NYCTOPHILE [END]

By AjengGpl

961K 33K 3K

"Gue lebih suka cewek penurut, gue gak suka cewek pembangkang." "Seharusnya kamu sadar, aku bukan siapa-siapa... More

Prolog
Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
CAST NYCTOPHILE
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
ENDING
EXTRA PART
SEQUEL NYCTOPHILE

Chapter 29

9.1K 324 10
By AjengGpl

"Setiap perjalanan pasti punya tujuan."

"Bintang," panggil Abi dari halaman belakang.

"Ada apa pa."

"Tolong ambilkan mamamu tissue diruang tamu, papa tunggu disini."

"Mama masih punya kaki, lagian tinggal jalan kedapur apa susahnya sih!" ujar Bintang dari ruang tamu.

"Biar aku yang ambilin tissuenya," ujar Rain pergi membawa tissue menghampiri kedua orang tua Bintang.

"Loh kok kamu yang datang, Bintang kemana?" tanya Abi terkejut menatap Rain.

"Bi-Bintang diruang tamu om," ujar Rain berusaha menetralkan dirinya.

"Panggil saya papa Rain bukan om."

"Iya maaf om eh papa gitu," ujarnya canggung.

"Kamu disini dulu, ada yang perlu saya bicarakan dengan kamu."

"Mengenai apa pa."

"Duduk saja, saya mau menghampiri Bintang dulu," ujar Abi meninggalkan mereka.

"Mama kenapa, mama habis nangis ya?" tanya Rain menatap Rina penuh kasih sayang.

"Mama gapapa Rain."

"Benaran gapapa, kalo ada masalah cerita sama aku jangan di pendam sendirian ma."

"Bintang beruntung sekali dapat pacar seperti kamu, pesan mama jaga diri kamu baik-baik ya sayang," ucap Rina membuat Rain mengangguk patuh.

"Iya ma, kira-kira papa mau bicara apa ya sama aku."

"Mama juga gak tau sayang."

"Bagus anak itu sudah pergi!" ujar Abi menghela nafas pelan.

"Ada apa? Bintang mau pergi kemana?" tanya Rina menatap Abi.

"Aku suruh dia pergi ke Indomart untuk beli cemilan."

"Saat Bintang kembali aku izin pulang ya mas, gak enak sudah mau malam."

"Baik Rina, ingat jangan sedih lagi kamu gak sendirian ada aku bersamamu."

"Terimakasih banyak mas."

"Jadi papa mau bicara apa sama aku?" tanya Rain menatap Abi.

"Papa mau tanya, sudah berapa lama kamu mengenal Bintang?" tanya Abi serius membuat Rain merasa terintimidasi.

"Hampir satu bulan pa."

"Saya dengar kamu selalu di bully oleh Bintang dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas, jadi bagaimana kalian berdua bisa berpacaran."

"Aku juga gak tau pasti tapi yang jelas aku nerima Bintang apa adanya pa."

"Bukan masalah itu, papa yakin cewek seperti kamu tidak memandang harta Bintang."

"Terus masalah apa pa?" tanya Rain menautkan jemari tangannya.

"Apakah Bintang pernah berbuat kasar pada kamu?" tanya Abi menatap Rain.

"Pernah pa puas malah," batin Rain berteriak.

"Gak pernah pa."

Rina menoleh menatap Rain, "Jawab yang jujur Rain," ujar Rina memperingati.

"Papa tanya sekali lagi, apakah Bintang pernah berbuat kasar pada kamu?" tanya Abi serius menatap Rain.

"Gak pernah pa."

"Saya mau cerita sama kamu tapi janji dulu sama saya kalo kamu gak akan pernah cerita tentang hal ini kepada Bintang."

"Aku janji pa."

"Apa jaminannya jika kamu berani melanggar janji ini?" tanya Abi membuat Rain tak mampu menjawabnya.

"Hidup aku."

Abi bertepuk tangan, "Saya bangga sama kamu,kamu cewek hebat dan kuat saya yakin kamu memang pantas untuk anak saya yang brengsek itu."

"Bintang gak brengsek pa."

"Saya tau segalanya tentang hubungan toxic kalian berdua, kamu tinggal satu atap bersama Bintang kan di apartemen?" tanya Abi membuat Rain menundukan kepalanya.

"Aku kerja di apartemen Bintang."

