[โœ”] ๐— .-'๐Ÿฌ๐Ÿฌ'๐Ÿณ : ๐—” ๐—ฃ๐—ถ๐—ฒ๏ฟฝ...

By Kazeki_Kmz

62.7K 11.4K 1K

Pembunuhan yang diakibatkan karena masalah dendam mungkin sudah sering terjadi. Namun, apa jadinya jika suatu... More

Prolog
Chapter 1 : File
Chapter 2 : They Know
Chapter 3 : Party Invitation
Chapter 4 : Game Start
Chapter 5 : New Headquarters
Chapter 6 : 1st Riddle
Chapter 7 : Thinking
Chapter 8 : New Evidence
Chapter 9 : Search & Find
Chapter 10 : +1
Chapter 11 : 2nd Riddle
Chapter 12 : Information
Chapter 13 : One Hint
Chapter 14 : Stalker
Chapter 15 : Sundial & Polonium
Chapter 16 : Where is Chenle?
Chapter 17 : Interrogation
Chapter 18 : Fail
Chapter 19 : Yu Zeyu & Mr. Zhong
Chapter 20 : Suspicion
Chapter 21 : Answer
Chapter 22 : Jeno Missing
Chapter 23 : Where is Jeno?
Chapter 24 : Danger
Chapter 25 : Due to Misstep
Chapter 26 : Discussion 1
Chapter 27 : Discussion 2
Chapter 28 : Him
Chapter 29 : Unexpected
Chapter 30 : A Piece
Chapter 31 : Test Result
Chapter 32 : Green Umbrella House
Chapter 33 : Changbin's Truth
Chapter 34 : 3rd Riddle
Chapter 35 : Park Jinyoung
Chapter 36 : Talks
Chapter 37 : Shocking Facts
Chapter 38 : Other Facts
Chapter 39 : Memory Card
Chapter 40 : Reconnaissance & Investigation
Chapter 41 : Stake Out
Chapter 42 : Get Away
Chapter 43 : Irina
Chapter 44 : Confusing
Chapter 46 : H-1
Chapter 47 : The Day
Chapter 48 : It's Possible?
Chapter 49 : Catch the Targer
Chapter 50 : Worries, Oddities, Lies
Chapter 51 : Team Name
Chapter 52 : The Truth
Chapter 53 : The Article
Extra Chapter : Epilog - Wills
Project Baru M.-'00'7

Chapter 45 : A Little Bit More

907 147 7
By Kazeki_Kmz

Matahari sudah naik pada titik tertinggi. Namun, hawa di siang hari kala itu masih terasa sangat dingin.

Tubuh Jaemin masih berada dibalik selimut tebal miliknya. Menjaga agar suhu tubuhnya tetap dalam keadaan hangat.

Kemarin malam demam yang dialami Jaemin cukup tinggi. Ia bahkan sempat pingsan saat Jeno membawanya masuk ke dalam rumah dan meletakan tubuhnya di atas kasur.

Sang kakak, Jaehyun, yang melihat sang adik dibawa pulang dalam keadaan demam tinggi, terlihat sangat khawatir. Jeno menceritakan pada Jaehyun bahwa Jaemin terkena demam karena berada di luar ruangan terlalu lama. Tetapi ia tidak bisa menceritakannya lebih detail, karena ia tahu bahwa Jaehyun belum mengetahui apa yang sebenarnya Jaemin lakukan di luar sana.

Ceklek

Pintu kamar Jaemin terbuka. Jaehyun muncul dari balik pintu sambil membawa semangkuk bubur dan air yang berada di atas nampan.

Jaehyun meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakes samping tempat tidur Jaemin. Lalu ia mencoba membangunkan Jaemin untuk makan siang.

"Na, Nana, bangun. Kau harus isi perutmu dulu." Ucapnya sambil menepuk pelan lengan sang adik. Namun, Jaemin tak kunjung bangun.

"Na . . ." Panggilnya lagi. Ia menunggu respon Jaemin beberapa detik. Namun, Jaemin tetap tak kunjung bangun.

Jaehyun kemudian melepaskan plester kompres yang ada di dahi Jaemin dengan perlahan. Lalu ia menggantinya dengan plester kompres yang baru.

