BRIANNA [Proses Revisi]

بواسطة saripahsaa

1.2M 138K 7.1K

Matanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menembus masuk dalam indera penglihatannya. Setelah terbuka... المزيد

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41

Chapter 19

26.5K 3.4K 181
بواسطة saripahsaa

***

Malvin diam termangu. Di sana, orang yang ia rindukan selama ini tengah tertidur tenang, dengan sinar rembulan yang menyorot menembus pada dinding kaca menyinari gadis itu.

Perlahan kakinya melangkah dengan gemetar kearah gadis itu. Setelah tiba dihadapannya Malvin duduk dipinggiran kasur, tangannya terangkat menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya.

"Sweetie..." bisiknya serak.

Matanya berkaca-kaca, perasaan rindu kini membuncah. Dihadapannya, adik kesayangannya telah kembali.

Gadis mungil yang dulunya selalu menatap kesal padanya karena ia terus mengganggunya kini berubah menjadi gadis yang sangat cantik. Malvin bahkan hampir tak mengenalinya, perubahan adiknya yang dewasa seperti ini membuat Malvin lagi-lagi terjerat akan pesonanya.

Meskipun hanya dengan sorot cahaya rembulan saja, Malvin bisa melihat dengan jelas wajah cantik adiknya.

Dalam keadaan hening, Malvin menatap Brianna dengan intens. Hanya terdengar suara hembusan nafasnya yang teratur dan suara detak jantungnya yang entah dari kapan berdetak lebih cepat dari biasanya. Kemudian Malvin mencondongkan tubuhnya kearah depan.

Cup

Malvin mengecup kening Brianna lama, sebagai tanda pertemuan mereka. Lalu, tangannya terangkat mengelus pipinya lembut.

"Eughh..." Brianna sedikit terusik akibat perbuatan Malvin, namun setelahnya ia kembali terlelap. Malvin yang melihat hal itu pun tersenyum kecil, dulu ataupun sekarang adiknya masih saja terlihat menggemaskan.

Malvin memposisikan dirinya untuk ikut berbaring di sebelah Brianna, tangan kekarnya menelusup kedalam selimut, memeluk pinggang Brianna dari belakang dengan posesif.

"Have a nice dream sweetie".

"Dan jangan pernah ada niatan untuk meninggalkan ku lagi, karena aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi" Matanya menatap dingin.

Namun, sedetik kemudian kembali lembut, Malvin mengecup pelan pucuk kepala Brianna.

Setelahnya ia ikut memejamkan matanya menelusuri alam mimpi.

Ceklek

"Oh astaga Leon, aku sudah merindukan putri kecil kit--"

"Sstt..." Leon menggerakkan jari telunjuknya di depan bibir, menyuruh istrinya agak tidak berisik.

"Okay, i'm sorry" bisiknya pelan.

"Pelan-pelan sayang, nanti mereka bangun" Leon menuntun Liana menuju tempat tidur Brianna.

Setelah dirasa sudah sampai, Leon maupun Liana menatap haru kedua anaknya yang terlihat saling berpelukan satu sama lain. Sudah lama mereka tidak melihat pemandangan seperti ini. Rasanya perasaan rindu mereka kini terbalas dengan kembalinya Malvin dan Brianna ke rumah.

"Mereka sudah besar Leon" Liana menatap kedua anaknya dengan mata berkaca-kaca, bahagia karena mereka tumbuh dengan baik meskipun Liana tidak berada disisinya.

Leon dengan cepat bergerak mengelus punggung istrinya "Tentu saja,itu semua berkat mu sayang".

Liana hanya tersenyum sebagai jawaban.

Kemudian Liana mendekati kedua anaknya, mengelus rambut mereka dengan lembut. Lalu mengecup kening keduanya satu persatu. Begitupun dengan Leon, namun ia hanya mengecup kening Brianna saja.

"Ayo sayang, biarkan mereka beristirahat".

"Tapi aku masih merindukan mereka Leon" Liana menatap dalam suaminya.

