Father For Addo -g.c (Addo Se...

By frantastickris

139K 14.7K 1.3K

# Book 1 in Addo Chance Series # Addo Grey Chance adalah anak yatim. Dia sudah tidak memiliki ayah sedari k... More

Prolog
Satu: 10 tahun kemudian
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
[A/N] Lil Explanation
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Author Note-DONT IGNORE THIS
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
PS
Sembilan Belas
[A/N - break chapter] "This Is My Letter (-Addo)"
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
[A/N] Soundtrack? OFC!
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
[A/N] Real Sekuel VS FFA versi lain? VOTE [CLOSED]
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga: FLASHBACK
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
Epilog
BONUS CHAPTER : " Backward 1"
BONUS CHAPTER - " Backward Pt. 2"
BACKWARD CHAPTER PT. 3
Hola! ● Father For Addo ↔ Home Sweet Home
Welcome! Home Sweet Home

Lima Puluh Lima

1.6K 188 37
By frantastickris

Author's POV

Suara Alice masih terdengar, masih meneriakkan hal yang sama. Keadaan halaman Cheyenne Middle yang luas dan minim cahaya memuakkan Addo. Kepanikan berkumpul dalam kepalanya, konsentrasinya terganggu akibat debar jantungnya yang diluar kendali. Ia merasa seperti akan meledak sewaktu-waktu oleh kecemasannya sendiri.

"Diam!" Bak tersambar petir, Addo terkejut mendengar suara Logan yang juga entah darimana asalnya. Sebuah gerutu singkat lolos dari mulutnya.

Seharusnya aku tahu!

Dia terus berlari. Mencari dengan mengandalkan pendengaran serta feeling-nya, yang berakhir mengantarkan dirinya ke halaman parkir belakang Cheyenne Middle. Addo bersyukur suasana disana lebih terang karena ada lebih banyak lampu. Mobil-mobil berderet sepanjang halaman; pastinya milik dari guru-guru. Namun, segera ia menangkap pemandangan tidak menyenangkan dari salah satu deretan mobil.

Dia berlari kesana secepat yang ia bisa, lalu menikam punggung Logan dengan sikunya. Erangan keras jelas sekali terdengar ketika Addo melakukannya, sebelum yang ditikam jatuh.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Addo cepat ke Alice. Suaranya juga nyaris tak terdengar gara-gara deru napasnya yang terburu usai berlari. Alice bersandar ke sebuah badan mobil, memegangi bagian depan pakaiannya yang berantakan serta setengah terbuka. Dia menangis sangat ketakutan. Pun Addo mendekatinya, memegang salah satu tangannya.

"You're safe now. Fix your clothes," lanjutnya lalu berbalik menghadap Logan yang masih terkapar di tanah. Alice tidak mengatakan apapun. Dia masih menangis. Tangannya gemetar ketika memperbaiki kembali posisi pakaiannya hingga menutup dengan benar.

"Kau bangsat sialan!" rutuk Addo ke Logan yang perlahan bangkit berdiri. Kemarahan berlipat-lipat menyelimuti mereka berdua.

"Apa itu salah? Dia pacarku, bodoh." Logan membalasnya sinis.

"Kau tidak punya otak atau mata, huh? Kau tidak lihat dia menangis? Apa ini cara seorang lelaki memperlakukan pacarnya?" Addo membalanya tak kalah sarkas, membuat Logan makin berang. Jari-jari tangannya mengepal. Tanpa basa-basi, pukulannya melayang ke wajah Addo dari samping. Alice refleks memekik terkejut dan takut. Beruntung Addo berhasil membaca gerak-geriknya sebelum ia berhasil menghindar dengan membungkuk ke bawah tepat pada waktunya.

Dan ketika dia berdiri lagi, dia balik menyerang Logan dengan memukulnya tepat di pipi. Tak sampai disitu, Addo menendang perut serta pinggang Logan. Dia kembali jatuh tersungkur di tanah, namun Addo tidak peduli. Dia terus menghajar Logan seolah memang tidak ada ampun lagi untuknya.

"Sudah, Addo, sudah! Kumohon berhenti!" Alice mencoba menghentikan sahabatnya, namun disisi lain untuk mendekat saja dia tidak berani. Gadis itu ikut panik. Sekarang dia melihat Logan memutar balik posisi dan menghajar Addo tak kalah kerasnya. Bahkan Addo sempat meludah darah setelah Logan memukul rahangnya.

"Aku bilang hentikan! Kalian berdua!"

Tetap tidak ada yang menghiraukan.

Logan duduk diatas perut Addo, dengan kedua tangan mencekik lehernya. Addo meronta mencoba memukulnya namun sia-sia.

"Aku sudah bilang untuk tidak ikut campur." geram Logan sambil menambah kekuatan pada cekikannya. Untuk sekilas Addo kembali teringat saat-saat ia digantung di lab oleh Zachary, beberapa bulan yang lalu. Namun sekarang jelas tidak ada yang akan menyelamatkannya seperti waktu itu.

