The Hidden [SUDAH TERBIT]

By garingkriukkress23

25.8M 2.7M 453K

Bab masih lengkap‼️SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA‼️ ________________________________... More

Prolog
TH | 01
TH | 03
TH | 04
TH | 05
TH | 06
TH | 07
TH | 08
TH | 09
TH | 10
TH | 11
TH | 12
TH | 13
TH | 14
TH | 15
TH | 16
TH | 17
TH | 18
TH | 19
TH | 20
TH | 21
TH | 22
TH | 23
TH | 24
TH | 25
TH | 26
TH | 27
TH | 28
TH | 29
TH | 30
TH | 31
TH | 32
TH | 33
TH | 34
TH | 35
TH | 36
TH | 37
TH | 38
TH | 39
TH | 40
TH | 41
TH | 42
TH | 43
TH | 44
TH | 45
Raya-Gibran
HALOWWW
🫐Blueberry World🫐
KABAR GEMBIRA
27 JUNI 2023, PUKUL 15 WIB❤️‍🔥
VOTE COVER
Reveal paket
HARI INI! 27 JUNI! 15.00 WIB!
Special Offer✨
Our Secret
Loreng & Putih terbit??
29 MARET 2024

TH | 02

622K 60.3K 6K
By garingkriukkress23



*****


Tok tok tok

"Nadira, Mamah boleh masuk, Nak?" Tanya Danita setelah ia mengetuk pintu kamar anak bungsunya.

"Masuk aja, Mah." Sahut Dira dari dalam.

Wanita berhijab itu masuk ke dalam kamar Dira dan duduk di samping gadis itu yang tengah duduk di depan meja riasnya.

"Ada telfon dari Kakak kamu." Ujar wanita itu sambil memberikan handphonenya pada anaknya tersebut.

"Kak Raya?" Gumam Dira sambil menerima handphone yang Mamahnya berikan.

"Halo." Sapanya.

"Assalamualaikum, Dek." Ucap Raya.

"Wa'alaikumsalam. Kenapa?"

"Kakak denger, kamu mau pindah ke pesantren, ya?" Tanya Raya. Dalam nadanya tersirat akan kebahagiaan di sana.

"Nggak tau." Jawab Dira jutek.

"Kenapa nggak tau? Padahal Kakak udah seneng banget loh denger Papah mau masukin kamu ke pesantren."

"Gue yang nggak seneng." Cetus Dira dengan kesal.

"Kenapa nggak seneng? Harusnya kamu seneng, karena di sini kamu bisa belajar lebih luas dari agama yang kita anut. Belajar agama nggak cuma bisa membaca Al-Qur'an, tapi masih banyak hal-hal yang harus kita pelajari."

Dira memutar bola matanya malas. "Ya ya ya ya. Terserah lo deh. Yang jelas gue nggak suka, gue nggak mau."

"Terus kalo kamu nggak mau di pesantren, kamu mau di rumah terus seumur hidup? Kamu tau Papah gimana, keputusannya nggak bisa ditolak, ancamannya bukan main-main. Kakak yakin, ancaman yang Papah kasih ke kamu itu bukan candaan."

"Bener juga." Gumam Dira yang membenarkan perkataan Kakak itu.

Papah mereka memang termasuk orang yang tegas, ancamannya tidak pernah main-main, dan perintahnya tidak ingin di tentang. Dan selama ia menentang perkataan Malik, pasti dirinya akan berakhir kena hukuman, tapi Dira tetap Dira, sifat keras kepalanya sama persis seperti Malik. Meski sudah diberi hukuman dan teguran keras, gadis itu akan tetap melakukan hal yang sama. Pulang larut malam contohnya.

"Makanya, kamu turuti perkataan Papah aja, Dek. Seenggak di sini kamu masih bisa liat langit, bisa nginjek tanah. Lah kalo di rumah?"

"Terus gue harus turuti permintaan Papah, gitu? Tinggal di pesantren?"

"Iya, Dek."

Dira berdecak. "Ah, tapi kalo di sana pasti ngaji terus, bosen."

"Astaghfirullah hal adzim. Kamu nggak boleh gitu, Dek. Masa ngaji bosen? Main nggak bosen."

"Ya mana mungkin main bikin bosen." Balas Dira.

"Main itu nggak ada gunanya, Dek. Ada sih gunanya, bikin kita seneng juga, tapi kalo ngaji itu manfaatnya lebih besar daripada main. Manfaat ngaji nggak cuma buat di dunia, tapi juga di akhirat."

"Tutup aja nih telfonnya kalo lo mau ceramah terus." Dumel Dira yang malas mendengar ceramah Kakaknya.

"Sekarang kamu mau gimana? Mau ke pesantren, atau di rumah terus-terusan? Kalo Kakak yang ada di posisi kamu, Kakak pilih option pertama, daripada harus di rumah terus, nggak boleh keluar, fasilitas juga diambil."

"Nggak tau lah. Gue bingung, pilihannya nggak ada yang menguntungkan buat gue."

Danita hanya tersenyum tipis dan mengusap rambut sepunggung anak bungsunya itu.

"Pilih option pertama aja, Dek. Kakak yakin kamu bakalan betah di sini, di pesantren. Pilih yang pertama aja, ya?"

"Kok maksa?"