"Sayang, mereka pasti kelelahan. Apalagi baby Ann, dia baru saja pulang dari kota A. Biarkan mereka beristirahat ya?" Leon berbicara lembut pada istrinya itu.

Liana mengangguk saja, meskipun dalam hatinya ia ingin berlama-lama bersama kedua anaknya. Namun, ia tak boleh egois, masih ada hari besok. Lalu ia berjalan kearah pintu kamar,dengan Leon yang memeluk pinggang rampingnya. Pergi meninggalkan area kamar dan membiarkan kedua anaknya tertidur pulas.

***

2 hari kemudian

Kringg

Klik, Bunyi alarm dimatikan, terbangun dari tempat tidurnya lalu menoleh memperhatikan benda kecil yang berbunyi tadi.

'05.30'

Mengikat rambutnya dengan asal, lalu kaki jenjangnya melangkah menuju kamar mandi.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan seorang gadis cantik dengan handuk putih yang masih melekat di kepalanya dan berjalan menuju walk in closet, disana sudah berjejer rapi beberapa pakaian dan beberapa barang branded lainya.

Mengambil salah satu seragam kebanggaan milik Werienst High School. Dengan rok kotak-kotak berwarna biru dilengkapi rompi senada dengan bawahannya, dan di sebelah bahu kanan terdapat desain logo kebanggan mereka yang berlambang huruf W ditengahnya dengan sayap elang dikedua sisi.

Kemudian ia berjalan menuju meja riasnya, menyisir rambut brunette nya dengan lembut lalu menjepitkan rambutnya dengan jepitan berwarna putih polos. Mengambil pelembab yang biasa ia pakai dan menempelkan pada wajahnya yang putih bersih, lalu mengoleskan lipblam berwarna peach pada bibir tipisnya, setelahnya ia menyemprotkan salah satu parfum favoritnya yang beraroma lavender.

Brianna diam menatap kearah cermin. Hari ini adalah hari yang ia tunggu selama ini, pertemuannya dengan para tokoh novel akan segera dimulai.

"Huftt... Let's start Anna" Brianna menatap kearah pantulan cermin dengan tersenyum.

[Semangat tuan, mulai hari ini permainan akan segera dimulai]

[Saya harap anda bisa menyelesaikan misi ini dengan baik tuan]

"Tentu saja Max" Brianna tersenyum tipis.

[Jika anda kesulitan, anda bisa menghubungi saya tuan]

Brianna hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

Lalu Brianna berbalik arah mengambil tas ranselnya yang tergeletak di atas kasur, selanjutnya ia berjalan menuju keluar kamar.

"Selamat pagi semuanya..." sapanya dengan lembut dirinya saat sudah tiba di meja makan.

"Pagi juga kesayangan Mommy".

"Morning too sweetie".

"Morning too sayang". balas mereka serentak.

"Sini duduk disamping Mommy" Brianna mengangguk patuh, lalu ia mendudukkan dirinya di samping Mommy nya.

"Mau sarapan apa sayang?" tanya Liana.

"Sereal saja Mom" balasnya.

"Tidak mau roti?"

Brianna menggeleng pelan "Yasudah ini habiskan ya" Liana menuangkan sereal beserta susu pada mangkok.

"Thank you Mommy". Liana mengelus rambut Brianna lembut.

"Sama-sama sayang".

Mereka sarapan dengan khidmat, tidak ada yang bersuara. Hanya keheningan yang tercipta.

Beberapa menit kemudian

"Aku sudah selesai"

"Kamu berangkat ke sekolah di antar Bella ya sayang" titah Leon.

Malvin melayangkan tatapan protes pada Leon "No Dad, aku yang akan mengantarkan baby Ann ke sekolah".

"Tidak bisa Malvin, kau harus ikut Daddy ke kantor" ucap Leon tak terbantahkan.

"Hanya sebentar Dad, setelah itu aku akan ke kantor Daddy"

Leon tetap menolak dengan penuturan Malvin "Nanti kau bisa terlambat Malvin".