"Sebagai pembantunya untuk balas budi karena kamu sudah di tumpangi oleh Bintang, benarkah begitu."

"Iya pa benar, papa tau darimana."

"Kamu gak perlu tahu soal itu."

Rain masih menundukkan kepalanya, ia merasa malu pada orang tua Bintang.

"Maaf," ucap Abi membuat Rain menatapnya.

"Maaf untuk apa pa, papa gak ada salah sama aku."

"Maaf karena anak papa sudah memperlakukan kamu dengan semena-mena."

"Aku gapapa pa."

"Rain, Bintang mempunyai post-traumatic stress disorder sejak umur tujuh tahun semua itu terjadi karena kesalahan kami berdua."

"Papa yang gila kerja dan mama yang sibuk selingkuh, itu ucapan Bintang waktu usianya menginjak lima belas tahun."

"Saya cukup tertampar dengan ucapannya kala itu, saya akui saya memang gila kerja semua itu saya lakukan demi Bintang agar hidupnya tidak kekurangan sedikit pun."

"Waktu kecil, hidup Bintang hanya di hiasi oleh pertengkaran dan perselingkuhan kedua orang tuanya makanya Bintang tumbuh menjadi anak laki-laki yang keras dan egois."

"Batin, fisik dan mentalnya sudah hancur tak tersisa. Dia hidup sesuka hatinya, saya tidak mampu melarangnya walaupun saya ingin."

"Kalo suatu saat nanti dia melukai hati kamu melebihi kapasitas, tolong tinggalkan saja jangan ambil resiko untuk seseorang yang belum tentu menjadikanmu sebagai rumahnya."

"Pa," ucap Rain dengan mata berkaca-kaca.

"Saya baru pertama kali bertemu dengan kamu tapi saya yakin kamu perempuan baik-baik dan tulus untuk anak saya."

"Bintang tipekal cowok yang sekali dapat tak akan pernah ia lepas, maka dari itu kuat-kuatin hati kamu kecuali jika kamu sudah tak sanggup bertahan, maka berhentilah."

"Jaga diri kamu baik-baik Rain, anak saya begitu brengsek untuk perempuan sebaik kamu."

"Ada mama ada papa kamu gak perlu takut, kami siap menjadi tameng untuk kamu!" ucap Rina menatap Rain penuh kasih sayang.

"Makasih banyak ya ma, pa. Kalian begitu baik aku beruntung bisa kenal dengan kalian."

"Anak kami jauh lebih beruntung."

"Pa!" teriak Bintang dari ruang tamu.

"Bintang sudah pulang, ingat buktikan janjimu pada saya dan Rina."

"Iya pa."

"Ayo keruang tamu jangan sampai Bintang marah."

Ketiganya langsung pergi menghampiri Bintang yang berada diruang tamu sendirian. Tak terasa hari sudah berganti menjadi malam.

***

Tepat jam tujuh malam, Bintang mengajak Rain untuk pulang ke apartemen. Namun sebelum pulang mereka mampir terlebih dahulu membeli martabak keju susu kesukaan Rain.

Di balkon kamar, mereka menikmati martabak keju susu yang masih panas. Bintang menatap Rain yang begitu lahap memakan martabaknya.

"Waktu gua pergi ke Indomart, orang tua gua ngomong apa aja sama lo?" tanya Bintang serius menatap Rain.

"Gak ngomong apa-apa, aku sama mereka sibuk bercanda di halaman belakang."

"Gua lihat mata mama sembab, apa papa bikin mama gua nangis?" tanya Bintang, Rain hanya mampu menggeleng pelan.

"Aku kurang tau soal itu, mungkin mama nangis karena terbawa suasana."

"Gua sayang mama tapi gua belum bisa nerima mama sepenuhnya, hati gua terlalu sulit untuk nerima dia masuk lagi di kehidupan gua."

"Seburuk apapun mama kamu, dia tetap ibu yang melahirkan kamu."

"Iya i know tapi sulit banget untuk nerima dia lagi, ah sulit banget pokoknya."

"Kenapa sulit karena hati kamu selalu stuck di masalalu, kamu perlu beranjak Bintang, pesan aku tolong jangan jadikan masalalu kamu sebagai tolak ukur untuk kebahagiaan kamu sendiri."

"Kamu pantas bahagia Bintang Delfani, Tuhan udah kasih semua yang kamu mau tinggal diri kamu saja yang mau menjalankannya seperti apa tapi yang jelas setiap manusia yang bernyawa pasti punya tujuan hidup!" ucap Rain membuat Bintang terkesan, pacarnya bijak sekali.