Jaehyun memandangi wajah sang adik yang masih terlihat pucat dengan perasaan sedih.

"Cepat sembuh, Na." Ucap Jaehyun dengan suara kecil. Ia mengusap sekali surai lembut Jaemin. Lalu ia keluar dari kamar Jaemin sambil membawa kembali nampan beserta semangkuk bubur di atasnya. Ia hanya meninggalkan segelas air untuk berjaga-jaga jika Jaemin merasa haus saat terbangun dari tidurnya nanti.

Seperginya Jaehyun, Jaemin yang sebenarnya sudah terbangun sejak sang kakak masuk ke dalam kamarnya, kini perlahan membuka matanya. Ia lalu menyentuh plester kompres yang ada di dahinya.

"Terima kasih, hyung."

Jaemin perlahan bangun dari posisi tidurnya. Kepalanya yang masih terasa pening, membuat penglihatannya menjadi tidak fokus.

"Pukul berapa sekarang?!" Jaemin melirik jam digital yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya.

"12.15. Aku tidur terlalu lama." Ia lalu mengambil segelas air yang di tinggalkan oleh Jaehyun, lalu meminumnya beberapa teguk.

Jaemin kemudian memeriksa ponselnya yang juga berada di atas nakas. Ia ingin mengetahui, apa ada kabar dari ketiga temannya.

"Mati?!"

Ponselnya mati. Ia segerea mengisi daya baterai ponselnya lalu menyalakannya.

Saat ponselnya sudah menyala sempurna, ia mendapati banyak notfikasi panggilan telepon dan pesan dari Jeno, Haechan, dan Renjun sejak kemarin sore. Ia membuka beberapa pesan terakhir dari mereka yang baru saja mereka kirim pagi ini.

Renjun
Jaemin, kau sudah bangun?

Demammu tidak parah, 'kan?

Haechan
Aku sudah mendapatkan beberapa informasi dari blog tersembunyi milik anonim.

Kami akan berdiskusi setelah kau sembuh.

Jeno
Kau sudah bangun?

Haechan menemukan beberapa informasi tambahan.

Kita bisa berdiskusi melalui video call jika kondisimu masih belum sembuh.

Renjun
Jika kau butuh sesuatu, segera hubungi kami.

"Ini bukan waktunya bermalas-malasan." Gumamnya yang di mana kalimat itu ia tujukan pada dirinya sendiri. Ia lalu beranjak dari kasur dan berjalan menuju meja komputernya.

Jaemin mengetik semua informasi yang kemarin sudah ia dapatkan. Mulai dari pemeriksaan gedung laboratorium ilegal milik Ham Minhyuk, hingga acara diskusi yang ia dan ketiga temannya lakukan di markas.

Setelah semuanya sudah ia ketik, ia lalu mengirimkan berkas itu ke laptop milik Jeno yang ada di markas melalui email. Ia juga menyertakan pesan yang ditujukan pada ketiga temannya agar mereka dapat mengetikan informasi yang mereka dapat serta kejadian apa saja yang mereka alami selama menjalankan tugas-tugas yang mereka kerjakan di hari kemarin.

Di akhir pesannya, Jaemin meminta Renjun untuk menggabungkan berkas tersebut dengan berkas-berkas informasi lain yang sebelumnya sudah Renjun susun dalam sebuah map.

"Sedikit lagi. Sedikit lagi kasus ini akan selesai."

Jaemin menumpu dahinya dengan kedua tangan yang ia kepal di atas meja. Kepalanya masih terasa pusing karena demam. Tetapi tidak lama kemudian ia beranjak dari tempatnya dan keluar dari kamar. Ia ingin mengisi perutnya yang kosong.

Saat Jaemin menuruni tangga, ia melihat Jaehyun yang berada di ruang santai sedang menonton televisi. Ia melangkahkan kakinya dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara dan supaya Jaehyun tidak sadar akan keberadaan dirinya.

Namun, Jaehyun yang seolah-olah memiliki ikatan batin kuat dengan Jaemin dengan mudah menyadari keberadaan Jaemin walau pun sang adik melangkahkan kaki tanpa menimbulkan suara sama sekali.

"Na!" Seru Jaehyun. Ia lalu berjalan menghampiri Jaemin.