"Kakak nggak maksa, Kakak cuma bantu kamu aja. Lagian emang kamu betah di rumah terus-terusan? Nggak boleh pegang hp, nggak boleh keluar, nggak boleh main, nggak boleh ajak temen ke rumah, nggak bosen kamu? Masih mending di pesantren."

Dira menggigit bibi bawahnya sendiri dan berfikir, mempertimbangkan pilihan yang akan ia pilih nantinya.

"Menurut lo gue harus pilih ke pesantren aja, gitu?"

"He'em."

"Ah, tapi kalo gue ke pesantren sama aja, dong. Nggak bisa main hp, nggak bisa ketemu temen-temen gue juga."

"Kan nanti kamu bisa kenalan terus temenan sama santri-santri di sini."

"Hp?"

"Kalo hp sih emang nggak boleh."

"Lah ini lo bawa hp."

"Kakak bawa hp kan karena kebutuhan buat kuliah. Nanti kalo udah selese juga dikembaliin lagi ke pengurus pesantren."

"Gue boleh bawa nggak?"

"Kamu kuliah nggak?" Tanya Raya balik.

"Nggak." Jawab Dira.

"Ya udah, berarti nggak boleh."

"Kalo gitu, gue besok kalo bosen, gue pinjem hp lo buat game boleh, dong?"

"Nggak boleh."

Dira berdecak sebal. "Pelit banget."

"Kakak nggak bakalan pinjemin kamu hp kalo hpnya digunain buat ngegame."


****



"Gimana? Kamu udah putusin mana yang bakal kamu pilih?" Tanya Malik pada putri bungsunya yang kini duduk di hadapannya.

"Udah." Cicit Dira.

"Jadi?"

Dira mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Aku pilih option pertama. Aku mau ke pesantren." Jawabnya.

"Alhamdulillah." Malik dan Danita tersenyum lega dan puas atas pilihan sang anak mereka pilih.

"Oke, kalo gitu besok kita berangkat. Sekarang, kamu kemasi barang-barang kamu."

"Iya aku beresin barang-barang aku nanti. Tapi sekarang aku mau ketemu temen-temen aku dulu bol--"

"Nggak boleh." Dengan tegas, Malik memotong ucapan Dira yang ingin meminta izin.

"Kamu ke kamar sekarang, dan beresin barang-barang kamu."

Dira mendengus kasar dan beranjak dari ruang keluarga untuk ke kamarnya.

"Semuanya akan dimulai." Gumam Danita.

"Iya. Semoga Dira bisa mencari tau siapa dia sebenarnya di sana. Semoga Abi bisa menerima anak kita yang masih jauh dari Allah, semoga Abi memiliki kesabaran yang luas dalam menghadapi tingkah anak kita, dan semoga Abi mampu membimbingnya untuk lebih dekat lagi kepada Penciptanya."

"Aamiin."

Di dalam kamarnya, Dira membereskan barang-barang yang akan ia bawa ke pesantren dengan kesal. Sebenarnya ia sama sekali tidak ingin mengambil keputusan ini. Tapi mau bagaimana lagi. Daripada dirinya harus tinggal di rumah untuk selamanya, mending ke pesantren kan.

"Mau bawa apa gue ke sana? Baju muslim gue cuma punya 5 doang. Ini pun baju lebaran taun kemaren, kemarennya lagi, kemaren-kemarennya, kemaren-kemarennya lagi, kemaren-kemarennya lagi-lagi. Sisanya baju pendek semua." Gumamnya sambil melihat isi lemarinya yang rata-rata pakaiannya jauh dari kata tertutup.

"Masa iya gue di pesantren pake hot pants sama crop top?"

"Bodo amat lah. Gue bawa daleman aja. Nanti di sana gampang gue pinjem bajunya Kak Raya. Yang penting mah dalemannya."

"Buku? Emang harus banget gue bawa buku? Gue aja nggak punya buku, kan gue nggak kuliah. Nggak usah bawa lah, nanti minta aja ke Kak Raya."

"Terus gue ke pesantren cuma bawa daleman doang, nih? Waktu itu gue liat Kak Raya bawaannya banyak banget, masa gue cuma bawa daleman doang?"

"Nggak papa deh. Nanti gampang pinjem punya Kak Raya. Pembalut juga nanti minta ke Kak Raya." Dira langsung memasukkan semua pakaian dalamnya ke dalam tas.

Semua solusinya sudah ada pada Kakaknya, Raya.

Dan selesai. Hanya itu yang Dira siapkan untuk ia bawa ke pesantren. Pakaian dalam. Sama satu lagi, kebutuhan mandi, seperti sabun, pasta gigi dan sikat gigi.

*****



SPAM NEXT KALO MAU LANJUT!!

Sekian, terima vote






Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 1.2K 21
[BUDAYAKAN FOLLOW, KOMEN, DAN VOTE SEBELUM BACA-!!] Dinda Alleya Azahra seorang gadis yang memiliki paras yang cantik, bulu mata yang lentik dan hidu...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.3M 74.1K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
61.7K 16.7K 51
Tentang cinta beda agama, Friendzone, dan sebuah rahasia yang belum terkuak. ••• Brandon tidak pernah menyangka jika dia akan menyukai Aylin, seorang...
599 122 15
Sma adalah masa-masa terindah yang pernah dilalui semua orang, disanalah tempat, cinta persahabat mulai bertumbuh.. Namun bagaimana jadinya jika kita...