Ia menghadap ke arah Dira yang masih saja menunduk. Abi menghela nafas panjang dan beralih mengusap pipi Dira dengan lembut.

"Kenapa?" Tanyanya dengan lembut.

Dira mendongak menatap Abi dengan mata yang masih memerah menahan tangisannya. Dira ini paling anti yang namanya menangis. Sesedih atau semarah apapun Dira, ia akan berusaha untuk menahan tangisnya meski itu sangat menyiksa dan menyesakkan dada.

"Dia hina orang tua saya. Dia nggak tau apa-apa tentang orang tua saya tapi dia berani menghina orang tua saya. Nggak papa kalo saya yang dihina, nggak papa kalo mereka merendahkan saya. Karena sadar saya emang orang yang buruk." Ujar Dira yang berusaha untuk menetralkan suaranya yang bergetar.

"Tapi orang tua saya, mereka orang yang baik, mereka orang tua yang berhasil, mereka orang tua yang sayang sama anaknya, mereka selalu luangkan waktu buat anak-anaknya walaupun mereka sibuk. Orang tua saya nggak pantes dapet hinaan kaya gitu." Lanjutnya.

Abi mengangguk seraya tersenyum lembut. Senyum yang begitu menenangkan hingga membuat emosi Dira sedikit mereda. Hanya karena sebuah senyuman.

"Bisa dibicarakan baik-baik, nggak perlu sampai bertengkar seperti ini. Apalagi sampai kata-kata kasar yang kamu keluarkan." Tutur Abi.

"Kalo mereka berteriak ke kamu, kamu jangan balas berteriak. Hadapi dengan kepala dingin. Apalagi kamu juga tadi nampar Dinda, kan? Itu sama sekali nggak baik, Dira. Kalo Dinda kenapa-napa terus orang tuanya marah sama kamu gimana? Bicarakan baik-baik sama orang yang udah menghina kamu, agar hinaan ini tidak berkelanjutan. Kalo kamu berteriak, melontarkan kata-kata kasar, dan melakukan kekerasan, bukannya membaik tapi malah memperburuk keadaan. Semakin kamu seperti ini, semakin kuat pula mereka menghina kamu dan terus mencari celah kesalahan kamu." Lanjutnya panjang lebar.

Dira kembali menunduk dan seketika menyesali perbuatannya tadi. Benar kata Abi. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi. Tapi biar lah, Dira akan menerima jika ia akan dihukum nantinya, karena dirinya memang salah.

"Maaf." Ucap Abi.

Dira mendongak menatap Abi dengan alis yang menyatu. "Maaf kenapa?"

"Semua ini juga ada kaitannya sama saya, sama hari kemarin. Makanya saya minta maaf karena membuat kamu dijadikan bahan gunjingan." Jelas Abi.

Ah, Dira jadi ingat ucapan gerombolan Dinda tadi. Mereka bilang, Abi sangat taat pada larangan-larangan agama. Selalu menundukkan pandangan, selalu menjaga jarak dengan yang bukan mahram. Tapi kenapa pada dirinya tidak?

Lihat saja mereka sekarang ini. Bertatapan, berduaan di tempat yang sepi, dan Abi juga menggandeng serta menyentuh pipinya. Hal ini tidak terjadi sekali dua kali, tapi seringkali. Dan Dira baru menyadarinya.

"Katanya cowok sama cewek nggak boleh saling tatap. Katanya cowok sama cewek nggak boleh saling bersentuhan. Katanya cowok sama cewek nggak boleh berduaan di tempat sepi. Tapi kenapa Gus Abi nggak kaya gitu? Kenapa Gus nggak menjalankan apa yang udah Gus ucapkan?" Dira melontarkan pertanyaan yang kini bersarang di otaknya.

"Gus Abi sering pegang tangan saya, sering menyentuh pipi saya, dan kita sering cuma berduaan seperti sekarang ini? Kenapa? Laki-laki dan perempuan boleh melakukan hal-hal tadi kalo mereka mahram, kan? Tapi kita?"

Laki-laki itu tersenyum lembut sambil menyentuh kepala Dira. "Status saya bagi kamu memang dirahasiakan dari semua orang, termasuk diri kamu sendiri. Kamu tidak tau status kamu sekarang, kamu pun tidak tau siapa saya di hidup kamu. Hubungan kita ini memang tersembunyi. Tapi, insya Allah, nama dan status kita bukan rahasia lagi di lauhul mahfudz."

"Hal-hal yang kamu sebutkan tadi memang haram dan menghasilkan dosa bagi orang yang bukan mahram. Tapi bagi kita, itu adalah sebuah pahala."

"Kenapa nggak jawab, Gus? Saya nggak ngerti." Tanya Dira lagi.

"Perbaiki akhlak kamu dulu, baru kamu tau arti dari perlakuan saya ke kamu."

Dira menunduk lesu. "Saya emang minus akhlak, tapi emang nggak bisa kasih tau sekarang aja apa?" Lirihnya.