Jaemin yang hendak masuk ke dapur akhirnya menghentikan langkahnya saat mendengar seruan panggilan dari Jaehyun.

"Sudah merasa lebih baik?" Tanya Jaehyun sambil menyentuh dahi Jaemin yang masih terpasang plester kompres yang sebelumnya Jaehyun pasang. Jaemin membalas ucapan Jaehyun dengan anggukkan kepala.

"Kau lapar? Bibi Shin tadi membuatkan bubur untukmu." Ucap Jaehyun. Jaemin kembali mengangguk. Mereka lalu masuk ke ruang dapur.

Jaehyun meminta Jaemin untuk menunggu di meja makan, sedangkan Jaehyun yang akan menyiapkan bubur untuknya.

Tak butuh waktu lama, Jaehyun sudah menyajikan semangkuk bubur dengan toping irisan daging ayam dan taburan nori serta sedikit biji wijen yang tersusun rapi di atasnya. Jaehyun juga tak lupa untuk menyiapkan segelas air untuk Jaemin.

"Hyung sudah makan siang?" Tanya Jaemin dengan suara serak sebelum ia mulai menyantap bubur yang ada di hadapannya.

"Sudah." Jawab Jaehyun. Jaemin lalu mulai menyantap bubur yang ada di hadapannya.

Hening.

Tiba-tiba saja suasana menjadi canggung karena tak ada lagi yang bersuara di antara keduanya. Jaemin fokus menyantap makanannya, sedangkan Jaehyun fokus memperhatikan sang adik yang menyantap makanan dengan perlahan.

Namun, Jaehyun mulai mengeluarkan suara agar suasana terasa lebih santai.

"Na, papa mengajak kita untuk datang ke pesta yang diadakan oleh Tuan Ham." Ucapnya. Jaemin yang mendengar hal itu seketika menghentikan acara makannya.

"Tapi jika besok demammu belum sembuh, kau tidak perlu datang ke pesta itu." Tambahnya.

"Aku ikut." Ucap Jaemin. Jaehyun sedikit terkejut mendengar keputusan Jaemin. Karena biasanya sang adik tidak akan mau datang ke acara pesta pertemuan yang diadakan karena hal bisnis.

"Kau serius?" Tanya Jaehyun memastikan.

"Eum." Jaemin mengangguk.

"Aku sudah selesai makan." Ucapnya kemudian. Jaehyun melirik mangkok yang ada di hadapan Jaemin.

"Habiskan, Na. Kau perlu banyak makan supaya cepat sembuh." Ucap Jaehyun saat melihat Jaemin menyisakan banyak bubur di dalam mangkok.

"Terasa mual jika makan terlalu banyak." Balas Jaemin.

Jaehyun hanya bisa membuang nafas kecil. Ia lalu membereskan mangkuk yang masih berisi banyak bubur itu dan membawanya ke wastafel dapur untuk ia cuci.

"Tidak aku duga kalau papa juga akan di undang ke pesta Tuan Ham. Tapi ini bisa jadi kesempatan yang bagus untuk kami."

"Hyung, aku akan kembali ke kamar." Ucap Jaemin. Jaehyun menatap Jaemin dan menganggukkan kepalanya.

"Lekas sembuh, Na." Ucapnya. Jaemin lalu pergi keluar dari dapur dan kembali ke kamarnya.

Setelah Jaemin berada di kamar, ia segera mengambil ponselnya dan menelepon Jeno.

Hanya terdengan dua kali sambungan telepin, Jeno sudah langsung menerima panggilan telepon darinya.

"Halo, Jaemin. Bagaimana kondisimu?" Sapa Jeno dari seberang telepon.

"Sudah membaik. Terima kasih sudah membawaku pulang." Balas Jaemin

"Sama-sama."

"Jeno, tolong loudspeaker." Terdengar suara Renjun.

"Kalian sudah mengerjakan tugas yang aku berikan?" Tanya Jaemin.

"Sudah. Tinggal Haechan saja yang belum selesai." Jawab Jeno.

"Sepertinya hari ini aku tidak bisa ke markas. Jaehyun hyung tidak akan mengizinkanku keluar dari rumah."