"Wow ternyata pacar gua bijak juga ya gua kira lo cuma bisa ngomong maaf doang!" ucap Bintang memeluk manja tubuh Rain.

"Ih Bintang lepasin tangan aku lengket."

"Tangan lo yang lengket bukan tubuh lo."

"Lepasin ih, sesak nafas."

"Maaf, gua meluknya ke kencengan ya."

"Iya untung aku gak mati."

"Mulut lo minta gua cium."

"Maaf."

"Lo mirip banget sama dia, Rain!" gumam Bintang tanpa sadar.

"Dia siapa yang kamu maksud?" tanya Rain serius menatap Bintang.

"Seseorang yang sangat spesial dihati gua."

"Cia ya," ucap Rain berusaha baik-baik saja.

"Kok lo tau nama dia, tau dari siapa pasti tau dari Airlangga bangsat itu ya," tuduh Bintang.

"Bukan aku tau nama dia dari mulut kamu sendiri."

"Oh gitu, gua kira lo tau dari Airlangga."

"Kamu gak perlu sedih Cia udah bahagia disana," ujar Rain mengusap pelan bahu Bintang.

Bintang langsung menghempas kasar tangan Rain yang sedang mengusap bahunya.

"Gara-gara Airlangga brengsek itu gua jadi kehilangan Cia."

"Tapi aku yakin Air juga gak mau kehilangan Cia, dia juga sama terlukanya seperti kamu."

"Lo belain Airlangga?" tanya Bintang menatap tajam.

"Bukan gitu."

"Lo suka sama Airlangga?" tanya Bintang mencengkram kuat rahang Rain.

Rain menggeleng pelan, "Enggak Bin!" ucapnya berkata jujur.

"Jawab yang jujur, gua gak suka dibohongin."

"Aku berani sumpah, aku gak bohong sama kamu mana mungkin aku selingkuhin kamu."

"Bagus, sampai lo berani selingkuh gua patahin kaki lo!" bentak Bintang melepaskan tangannya dari rahang Rain.

"Maaf."

"Gua gak suka lo dekat-dekat sama cowok lain sekalipun itu teman-teman gua sendiri."

"Kenapa."

"Karena gua gak suka berbagi manusia favorite gua dengan orang lain, paham kan."

"Iya aku paham."

"Awas aja sampai lo dekat-dekat sama cowok lain gua hukum lo."

"Gak, aku gak mau di hukum."

"Makanya nurut jadi cewek."

"Iya Bintang."

"Gua tidur duluan ya, jangan banyak-banyak makan martabaknya nanti lo sakit perut," ujar Bintang mengingatkan Rain.

"Kalo udah selesai jangan lupa beresin habis tuh tidur, gak usah begadang lo!" ujar Bintang kembali.

Bintang menarik selimutnya, hari ini tubuhnya benar-benar lelah. Ia baru ingat jika besok ada pertandingan futsal antar kelas.

Kelasnya akan melawan kelas Rain dan otomatis ia akan bertemu dengan Airlangga. Demi apapun rasanya muak sekali, untung saja beberapa bulan lagi mereka akan lulus.

"Bintang udah tidur ya?" tanya Rain namun Bintang pura-pura memejamkan matanya.

"Ah yaudah deh good night Bintang," ucap Rain mencium lembut pipi Bintang.

Bintang membalikan tubuhnya, ia langsung melumat kasar bibir Rain yang begitu candu untuknya. Rain meloloskan desahannya kala Bintang mencubit kecil pinggangnya.

"Awh sakit Bintang!" ujarnya mengaduh kesakitan.

"Udah mulai nakal ya sekarang."

"Iya dong kan di ajarin kamu."

"Kok gua."

"Iyalah kamu siapa lagi, kamu kan pacar aku."

"Tidur!" titah Bintang membalikan tubuhnya.

Keduanya larut dalam diam hingga akhirnya tertidur pulas.

***

Suasana di kelas Rain tampak ramai, sebentar lagi acara pertandingan futsal antar kelas akan di mulai. Nabila dan Ardilla sedang sibuk mengajak teman-teman sekalasnya untuk menjadi tim hore dilapangan nanti.

"Sumpah Airlangga ganteng banget," ujar Nabila paling heboh sendiri.

