[✔] 𝗠.-'𝟬𝟬'𝟳 : 𝗔 𝗣𝗶𝗲�...

By Kazeki_Kmz

63.1K 11.4K 1K

Pembunuhan yang diakibatkan karena masalah dendam mungkin sudah sering terjadi. Namun, apa jadinya jika suatu... More

Prolog
Chapter 1 : File
Chapter 2 : They Know
Chapter 3 : Party Invitation
Chapter 4 : Game Start
Chapter 5 : New Headquarters
Chapter 6 : 1st Riddle
Chapter 7 : Thinking
Chapter 8 : New Evidence
Chapter 9 : Search & Find
Chapter 10 : +1
Chapter 11 : 2nd Riddle
Chapter 12 : Information
Chapter 13 : One Hint
Chapter 14 : Stalker
Chapter 15 : Sundial & Polonium
Chapter 16 : Where is Chenle?
Chapter 17 : Interrogation
Chapter 18 : Fail
Chapter 19 : Yu Zeyu & Mr. Zhong
Chapter 20 : Suspicion
Chapter 21 : Answer
Chapter 22 : Jeno Missing
Chapter 23 : Where is Jeno?
Chapter 24 : Danger
Chapter 25 : Due to Misstep
Chapter 26 : Discussion 1
Chapter 27 : Discussion 2
Chapter 28 : Him
Chapter 29 : Unexpected
Chapter 30 : A Piece
Chapter 31 : Test Result
Chapter 32 : Green Umbrella House
Chapter 33 : Changbin's Truth
Chapter 34 : 3rd Riddle
Chapter 35 : Park Jinyoung
Chapter 36 : Talks
Chapter 37 : Shocking Facts
Chapter 38 : Other Facts
Chapter 40 : Reconnaissance & Investigation
Chapter 41 : Stake Out
Chapter 42 : Get Away
Chapter 43 : Irina
Chapter 44 : Confusing
Chapter 45 : A Little Bit More
Chapter 46 : H-1
Chapter 47 : The Day
Chapter 48 : It's Possible?
Chapter 49 : Catch the Targer
Chapter 50 : Worries, Oddities, Lies
Chapter 51 : Team Name
Chapter 52 : The Truth
Chapter 53 : The Article
Extra Chapter : Epilog - Wills
Project Baru M.-'00'7

Chapter 39 : Memory Card

763 151 4
By Kazeki_Kmz

Jaemin, Jeno, Haechan, dan Renjun kini berpencar untuk menjalankan tugas mereka.

Sebelum Haechan pergi menuju ke toko bangunan yang terletak di Uadong 1-ga, ia lebih dulu mengantarkan Renjun ke klinik hewan tempat Kun bekerja.

"Nanti akan aku jemput setelah tugasku selesai." Ucap Haechan pada Renjun sebelum Renjun keluar dari mobilnya.

"Oke." Balas Renjun. Ia lalu keluar dari mobil Haechan.

Setelah itu Haechan kembali menjalankan mobilnya meninggalkan Renjun yang masih berdiri di depan Jeonju Animal Clinic.

Melihat mobil Haechan yang sudah pergi menjauh, Renjun segera masuk ke dalam klinik hewan tersebut untuk menemui Kun.

Baru beberapa langkah ia berjalan dari arah pintu masuk, seorang wanita cantik datang menyapanya sambil menunjukkan senyuman manisnya.

"Renjun." Sapanya. Renjun yang mendengar namanya dipanggil lantas menengok ke arah sumber suara.

"Oh, Yeri Noona." Ucap Renjun sambil membungkuk hormat pada wanita tersebut.

"Tumben sekali kau datang kemari." Ucap Yeri.

"Aku ada urusan mendesak dengan Kun hyung. Apa Kun hyung sekarang sedang sibuk?" Tanya Renjun.

"Kun sedang mengobati beberapa hewan peliharaan yang sakit. Kau bisa lihat sendiri antrian para pemiliknya." Ucap Yeri sambil menunjuk deretan orang-orang yang sedang duduk menunggu giliram masuk ke dalam ruang pengobatan untuk mengobati hewan peliharaan mereka.

"Banyak juga ternyata. Pasti Kun hyung akan lama selesainya." Gumam Renjun.

"Apa urusanmu sangat mendesak?" Tanya Yeri.

"Eum. Aku harus bertemu dan bicara dengan Kun hyung secepatnya." Ucap Renjun.

"Kalau begitu kau tunggu saja di ruang istirahat. Nanti aku akan menggantikan tugasnya sebentar agar kalian bisa berbicara." Ucap Yeri.

"Terima kasih Yeri Noona." Ucap Renjun dengan menampilkan senyuman manisnya.

Kemudian Renjun pergi ke ruang istirahat yang sering digunakan oleh semua pekerja yang ada di klinik tersebut untuk beristirahat di waktu siang.