Pelan-pelan Addo mulai merasa sulit bernapas. Kedua tangannya mencengkram balik pergelangan tangan Logan, mencoba mendorongnya hingga lepas dari lehernya. Akan tetapi tetap tidak ada hasil. Cekikan itu membuat Addo lemah.

Alice tidak tahan lagi. Dia mencari cara lagi dan kali ini berhasil mendapatkannya. Dilepasnya salah satu wedges yang ia pakai kemudian menggunakannya untuk memukul kepala serta bahu Logan berulang-ulang. "Lepaskan dia! Lepas!" Matanya terpejam ketika ia melakukannya.

Usahanya berhasil. Pukulan bertubi-tubi dari sol keras wedges membuat Logan pusing sebelum ia akhirnya tak sadarkan diri. Addo kembali bisa bernapas, bersamaan dengan keterkejutan dan kelegaan membanjirinya. Perasaan geli juga muncul karena dia melihat Alice memukul Logan dengan wedges hingga pingsan. Dia tak bisa menahan diri untuk tertawa pelan, sembari berusaha duduk dengan bertumpu pada kedua sikunya.

"Itu tadi keren sekali, Alice." Sambungnya, menatap Alice dan Logan—yang terkapar untuk kesekian kali—bergantian. Alice bersimpuh disamping Addo, menatapnya tajam. Tanpa diperintah, jantung Addo kembali memainkan irama tercepatnya. Dirinya terkunci pada mata biru Alice.

"Sebenarnya kau ini kenapa? Kukira kita sahabat." Kata gadis itu. Matanya seketika saja digenangi oleh air.

"Kau...cantik." entah bagaimana mulut Addo justru melontarkan hal itu. Detik berikutnya dia langsung merasa bodoh; terutama karena Alice tidak memerdulikan komentarnya itu. Gadis itu lanjut dengan ocehannya sendiri.

"Tiba-tiba kau menjauhiku. Kita bahkan tidak pernah bicara lagi selama berbulan-bulan terakhir! Lalu kau menciumku, dan menghajar Logan dua kali."

"Kau kira aku sendiri mengerti?" Addo bertanya balik. "Aku bahkan tidak punya pendirian atas perasaanku sendiri."

"Kau memang bodoh sejak kecil. Bodoh." tukas Alice tajam. "Berhentilah membuatku tersiksa terutama gara-gara melihat perbuatan bodohmu itu."

Dan Alice memajukan wajahnya, mempertemukan bibirnya dengan bibir Addo. Addo terkejut, seperti tersengat listrik mendapatkan ciuman tiba-tiba. Wajahnya seketika terasa panas dan memerah, namun di perutya ada euforia yang meletup-letup menyenangkan. Perlahan, Addo menutup kelopak matanya—membiarkan dirinya larut menikmati ciuman tersebut. Dia baru membukanya lagi ketika merasa Alice menarik dirinya menjauh.

Dilihatnya kulit wajah Alice bersemu merah dibalik untaian rambut pirang yang menyembunyikannya sebagian. Juga ada  bekas darah menempel di bibirnya—darah dari bibir Addo, dan menempel ketika mereka berciuman. Addo menghapus noda darah itu dengan ibu jarinya sebelum mereka sama-sama terdiam. Hanya saling menatap satu sama lain.

Satu-satunya yang memecah keheningan adalah ketika tiga orang dewasa yang tiba-tiba muncul dari arah depan parkiran. Mereka adalah Pat, Hugo dan Mr. Robert, guru olahraga di grade tujuh. Semuanya panik melihat kondisi Addo dan Logan yang kacau, kotor dan terluka di tanah.

"Addo!" Pat menghampirinya panik, bersimpuh di sisi satunya yang kosong. Wanita itu langsung menemukan lebam di tulang pipi serta darah di bibir putranya.

"My goodness! Kau tidak apa-apa? Lukanya—"

"Gaun yang bagus, Ma—aw!" Addo mencoba tersenyum namun justru meringis sambil memegangi daerah bibirnya yang luka di sudut.

"Jangan membelokkan percakapan, anak nakal." kata Patserius namun membuat Addo dan Alice sama-sama mengulum senyum.

"Ngomong-ngomong, apa yang terjadi pada..." Hugo membuka mulut setelah melihat Logan terbaring masih tak sadarkan diri. Dia dan Mr. Robert lantas mengecek keadaan Logan yang terluka dan pingsan.

"Dia tidak sadarkan diri," kata Mr. Robert. "Harus segera dibawa ke rumah sakit."

Pat dan Alice membantu Addo berdiri. Saat itu, secara sekilas Addo kembali melihat sosok Greyson berdiri agak di kejauhan namun menatap lurus ke arahnya. Dia langsung merasa takut karena ayahnya mungkin melihatnya berkelahi.