"Jadi apa kita akan mendiskusikan hasil temuan informasi dari Haechan melalu telepon saja?" Tanya Jeno.

"Gunakan earpiece kalian."

Jaemin, Jeno, serta Renjun mulai memakai earpiece bluethoot di telinga kanan mereka. Renjun juga meminta Haechan untuk segera memakai benda tersebut serta meminta Haechan untuk menghentikan kegiatannya sejenak mengetik laporan tugas yang dia lakukan kemarin sore. Karena mereka akan mendiskusikan hasil temuan informasi yang sudah Haechan dapatkan.

"Haechan, kirimkan informasi yang sudah kau dapatkan ke email ku." Pinta Jaemin. Haechan pun segera mengirim berkas informasi yang ia dapatkan dari blog tersembunyi milik anonim. Hanya beberapa detik menunggu, berkas itu selesai terkirim.

"Sudah." Ucapnya.

Jaemin membuka berkas yang baru saja Haechan kirim. Di dalam berkas itu, tertera beberapa informasi mengenai Choi Minho, Bambam, dan juga Bae Joohyun, itu adalah nama asli Irina. Nama Irina adalah nama panggilan saat dirinya kuliah di Universitas Sains dan Teknologi, Polandia, sedangkan nama panggilannya saat tinggal di Jeonju adalah Irene. Jaemin sudah mengetahui itu saat ia berkunjung ke rumah dan bertemu dengan ibu dari Irina.

Dalam berkas tersebut, dijelaskan bahwa Choi Minho, Bambam, serta Irina, dipaksa dan diancam agar mau bekerjasama dengan Ham Minhyuk.

Mulai dari Choi Minho yang diancam akan dihancurkan gedung farmasi yang dia miliki jika menolak bekerjasama dengan Ham Minhyuk. Awalnya Choi Minho tidak menggubris ancaman tersebut karena dia belum tahu siapa sebenarnya Ham Minhyuk. Hingga suatu hari, ada seseorang yang mengebom sudut gedung farmasi miliknya yang mengakibatkan sebagian gedung hancur dan beberapa karyawan mengalami luka-luka.

Setelah kejadian tersebut, Choi Minho mendapat ancaman lagi, jika dirinya tetap tidak mau bekerja sama dengan Ham Minhyuk, maka gedung farmasinya akan di bom hingga menjadi rata. Choi Minho yang merasa tidak ada pilihan lain pun akhirnya mau bekerjasama dengan Ham Minhyuk.

Selama Choi Minho bekerjasama dengan Ham Minhyuk, ia hanya terus menerus melakukan penelitian terhadap polonium. Namun, selama itu pula, Choi Minho diam-diam melakukan riset mengenai Ham Minhyuk. Siapa saja koleganya dan bawahannya, apa saja yang Ham Minhyuk perbuat, siapa saja yang pernah menjadi korbannya, dan lain sebagainya. Itu semua Choi Minho lakukan secara hati-hati.

Akan tetapi, suatu hari Choi Minho ketahuan oleh I.M saat hendak mengambil data daftar nama yang akan menerima senjata racun mematikan yang sedang ia dan rekan peneliti lainnya teliti.

Sejak saat itu, Choi Minho sudah tidak pernah terlihat lagi hinggan saat ini.

Selanjutnya ada Bambam yang di ancam akan menghentikan seluruh beasiswa yang dia terima dari PYJ Scholarship di Universitas Jeonju, serta menghentikan seluruh proyek sains yang sedang dia lakukan saat itu.

Bambam yang memang bukan asli orang Korea mau tak mau menerima ajakan kerjasama dengan Ham Minhyuk demi bisa terus berkuliah dan menyelesaikan proyeknya.

Saat Bambam bekerjasama dengan Ham Minhyuk, awalnya dia melakukannya dengan sangat terpaksa. Namun, karena uang imbalan yang dia terima dari hasil penelitian pembuatan racun yang dia teliti dengan menggunakan bahan kimia dan tanaman apa pun, semakin lama Bambam menjadi semakin suka dengan pekerjaannya itu. Apalagi setelah dirinya dialihkan menjadi penanggung jawab atas pemasokan obat terlarang, dia seakan-akan menjadi gila karena uang. Hal itu membuat kuliah serta proyek yang dulu dia pertahankan justru menjadi terbengkalai.