Ruangan itu kosong. Tidak ada satu pun orang di dalamnya selain Renjun.

Renjun menarik salah satu kursi yang ada di samping salah satu meja yang ada di sana untuk tempat ia duduk.

Sambil menunggu, Renjun sedikit memainkan ponselnya hanya untuk melihat-lihat isi beranda pada salah satu akun sosial media miliknya. Namun, baru sebentar ia melakukan kegiatan itu, ia mendengar suara pintu ruang istirahat di buka lalu menampakkan Kun yang memakai seragam dokter berwarna putih.

Kun berjalan masuk ke dalam ruangan dan menghampiri Renjun.

"Renjun, kata Yeri kau ada urusan mendesak. Ada apa?" Tanya Kun sambil menarik kursi yang ada di samping Renjun untuk tempat ia duduk.

"Ada yang ingin aku tanyakan pada hyung." Ucap Renjun.

"Silahkan, tanyakan saja." Ucap Kun.

Renjun yang tidak suka hal basa basi lantas langsung menanyakan perihal tugas yang Jaemin berikan padanya.

"Bisakah hyung memberitahuku sesuatu apa yang Tuan Yoo berikan pada hyung?" Tanya Renjun dengan serius.

Wajah Kun yang sebelumnya selalu terlihat ramah seketika berubah menjadi datar saat mendengar pertanyaan dari sang adik.

"Apa maksudmu?" Tanyanya.

"Hyung tahu pasti apa maksudku."

Sejenak Kun memperhatikan Renjun dengan tatapan serius.

"Itu bukan sesuatu yang harus kau ketahui." Ucap Kun.

"Aku harus tahu. Karena sesuatu itu mungkin bisa menjadi bukti sekaligus petunjuk dari kasus ledakan bom polonium yang terjadi enak tahun yang lalu." Ucap Renjun.

Kun sedikit terkejut mendengarkan perkataan yang baru saja Renjun ucapkan.

"Mau hal itu menjadi bukti atau pun petunjuk dari kasus itu, kau tetap bukan orang yang berhak untuk tahu mengenai sesuatu yang Kihyun berikan padaku." Kun beranjak dari tempatnya dan hendak meninggalkan Renjun.

Renjun yang melihat sang kakak akan pergi, ia pun lantas berdiri lalu berseru pada sang kakak.

"Jika hyung tidak memberitahukan hal itu padaku, maka di malam tahun baru Chenle akan terbunuh!"

Kun seketika menghentikan langkah kakinya saat mendengar seruan dari Renjun. Setelah beberapa detik ia terdiam, ia lalu bergegas menuju pintu untuk menguncinya. Lalu ia bergegas menghampiri Renjun kembali.

"Apa maksudmu?" Tanya Kun dengan serius.

"Jaemin maaf. Aku harus memberitahu Kun hyung mengenai identitasmu." Ucap Renjun dalam hati.

"Hyung tahu, 'kan, ada orang misterius yang yang akhir-akhir ini viral karena telah membantu banyak orang untuk memecahkan kasus kejahatan yang di alami oleh mereka?!" Tanya Renjun.

"Ya, hyung tahu." Ucap Kun.

Renjun menarik nafas panjang lalu membuangnya sebelum melanjutkan berbicara.

"Orang itu adalah Jaemin dan dia sekarang sedang mengusut kasus pembunuhan Wonjin yang ada sangkut pautnya dengan kasus bom Polonium enam tahun yang lalu."

Kun terdiam sesaat dengan menampilkan raut wajah syoknya.

"Orang misterius itu adalah Jaemin?" Tanya Kun untuk lebih memastikan bahwa ia tidak salah mendengar.

"Eum." Renjun menganggukkan kepalanya.

"Dan kau ikut membantu Jaemin mengusut kasus itu?" Tanya Kun dan di balas anggukan kepala lagi oleh Renjun.

"Bukan hanya aku, Jeno dan Haechan juga ikut mengusut kasus itu. Sekarang ini kami sedang berpencar untuk menjalankan tugas mencari bukti dan petunjuk lain mengenai dua kasus itu, dan tugasku adalah untuk mencaritahu sesuatu apa yang Tuan Yoo berikan pada hyung."

"Lalu apa kaitannya dengan ucapanmu tadi yang kau bilang bahwa Chenle akan terbunuh?"

"Jaemin menerima surat peringatan dari si pembunuh. Bahwa kami harus menemukannya sebelum malam tahun baru atau komplotannya akan membunuh seseorang di malam tahun baru."

"Kalian berhasil menemukannya?" Tanya Kun lagi. Renjun pun kembali menganggukkan kepalanya.

"Kami menemukannya berkat Haechan yang berhasil melacaknya. Lalu Jaemin menemui si pembunuh dan mendapat petunjuk bahwa orang yang akan mereka bunuh adalah Chenle." Ucap Renjun.