"Tapi Dad--"

"Jangan keras kepala Malvin" ujar Leon dingin.

"Ck!" Malvin berdecak sebal.

"Aku berangkat Mom, Dad, kak Malvin" ujarnya yang sedari tadi hanya diam menyimak perdebatan mereka. Namun, entah angin dari mana tubuh mungil Brianna spontan mendekati Malvin yang saat ini tengah duduk tak jauh darinya.

Cup

Brianna mengecup pipi kanan Malvin pelan. Sedangkan Malvin sendiri diam terpaku, tubuhnya menjadi tegang. Brianna terkekeh kecil, merasa lucu dengan respon kakaknya yang seperti itu.

"Bye semuanya..." pamitnya.

***

Werienst High School atau biasa dikenal dengan sebutan WHS adalah salah satu sekolah terfavorit di kota ini. Berdiri dengan megahnya dipusat kota, yakni sekolah menengah atas yang selalu mendapatkan predikat terbaik, mendapatkan akreditasi A dan selalu menjadi sekolah incaran bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan menengah atas.

Sekolah yang terkenal di berbagai kota dengan fasilitas yang super lengkap dan modern. Tidak sembarang orang yang bisa memasukinya, itu sebabnya mereka yang bersekolah disana akan mendapatkan kemudahan dalam mencari pekerjaan saat lulus nanti karena mereka menjamin alumni dari sana memiliki potensi dan wawasan yang berguna baik di dunia pekerjaan maupun di perguruan tinggi.

Deretan mobil sudah terparkir rapi. Pagi ini WHS sudah ramai disegala penjuru bangunan oleh para siswa. Entah itu diparkiran, perpustakaan, cafetaria, koridor maupun ruangan kelas para siswa maupun guru.

"Kau tidak mau turun Anna? Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi" Bella menatap aneh majikannya, yang sedari tadi diam menatap lurus kearah depan.

"Huftt... Iya kak Bel" dengan berat hati Brianna turun dari mobil, tak lupa ia juga berpamitan terlebih dahulu pada Bella.

"Semoga harimu menyenangkan Anna" teriak Bella di dalam mobil. Dan Brianna hanya mengacungkan jari jempolnya pertanda mengiyakan.

Kemudian mobil itu melaju meninggalkan area sekolah.

Brianna melangkah dengan anggun menuju koridor sekolah, tak lupa ia menampilkan raut wajah lembut namun polos sebagai awal pencitraannya.

Tak sedikit siswa yang memperhatikannya sepanjang jalan, dan ditanggapi oleh Brianna dengan tersenyum tipis namun terlihat manis sebagai tanda kesopanan. Beberapa dari mereka tersipu malu melihatnya, jarang-jarang saja orang secantik dirinya memiliki kepribadian ramah seperti itu.

'Kau lihat, cantik sekali gadis itu'

'Aku tak pernah melihatnya'

'aku juga sama'

'Sepertinya dia murid baru'

'Hei lihat! Dia tersenyum padaku' pekikan girang dari salah satu siswa diantara mereka.

'Hei, dia tersenyum padaku bodoh! Jangan mimpi'

'Kau yang mimpi, orang dia tersenyum padaku heh!! ejek salah satu siswa.

Pekikan beberapa siswa mengenainya terdengar begitu jelas ditelinga Brianna, namun tak ada satupun yang ia tanggapi hanya tersenyum tipis sebagai balasan. Dan tentunya di salah artikan oleh beberapa siswa.

Brukk

Tiba-tiba seorang siswi yang entah darimana menabraknya. Siswi tersebut terjatuh dilantai, dengan tangan yang memegang sikutnya.

"Awhss... Sakit" rintihnya.

Brianna yang melihat hal itupun berinisiatif untuk membantunya, tangannya terulur untuk membatu gadis itu berdiri "Kau baik-baik saja?" tanya Brianna khawatir namun dengan intonasi yang lembut.