Yang terakhir ada Bae Joohyun atau Irina. Dalam informasi itu, penjelasan ancaman yang Irina terima sama dengan penjelasan yang di hari sebelumnya sudah Jaemin jelaskan.

"Di lihat dari cara penulisannya, orang yang menulis semua ini tidak ada niatan untuk membuatnya menjadi sebuah artikel. Ini lebih bisa dibilang seperti catatan diary saja." Ucap Jaemin dalam hati.

"Haechan, apa hanya informasi ketiga orang ini saja yang ada di blog tersembunyi itu?" Tanya Jaemin.

"Tidak. Tapi catatan yang lain hanya berisi data informasi dasar seperti profil, dan itu sama persis seperti yang ada di dalam berkas PDF dari Tuan Yoo." Jawab Haechan.

"Apa kau sudah mengetahui siapa pemilik dari blog tersembunyi itu?"

"Belum." Jaemin mendengar hembusan nafas kasar dari Haechan. Karena Haechan merasa kecewa pada diri sendiri.

"Omong-omong, Jaemin, apa kau sudah menyusun rencana yang akan kita gunakan saat acara pesta Tuan Ham berlangsung nanti?" Tanya Jeno.

"Ya, sudah. Tapi sebelumnya aku ingin bertanya. Apa orang tuamu di undang ke acara pesta milik Tuan Ham?"

"Ya. Itu sebenarnya yang akan aku katakan sebelum kau akan menjelaskan rencananya."

"Jadi nanti kau yang akan melindungi Chenle saat di dalam pesta nanti?" Tanya Renjun pada Jeno.

"Aku yang akan menjaga Chenle." Ucap Jaemin.

"Kau akan datang ke pesta milik Tuan Ham?" Tanya Jeno.

"Ya. Orang tuaku juga di undang. Jadi aku dan Jaehyun hyung akan ikut ke sana." Jawab Jaemin.

"Entah aku harus merasa senang atau tidak, karena kita tidak perlu repot-repot mencari cara agak bisa masuk ke dalam pesta itu." Gumam Jeno. Namun, Jaemin masih bisa mendengarnya.

"Jadi yang mengintai dari luar aku dan Haechan?" Tanya Renjun.

"Ya." Balas Jaemin.

"Untuk rencana lebih detailnya akan aku jelaskan saat aku berada di markas." Tambahnya.

"Bukannya kau seharian ini tidak akan bisa keluar rumah?" Tanya Renjun.

"Aku akan mencari cara agak bisa keluar rumah dan datang ke markas." Jawab Jaemin.

"Kenapa tidak kami saja yang datang ke rumahmu? Itu, 'kan, lebih baik dari pada kau yang datang ke markas." Ucap Haechan.

"Di sini tidak ada ruangan kedap suara seperti yang aku pasang di markas. Jadi bisa saja orang yang ada di rumah akan mendengar pembicaraan kita. Jadi lebih baik aku yang datang ke markas." Jelas Jaemin.

"Baiklah jika itu maumu." Balas Jeno. Setelah itu Jaemin mematikan earpiece bluetoothnya.

--Tbc--

________________________________________________

A Piece of Glass
Chapter 45 : A Little Bit More
Saturday, 13 November 2021

Continue Reading

You'll Also Like

13.5K 1.7K 24
Gyomei Himejima x Fem! Reader Seorang gadis menjadi pemburu iblis Hashira Bulan ingin membalas dendam kepada Muzan apa yang telah diperbuat, selain i...
8.6K 1.5K 33
Jika ketiga belas anak hitz bergabung, katanya sih bakal WAH. Tapi kalau gabungannya terdiri dari si cengeng, si lemot, si tukang tidur, si tukang ma...
70.9K 11.3K 38
[Finish] Walaupun book nya udah selesai, jangan lupa tetep vote and comment ya ^^ ใ€ŠSetiap malam tepat di pukul 22.00 , ia datang , mengucapkan salam...
15.8K 1.7K 36
Kehilangan sahabat baiknya membuat Joni menaruh dendam kesumat terhadap Badrun, bandar narkoba yang selama bertahun-tahun dia incar. Namun siapa san...