Abi tertawa pelan. "Kalo kamu paham, kamu pasti tau kita itu apa."

"Cari tau lah Dira. Saya sudah kasih banyak clue ke kamu. Semoga kamu cepet sadar dengan petunjuk yang saya tinggalkan. Dan Insya Allah, saya akan terus bantu kamu."







****








"Nadira."

Dira yang sedang menghafal Al-Qur'an sambil duduk di kursi meja makan, menoleh kearah Bilqis yang memanggilnya.

Gadis itu berdiri dan menutup buku kecil serta Al-Qur'an nya. "Ada apa, ya, Ning?" Tanya Dira.

"Dipanggil sama Abah. Udah ditunggu di ruang tengah, ayo." Kata Bilqis dengan senyum simpulnya.

Dira balas tersenyum dan mengangguk. Lalu kedua gadis itu berjalan beriringan ke ruang tengah untuk menemui Kiyai Usman.

Setelah sampai, Dira sedikit terkejut karena di ruangan itu terlihat ramai. Ia kira hanya ada Kiyai Usman dan Umma Hafsah saja. Ternyata ada Abi, Bilal dan bahkan Bilqis ikut bergabung. Lengkap.

"Nadira, sini duduk, Nduk." Kiyai Usman memanggil Dira dan menepuk-nepuk sofa lantai sampingnya, menyuruh gadis itu duduk di sana.

Dira menurut dan segera duduk tepat di samping Kiyai Usman. Ia menatap orang yang ada di sana satu persatu dengan perasaan yang campur aduk bingung.

"Ada apa, ya? Kenapa saya dipanggil? Apa Abah mau hukum saya atas kejadian kemarin?" Tanya Dira.

"Sebelumnya saya minta maaf atas kejadian pertengkaran kemarin. Saya bener-bener lagi emosi dan berakhir membuat keributan. Maaf sekali lagi, Abah, Umma, dan semuanya." Lanjut Dira merasa tidak enak.

Jelas saja Dira berfikiran seperti itu. Setelah kejadian pertengkaran kemarin, Dira tidak diberi hukuman apapun oleh Abi atau pun petugas keamanan. Ia hanya disuruh menghafal Al-Qur'an surat Al-Kahfi dari ayat satu sampai selesai. Sedangkan Dinda, gadis itu dihukum berdiri di tengah lapangan sambil mempelajari sebuah kitab kuning.

Dan semua orang terkekeh pelan mendengar celotehan Dira. "Nduk, Abah minta kamu ke sini bukan mau hukum kamu. Tapi kita di sini mau ngasih tau kamu sesuatu. Sesuatu yang sangat penting buat kamu. Dan kami harap, kamu bisa menerima semuanya." Kata Kiyai Usman.

"Sesuatu?" Tanya Dira dengan kening berkerut serta jantung yang tiba-tiba berpacu cepat karena gugup.

"Iya. Seharusnya sudah lama kita kasih tau kamu ini, tapi atas permintaan Papah kamu, kami tahan buat ndak kasih tau kamu sampai sekarang." Ujar Umma Hafsah.

"Sesuatu apa, ya? Kok saya jadi deg-degan gini?" Tanya Dira lagi sambil tertawa gugup.

"Tapi kamu harus tenang dulu, ya. Jangan langsung emosi atau yang semacamnya. Dengerin penjelasan kita dulu."

Dira mengangguk pelan menyetujui.

Abi mengutak-atik handphonenya mencari sesuatu lalu memberikan handphone tersebut pada sang Abah. Lalu Kiyai Usman menunjukkan sesuatu yang handphone Abi tampilkan.

Semua orang menahan nafas mereka menunggu reaksi Dira. Terutama Abi yang nampak sangat gugup, tangannya saling bertautan dan kepalanya ia tundukkan.

Sedangkan Dira. Jantung gadis itu terasa dipompa begitu cepat. Darahnya berdesir hebat, dan suhu tubuhnya langsung naik begitu melihat sebuah vidio yang ditampilkan di handphone Abi.

Setelah vidio itu selesai diputar, tatapan Dira langsung jatuh pada Abi yang masih saja menunduk. Lalu ia beralih menatap Kiyai Usman dan Umma Hafsah bergantian dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ini..."



*****




JANGAN LUPA SPAM NEXT!!

Sekian, terima vote








Continue Reading

You'll Also Like

767K 56K 33
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
NAYRA By mrvlia_

Teen Fiction

1.5K 96 10
Rayhan Domani Putra seorang cool boy atau patung hidup yang tak sengaja menabrak seorang gadis yang membawa banyaknya jumlah buku hingga menutupi waj...
1.4M 63.9K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
49.4K 1.8K 85
Tak semua perasaan bisa di ungkapkan melalui suara,ada beberapa orang yang lebih senang menulisnya pada secarik kertas. Segala sesuatu yang saya tuli...