"K-kenapa kau mendorongku" tuduhnya polos dengan mata yang berkaca-kaca.

Hah?! Brianna mengernyit heran, menatap aneh pada siswi yang menabraknya.

"Hah? Apa maksudmu, aku tidak pernah mendorongmu sama sekali" kata Brianna dengan raut wajah tak mengerti.

"A-ah maaf, aku kira kamu yang mendorongku tadi" gadis itu menunduk dengan tubuh yang gemetar.

Brianna lagi-lagi menatapnya tak mengerti, mengapa gadis itu bersikap seperti itu?

[Pstt... hati-hati tuan dia sedang menjebakmu]

Oh astaga, kenapa dia baru menyadarinya. Gadis ini jelas-jelas ingin memainkan dramanya di pagi hari, dan ia yang menjadi target sasarannya. Ah baiklah sepertinya bermain-main sedikit dengannya tidak lah buruk. Itung-itung sebagai asupan di pagi hari kan?

"Tidak apa-apa, tapi kenapa kau harus menuduhku seperti itu. Tidak baik gadis sepertimu menuduh sembarang orang, apalagi dengan orang yang tidak kau kenal sama sekali. Lain kali berhati-hati lah dalam berucap ya," tutur Brianna lembut. Namun dalam setiap katanya mengandung arti yang dalam, menegaskan bahwa gadis sepertinya tak seharusnya menuduh orang dengan sembarangan, dengan iming-iming salah kira tentu saja orang bodoh pun tahu maksud dari tindakan gadis itu, terlalu ceroboh untuk bisa dikatakan sebagai gadis licik.

"T-tapi aku merasa ada tangan yang mendorongku tadi" elaknya.

Brianna menaikan alisnya, lalu tersenyum remeh mendengar alasan tak logis darinya "Mungkin itu hanya perasaanmu saja. Kau lihat, koridor disini terlihat sepi dan hanya tersisa beberapa siswa saja yang sedang berlalu lalang".

Yah, Brianna sudah menyadarinya sedari tadi, di saat gadis itu terjatuh orang-orang yang tadinya ramai berlalu lalang diarea koridor kini terlihat sepi karena bel masuk sudah berbunyi. Dan bodohnya gadis itu tak menyadarinya, ia malah tetap memerankan perannya sebagai orang yang lemah tak berdaya. Memikirkan hal itu, Brianna rasanya ingin tertawa saja.

Gadis itu terdiam, lalu melihat kearah sekitar yang memang terlihat sepi tidak seramai tadi. Itu artinya tidak ada yang memperhatikan mereka sedari tadi.

Brianna yang melihat gadis itu diam saja pun tersenyum miring "Lain kali, jika ingin bermain trik, pastikan dulu situasinya seperti apa ya. Takutnya malah tidak sesuai dengan rencanamu itu" bisiknya dengan nada mengejek.

Namun setelah itu raut wajahnya kembali lembut. Menepuk bahunya pelan, kemudian berlalu meninggalkan gadis itu yang saat ini mengepalkan tangannya menahan amarah.

***

Malvin Carter

Haii semua, up nyaa lama bngt yaa? maaf hehe lagi gaa mood soalnyaa.

Btw aku skip langsung ke hari Brianna masuk ke sekolah biar gaa bertele-tele. Aku sendiri nyadar sii cerita ini agak bertele-tele, tapi gapapa semoga aja kalian tetep suka yaa.

Jan lupa vote sm komennya yaa temen-temen.

Babaii.

TBC

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

Bricia's world (On going) بواسطة Potta

الخيال (فانتازيا)

831K 70.1K 32
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
Lilac (Syringa) بواسطة Teri Hesa

الخيال (فانتازيا)

248K 16.1K 36
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
I WANT YOU بواسطة Ning Sri

الخيال (فانتازيا)

1.6M 128K 98
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...
Transmigrasi Baby Boy بواسطة Ren_22

الخيال (فانتازيا)

623K 43K 28
"kenapa foto kelulusanku menjadi foto terakhirku.."