The Hidden [SUDAH TERBIT]

By garingkriukkress23

25.8M 2.7M 453K

Bab masih lengkap‼️SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA‼️ ________________________________... More

Prolog
TH | 01
TH | 02
TH | 03
TH | 04
TH | 05
TH | 06
TH | 07
TH | 08
TH | 09
TH | 10
TH | 11
TH | 12
TH | 14
TH | 15
TH | 16
TH | 17
TH | 18
TH | 19
TH | 20
TH | 21
TH | 22
TH | 23
TH | 24
TH | 25
TH | 26
TH | 27
TH | 28
TH | 29
TH | 30
TH | 31
TH | 32
TH | 33
TH | 34
TH | 35
TH | 36
TH | 37
TH | 38
TH | 39
TH | 40
TH | 41
TH | 42
TH | 43
TH | 44
TH | 45
Raya-Gibran
HALOWWW
🫐Blueberry World🫐
KABAR GEMBIRA
27 JUNI 2023, PUKUL 15 WIB❤️‍🔥
VOTE COVER
Reveal paket
HARI INI! 27 JUNI! 15.00 WIB!
Special Offer✨
Our Secret
Loreng & Putih terbit??
29 MARET 2024

TH | 13

462K 59.1K 6.2K
By garingkriukkress23




*****




"Ada perlu?" Tanyanya.

"O-oh, nggak. Nggak ada." Jawab Dira kikuk. Dirinya juga bingung kenapa masih berdiam di sini alih-alih pergi.

"Mau masuk?"

Dira sontak membulatkan matanya ketika mendengar pertanyaan Abi, dan netranya reflek melirik isi kamar laki-laki itu. Tak dapat ia lihat banyak, hanya ranjang ber-sprei warna hijau mint yang tertata rapi.

"Mau?" Abi kembali bertanya sambil membuka lebih lebar pintu kamarnya.

Dira menggeleng kuat lalu berlari dari sana dengan wajah gugupnya serta rona pink di pipinya. Dira pun tidak tau kenapa pipinya terasa panas. Abi terkekeh kecil melihat tingkah istrinya. Sangat menggemaskan.

"Sialan! Kenapa gue jadi deg-degan gini sih? Kurang ajar tuh si Abi. Emang gue cewek apaan ditawarin masuk ke kamar segala. Begini-begini gue juga punya harga diri kali. Gue tau akal bulus lo, lo bawa masuk cewek ke dalam kamar terus lo bercocok tanam dah tuh. Dasar cowok. Sorry aja nih, gue nggak bakal terpengaruh buat masuk ke kandang buaya walaupun diiming-imingi duit 100 milyar." Dira terus menggerutu di sepanjang jalan menuju asrama.

Sementara itu, Abi tersenyum puas merasakan rasa teh buatan Dira di sofa dalam kamarnya. Rasanya tidak jauh berbeda seperti yang Umma-nya buatkan untuknya. Tapi tetap enak dan Abi menyukainya.

"Terima kasih, Nadira. Besok bikinin saya lagi, ya."







****







"Kak! Kak Raya!" Dira berteriak memanggil Kakaknya yang berjalan tak jauh darinya. Raya berhenti berjalan dan menoleh kearah gadis itu, begitu pun beberapa santri yang merasa terganggu karena teriakan itu. Bahkan ada yang sampai menegurnya.

Dira berlari menghampiri Raya. "Kak, lo jangan suka sama Gus Abi deh." Ucap gadis itu langsung setelah sampai di depan Kakaknya.

"Jangan keras-keras." Desis Raya lirih.

"Ya maap." Dira memelankan suaranya hingga nyaris berbisik.

"Kenapa tadi?" Tanya Raya.

"Lo jangan suka sama Gus Abi, ya."

"Kenapa?"

"Dia cabul!"

"Hus! Astaghfirullah hal adzim. Istighfar, Dira. Nggak baik kamu ngomong kaya gitu." Raya langsung beristighfar.

"Emang gitu kenyataannya." Dira memberenggut sebal.

"Jangan asal nuduh kalo nggak ada bukti. Nanti jatuhnya malah fitnah. Istighfar kamu, Nadira." Ujar Raya yang menatap adiknya itu tidak suka.

"Ada buktinya, kok."

"Mana?"