"Ingat Ersan Bil, satu aja belum dapat masa mau nambah lagi tega banget sama hati lo sendiri."

"Biarin aja Dilla, Bila mah memang keras kepala di bilanginnya!" ujar Rain berkacak pinggang.

"Lagian lo hobby banget sih, suka sama orang lain yang gak suka balik sama lo Bil."

"Mending Bila jomblo aja kayak Dilla, enak hidupnya tentram abadi!" celetuk Rain dengan polosnya.

"Mulut lo Rain, gemas banget gua!" ujar Nabila.

"Biasa udah ketularan Bintang dia Bil, makanya mulutnya jadi lemes begini hahaha."

"Gimana hubungan lo sama Bintang, baik-baik aja kan?" tanya Nabila pada Rain.

"Ya gitu hehehe."

"Ya gitu gimana Rain tolol."

"Ishh Bila mulutnya kasar banget!" teriak Rain membuat Nabila gregetan.

"Serah dah serah, jadi hubungan lo sama Bintang gimana baik-baik aja kan."

"Iya hubungan aku sama Bintang baik-baik aja kok," ujar Rain tersenyum kecil.

"Bintang masih suka bentak-bentak lo ya," ujar Ardilla membuat Rain menggeleng pelan.

"Rain!" teriak Bintang menendang pintu kelasnya.

"Baru juga di omongin orangnya udah muncul aja nasib-nasib!" keluh Ardilla menatap ketiga cowok yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Emang anjing sih Bintang bikin gua jantungan aja!" ucap Nabila mengelus dada.

"Bi-Bintang ada apa?" tanyanya merasa takut.

"Temanin gua tanding futsal!" ujarnya menarik paksa tangan Rain agar berdiri disampingnya.

"Gak usah tarik-tarik sahabat gua, Rain bukan binatang!" ujar Ardilla menatap tajam.

"Terserah lo."

"Ayo pergi."

"Rain pergi bareng gua dan Ardilla!" sela Nabila tak terima.

"Rain pergi bareng gua!" ucap Bintang ngegas.

"Dia sahabat kita berdua."

"Dan dia pacar gua."

"Aduh udah stop Rain jadi bingung mau pergi bareng siapa," ujar Rain merasa pusing.

"Rain pergi bareng gua!" ujar Bintang tak mau mengalah lalu pergi meninggalkan mereka.

"Heh semenjak Rain pacaran sama lo dia gak ada waktu buat kita berdua bagi-bagi dong waktunya jangan serakah dia juga masih punya kita!" teriak Nabila namun dihiruakan oleh Bintang.

"Bintang lo budek ya!" teriak Ardilla kesal setengah hati.

Bruk!

Satu kursi lipat melayang sempurna ke arah mereka, beruntung Ersan dan Bryan dengan cepat menarik keduanya. Kalo tidak, mungkin kursi lipat itu akan mengenai tubuh mereka.

"Bintang gila lo ya!" teriak Nabila tersulut emosi.

"Bil ini baru kursi, teriak sekali lagi Bintang balik badan bisa-bisa dilempar meja lo!" sahut Bryan memberitahu Nabila.

"Anjing banget sih Bintang, udah gila kali ya sahabat lo berdua, main lempar kursi segala untung aja gak kena badan gua!" ujar Nabila menatap sinis keduanya secara bergantian.

"Mulut lo Bil gak sopan banget," tegur Ersan.

"Bodo amat San, ayo Dil kita pergi ke lapangan cari cogan!" ujar Nabila menarik tangan Ardilla.

"Cari sana sampai ketemu!" seru Ersan merasa panas.

"Sih Delfan udah stress kali ya!" celetuk Bryan menatap Ersan yang sedang menghela nafas.

"Bisa jadi sih, gak habis pikir gua untung aja tuh kursi gak kena badannya Bila."

"Iya kalo sampai kena bisa panjang urusannya."

"Benar-benar sih Delfan gak ada otak."

"Yaudah yuk ke lapangan, udah mau mulai nih!" ujar Bryan mengajak Ersan pergi ke lapangan.

Seluruh anak SMA Angkasa sudah memenuhi tribun lapangan, suara teriakan demi teriakan supporter antar kelas kembali menggema menjadi satu di lapangan futsal.