Namun sebuah suara muncul dalam kepala Addo. Suara yang ia kenal sebagai suara Greyson sendiri

"Kau tahu? Seandainya waktu itu ada orang sepertimu yang menghajarku sebelum aku meniduri ibumu, mungkin keadaannya akan jadi lebih baik. Kau melakukan sesuatu yang baik, Sayang, dan aku bangga padamu."

Setelah itu Greyson menghilang. Baik sosoknya maupun suaranya.

"I love you, dad." bisik Addo pelan, hingga hanya dirinya sendiri yang bisa mendengarnya. Pandangannya masih tertuju ke arah yang sama. Alice secara tidak sengaja melihat Mr. Robert mendecak sembari menatap Addo dengan sangat tidak suka. Buru-buru dia angkat bicara. "Aku bisa menceritakan semua kejadiannya. Addo menolongku, sangat menolongku. Hanya saja caranya tidak menyenangkan, kurasa."

"Kita bicara nanti di ruanganku." Kata Pat.

Alice mengangguk. "Tentu, Mrs."

Addo terpaksa menahan tawanya akibat melihat perubahan sikap Alice yang formal ketika berbicara dengan ibunya. Alice juga melihat gerak-gerik Addo, dan hanya memutar bola matanya malas. Dalam hatinya, Addo benar-benar senang karena bisa kembali dekat dengan Alice seperti dulu.

Dan kalau Addo beruntung, mungkin tak lama lagi dia dan Alice bisa 'dekat' lebih dari sahabat.

Addo diobati di ruang kesehatan sementara Logan dibawa ke rumah sakit terdekat oleh salah satu guru kesiswaan. Tadinya Addo juga hendak ditahan untuk ikut bercerita tentang perbuatannya dihadapan Pat dan Mr. Robert. Akan tetapi Hugo 'menyelamatkannya' dengan mengajaknya kembali ke aula karena masih ada satu kali giliran mereka untuk tampil sebagai penutup acara.

"Kau yakin bisa membuka mulut?" tanya Hugo.

"Rasanya sudah mendingan setelah diplaster."

"Kau harus menceritakan semuanya nanti."

"Tentu," Addo mengangkat simbol OK dengan jari tangan kanannya. "Ngomong-ngomong, apa kau juga marah?"

Hugo masih sibuk memasang earphone. "Aku saja masih tidak tahu bagaimana kronologis kau tiba-tiba menghajar—"

"Logan."

"What?" Hugo terkejut, seketika berpaling padanya. "Jadi dia yang bernama Logan? Aku memang sependapat denganmu kalau dia menyebalkan, tapi aku ingat tidak pernah menyuruhmu untuk menghajarnya seperti itu!"

Addo hanya tersenyum. "Simpan dulu semuanya, Paman. Aku kan belum menceritakan semua kejadian padamu." Lanjutnya lalu mendorong pintu aula dan masuk. Cepat-cepat ia dan Hugo berjalan menuju ke belakang panggung, sebelum ada orang yang memergoki mereka baru tiba kembali ke aula.

"Giliran kalian lima menit lagi." kata salah seorang panitia sambil lalu.

"Kau mau membawakan lagu apa?" tanya Hugo. Addo mengeluarkan handphone-nya, membuka playlist dan berhenti di lagu lama milik Hugo, berjudul Nonsense. Kemudian dia mengulurkan benda itu.

"Kuharap Paman tidak keberatan kalau aku yang menyanyi?"

Hugo menerima handphone Addo, senyum yang baru pertama kali dilihat oleh Addo darinya terulas. Senyum yang sulit untuk dijelaskan, sebab ia menggambarkan begitu banyak perasaan; kaget, gembira, tersentuh... Tapi yang Addo lihat dari Hugo saat itu mungkin lebih dominan ke perasaan terkejutnya.

"Aku yakin kau akan membuat semua orang disana pingsan." Gumamnya kemudian, satu tangan menepuk pundak Addo dari belakang.

"Tentu saja, haha!"

Hugo tersenyum miring. "Dasar bocah."

Addo mengerutkan kening. "Excuse me?!"

"Sebagai penutup, mari kita sambut kembali duet Addo dan Madeon!" seru si pembawa acara dari panggung diikuti riuh tepuk tangan penonton. Addo dan Hugo pun naik ke panggung, membawakan lagu Nonsense. []

Continue Reading

You'll Also Like

46.4K 2.9K 18
Akankah lian kembali membuka hati untuk salma? ikuti cerita aku terus yaa
147K 707 15
Yang orang tau Kiara Falisha adalah gadis lugu, imut, lucu, menggemaskan juga lemot. Tapi di depan seorang Faidhan Doni Advik tidak seperti itu. Pun...
291K 1.8K 4
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..
710K 3.4K 10
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...