Dira diam. Gadis itu merasa, dirinya tidak mungkin menceritakan kejadian tadi kepada siapapun termasuk Kakaknya ini. Harusnya ia beri tahu saja agar Raya tidak menjatuhkan hatinya pada Abi lagi. Harusnya. Tapi entah kenapa Dira tidak mengatakannya.

"Kenapa diem? Nggak ada buktinya, kan? Jangan asal nuduh, Dira. Beliau itu Gus kita, putra Kiyai. Kalo sampe keluarga ndalem denger omong kosong kamu ini, mereka bisa marah, bisa sakit hati."

Raya menghela nafas panjang dan pergi dari hadapan Dira setelah mengucap salam, meninggalkan Dira yang masih diam di tempat.

Gadis itu mendengus kasar dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Kenapa nggak percaya, sih? Kenyataannya emang gitu, Abi cabul."

"Tenang aja Kak, gue bakal lindungi lo dari laki-laki cabul itu." Ujar Dira penuh tekad sambil menepuk-nepuk dadanya.

Sebenarnya apa yang ada dipikiran ini? Memangnya apa yang Abi lakukan hingga gadis tersebut menjuluki laki-laki tampan itu sebagai laki-laki cabul? Abi hanya bertanya saja apakah Dira ingin masuk karena Dira tak kunjung pergi tadi.

Memang apa salahnya jika Abi menawarkan Dira masuk ke kamarnya? Lagian mereka sudah halal. Tidak akan dosa hanya berduaan saja di tempat sepi, apalagi di dalam kamar.

Oke, jangan lupakan Dira yang masih belum tau statusnya!







****








Seorang laki-laki menggeliat kecil di balik selimutnya ketika telinganya mendengar suara adzan dari masjid di pesantren. Abi mengeratkan selimutnya karena tubuhnya terasa sangat menggigil. Kepalanya yang terasa pening sejak semalam masih belum hilang. Rasanya ia enggan beranjak dari kasurnya. Tapi ia harus bangun dan melaksanakan sholat Subuh dan ia sudah melewatkan sholat tahajud nya tadi.

Biasanya Abi selalu datang ke masjid setiap adzan dan ia yang akan menjadi imamnya. Tapi kali ini tidak. Laki-laki itu memilih untuk sholat di kamarnya saja karena kepalanya benar-benar terasa pening, tubuhnya juga lemas dan menggigil. Saat menyentuh air untuk wudhu pun Abi meringis merasakan betapa dinginnya air itu.

Doa yang Abi panjatkan pun tidak sepanjang dan sebanyak biasanya. Hanya sebentar ia berdoa lalu ia bergelut lagi dengan guling dan selimut. Entah kenapa semalam kepalanya bisa pusing.

Tok tok tok

Abi yang baru saja memejamkan matanya pun kini terbuka kembali mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.

"Mas." Suara lembut itu terdengar sedetik setelah pintu diketuk.

"Dalem, Umma." Jawab Abi dengan suara lemasnya dan bangun untuk membuka pintu.

Bibir yang sedikit pucat milik laki-laki itu tersenyum tipis melihat Umma Hafsah.

"Mas Abi sakit?" Tanya Umma Hafsah langsung ketika melihat wajah pucat dan mata sayu anak sulungnya. Wajah wanita itu menampakkan rasa khawatir yang kentara.

"Cuma sedikit pusing aja. Dibawa tidur sebentar juga nanti pusingnya ilang." Jawab Abi mencoba untuk menampilkan wajah biasa saja agar tidak membuat Umma-nya khawatir.

Wanita itu heran, biasanya anak sulungnya menjadi orang pertama yang keluar dari kamar di ndalem dan pergi ke masjid saat subuh. Tapi kali ini berbeda, Umma Hafsah tidak melihat Abi keluar dari kamar, dan saat sholat subuh di masjid tadi pun imamnya bukan Abi.

Jadi setelah pulang dari masjid, Umma Hafsah memutuskan untuk mengecek Abi, dan ternyata amak sulungnya ini tengah sakit.

"Oalah. Kok bisa sakit, toh, Mas?"

"Nggak tau, Umma. Semalem tiba-tiba aja pusing."

Umma Hafsah menghela nafas panjang dan mengusap lengan Abi. "Ya wes, kamu tidur lagi aja, Umma bikinin bubur sama ambilin obat. Nanti kalo buburnya udah jadi, Umma bangunin Mas Abi lagi."