"Habis ini giliran kelas gua lawan kelas lo, jangan kemana-mana tetap disini aja jaga mata jaga hati awas sampai lo berani lirik cowok lain gua hukum lo nanti!" ujar Bintang penuh ancaman.

"Iya Bintang."

"Rain!" panggil Ardilla melembaikan tangannya.

"Sini, gabung bareng kita!" seru Nabila.

Bintang menoleh, "Gak! Rain tetap disini!" ujar Bintang menatap sengit ke arah mereka.

"Sinting lo!" celetuk Nabila menggeram kesal.

"Sabar Bil sabar," ujar Ardilla mengelus pelan bahu Nabila.

"Ingat gak usah dekat-dekat sama cowok lain!" ucap Bintang kembali.

"Iya Bintang."

"Gua pergi dulu!" ujarnya langsung pergi meninggalkan Rain sendirian.

"Semangat Bintang semoga kamu menang," ucapnya tersenyum manis.

"Bintang mau pergi kemana?" tanya Ardilla lalu duduk di samping Rain.

"Astagfirullah kaget banget, Bintang mau pergi ke tempat timnya."

"Dia ikut futsal kan?" tanya Nabila memastikan.

"Iya Bintang kan kaptennya."

"Bagus deh, itu artinya gak ada yang bisa ganggu waktu kita bertiga!" ucap Nabila tersenyum bahagia.

"Jangan senang dulu lo Bil, lo lihat tuh sih judes lagi pantau kita dari bawah sana," celetuk Ardilla memberikan isyarat lewat lirikan matanya.

"Anjing banget sih Bintang, posesifnya kagak ngotak."

"Ih kok Bila ngomong jorok terus sih, pacar aku salah apa sama Bila."

"Gemas banget, pacar lo tuh posesifnya gak ngotak masa kita berdua gak boleh ketemuan sama lo, kan kita berdua kangen tau."

"Iya aku juga kangen banget sama kalian, lain kali kalian main ya ke apartemennya Bintang."

"Apartemen Bintang ya, duh bukannya gak mau kesana tapi disana suram aja gitu kek masa depan Bintang," ujar Ardilla tertawa pelan.

"Ih Dilla gak boleh ngomong begitu."

"Iya maaf Rain."

"Bintang mah gak perlu kerja juga uangnya tetap ngalir Dil, gak kayak kita-kita hahaha."

"Benar banget lo Bil."

"Udah dong jangan ghibahin pacar aku terus."

"Ih gemas banget sekarang sahabat kita udah dewasa Dil, udah tau pacaran hahaha!" ucap Nabila meledek Rain.

"Bintang adalah first love Rain hahaha."

"Udah dong aku ngambek nih."

"Ih jangan dong."

"Wih udah mau mulai, semoga kelas kita menang aamiin ya Allah."

"Semoga pacar aku menang," ucap Rain tanpa menghiraukan kedua sahabatnya.

Pertandingan futsal baru di mulai, banyak sekali yang memuji ketampanan Bintang secara frontal di hadapan Rain. Namun Rain memilih diam, tak ingin mempermasalahkan hal itu.

19 Desember 2021

Continue Reading

You'll Also Like

42.8K 1.7K 55
Sequel Nyctophile "Sebelum menyelusuri hidup gue lebih jauh, tolong pastikan dulu hati lo siap terluka atau tidak." "Sekali lagi, tolong cari tahu du...
153K 7.8K 65
Mengejutkan!! tiga hari sebelum acara pernikahan, Reyhan mengatakan hal yang membuat Kayla terkejut, Pernikahan Formalitas? Reyhan mengatakan untuk...
35.3K 3.9K 42
Serendipity adalah sebuah keberuntungan yang didapat saat seseorang tidak bermaksud untuk mencarinya. Sebuah kebetulan yang mungkin akan menjadi takd...
6.5K 77 39
π’π„ππ€πˆπŠππ˜π€ π…πŽπ‹π‹πŽπ– 𝐃𝐔𝐋𝐔 π’π„ππ„π‹π”πŒ 𝐁𝐀𝐂𝐀. π˜Ύπ™€π™π™„π™π˜Ό 𝙄𝙉𝙄 π™ƒπ˜Όπ™Žπ™„π™‡ π˜Ώπ˜Όπ™π™„ π™π™„π™†π™„π™π˜Όπ™‰ π™Žπ˜Όπ™”π˜Ό π™Žπ™€π™‰π˜Ώπ™„π™π™„. ⚠️...