Abi tersenyum tipis dan mengangguk. "Matur nuwun, Umma."

Setelah itu menutup pintunya ketika Umma Hafsah pergi ke dapur. Lalu ia kembali berbaring di ranjangnya, memejamkan matanya sebentar sambil menunggu Umma Hafsah selesai membuatkannya bubur.

Hingga matahari mulai naik, para warga pondok pesantren At-Taqwa mulai menjalankan aktivitas mereka seperti biasa. Dan Dira mempunyai tugas piket lagi di ndalem. Seperti yang kalian ketahui, Abi meminta Umma-nya untuk membuat Dira piket di dalem terus, agar dirinya dapat melihat Dira setiap harinya.

"Assalamu'alaikum, Umma." Ucap gadis itu pada Umma Hafsah yang berada di dapur sedang mencuci piring bekas sarapan tadi.

"Wa'alaikumussalam, Nadira." Jawab wanita itu yang langsung mencuci tangannya yang penuh sabun dan menyambut uluran tangan Dira.

"Udah sarapan, Nduk?" Tanya Umma Hafsah.

"Alhamdulillah udah, Umma." Dira menjawab sambil melempar senyuman.

"Alhamdulillah."

"Sini biar saya aja yang nyuci piring. Umma duduk aja." Ujar Dira menawarkan diri.

"Oh, Ndak usah, ndak papa. Ini biar Umma aja yang selesaikan." Tolak wanita bergamis maroon itu. "Kamu sekarang ke kamar Gus Abi, ya? Bawain obat yang ada di atas meja. Sekalian dicek, Gus Abi udah makan buburnya atau belum, dia biasanya susah makan kalo lagi sakit." Lanjutnya menunjuk obat yang terletak di atas meja makan.

"Gus Abi sakit, Umma?" Tanya Dira dengan wajah yang menyiratkan sedikit kekhawatiran, bagi orang yang memperhatikannya dengan jeli.

"Iya, dari tadi malem kepalanya pusing katanya. Tadi juga ndak subuhan di masjid." Umma Hafsah menjawab.

"Pantesan imamnya beda." Gumam Dira.

Gadis itu menggigit pipi dalamnya sambil berfikir sejenak sebelum akhirnya ia tersenyum dan menjentikkan jarinya. "Saya boleh pinjem kompornya, Umma?"

"Boleh."

Dira membuka tudung saji dan mendapati sekitar dua porsi nasi putih di dalam wadah.

"Nasinya boleh saya goreng?" Tanyanya lagi.

"Nadira laper? Kalo masih laper Umma masakin sayur lagi." Umma Hafsah malah bertanya balik.

Dira menggeleng. "Nggak, saya nggak laper. Saya cuma mau goreng nasi buat Gus Abi."

Kening wanita itu yang sudah sedikit keriput kini bertambah kerutannya saat ia mengernyit bingung.

"Saya kalo lagi sakit malah nggak bisa makan kalo dikasih bubur, Umma. Kalo lagi sakit terus makan bubur, saya malah jadi enek dan berakhir muntah. Liat tekstur buburnya aja udah bikin enek. Terus Mamah biasanya bikinin nasi goreng buat saya. Dan siapa tau, Gus Abi mau makan kalo pake nasi goreng." Dira menjelaskan karena melihat kebingungan dari lawan bicaranya ini.

Satu hal unik lagi dari seorang Nadira.

Raut bingung Umma Hafsah tergantikan dengan senyum lembutnya. "Masak aja, Nadira. Masak buat Gus Abi, dia pasti mau makan masakan kamu."

"Beneran saya boleh masak nasi goreng, Umma?" Tanya Dira memastikan.

"Boleh. Silahkan."

"Makasih Umma Hafsah yang luar biasa cantik."




*****




Gus Abi nya lagi sakit dong huhuhu. Syafakallah, Gus kesayangan saya

JANGAN LUPA SPAM NEXT!

sekian, terima vote






Continue Reading

You'll Also Like

832K 30.4K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

920K 51.2K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2K 1.2K 21
[BUDAYAKAN FOLLOW, KOMEN, DAN VOTE SEBELUM BACA-!!] Dinda Alleya Azahra seorang gadis yang memiliki paras yang cantik, bulu mata yang lentik dan hidu...
1.4M 62.9K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...