"Jadi hyung, aku mohon beritahu aku sesuatu apa yang Tuan Yoo berikan pada hyung?" Pinta Renjun dengan wajah memelas sambil memegang tangan kiri sang kakak.

Kun terlihat masih ragu untuk memberitahukan yang sebenarnya pada Renjun.

"Sebelumnya hyung ingin bertanya. Apa Yoo Kihyun terbukti ikut terlibat dalam kasus ledakan bom polonium enam tahun yang lalu?" Tanya Kun. Renjun menggelengkan kepala.

"Sejauh ini kami tidak menemukan bukti kalau Tuan Yoo ikut terlibat dalam kasus itu. Justru yang kami temukan adalah bukti bahwa Tuan Yoo tidak bersalah dalam tuduhan kasus pembuatan kosmetik menggunakan bahan berbahaya yang membuatnya terpaksa masuk penjara."

"Kalian bahkan tahu sampai sejauh itu." Gumam Kun.

Kun terlihat melepaskan kalung yang ia kenakan tanpa melesakan kaitannya. Ia lalu memberikan kalung itu pada Renjun.

"Di dalam liontin itu ada kartu memori yang berisi rekaman dan bukti-bukti kejahatan Ham Minhyuk." Ucap Kun.

Renjun melihat liontin kalung yang ada di tangannya. Liontin itu berbentuk sebuah buku dengan sebuah ukiran huruf Y di tengahnya. Ia kemudian membuka liontin itu dan melihat ada sebuah kartu memori di dalamnya.

"Jika hyung punya bukti dan rekaman kejahatan Tuan Yoo, kenapa hyung tidak melaporkannya pada polisi?" Tanya Renjun dengan raut wajah bingung.

"Ham Minhyuk itu orang yang sangat licik. Beberapa polisi di sini sudah ada yang menerima uang suap darinya. Kihyun juga melarangku untuk memberikan bukti itu kepada polisi karena dia sudah tidak percaya lagi pada mereka." Jelas Kun.

"Apa hyung percaya pada Jaemin?" Tanya Renjun.

"Aku percaya pada kepintarannya." Ucap Kun.

"Hyung harap kalian bisa memecahkan kasus itu dan memenjarakan orang yang memang bersalah." Tambahnya.

"Kami pasti akan memecahkan kasus itu. Lihat saja nanti." Ucap Renjun sangat yakin sambil menampilkan seulas senyum lebar di kedua sudut bibirnya. Kun yang melihatnya pun ikut tersenyum.

"Hyung percaya pada kalian." Ucap Kun sambil menepuk pundah sang adik.

Di sisi lain, setelah menempuh waktu perjalanan sekitar 25 menit, Haechan akhirnya sampai di toko bangunan yang ia tuju.

Toko bangunan itu berada di petak tanah berukuran kecil yang ada di pinggiran kota. Namun, bangunan yang didirikan di atasnya memiliki beberapa lantai hingga menjulang tinggi.

Haechan masuk ke dalam toko tersebut. Ia mulai mengedarkan pandangannya ke berbagai jenis barang yang ada di sana. Setelah di rasa cukup, ia segera menemui salah satu karyawan yang terlihat sedang menyusun barang-barang di salah satu rak toko.

"Permisi." Ucap Haechan dengan sopan.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" Ucap karyawan tersebut.

"Saya sedang mencari trimpot mini model lama yang berbentuk pipih seperti koin. Apa toko ini masih menjual trimpot seperti itu?." Tanya Haechan.

"Ya, masih. Anda bisa mencarinya di rak sebelah sana. Di sana juga ada beberapa jenis dan bentuk trimpot lainnya." Ucap si karyawan sambil menunjuk rak yang terdapat berbagai jenis tripot.

"Terima kasih." Ucap Haechan sambil membungkuk hormat. Lalu ia berjalan menuju rak yang baru saja ditunjuk oleh si karyawan toko.

"Wah, banyak juga bentuk dan jenisnya." Gumam Haechan saat melihat jejeran kotak berisi berbagai jenis dan bentuk trimpot. Ada yang ukuran kecil hingga ukuran yang besar.

"Berapa yang harus aku beli?!" Tanya Haechan pada diri sendiri.

Haechan berpikir sejenak, sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli lima trimpot. Ia kemudian membawa lima trimpot model lama itu ke meja kasir untuk membayarnya.

Setelah selesai dengan tugasnya, Haechan tidak langsung keluar dari toko bangunan itu, ia justru melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua melalui anak anak tangga yang berada di sudut ruangan toko. Di lantai dua toko bangunan itu ternyata menjual banyak aneka perabotan elektronik. Haechan hanya mengedarkan pandangannya sebentar pada barang-barang yang ada di sana. Lalu kemudian ia naik lagi ke lantai berikutnya.

Di lantai tiga ternyata menjual berbagai jenis suku cadang elektronik. Haechan melihat barang-barang yang ada di lantai tiga. Langkahnya terhenti saat Haechan berada tepat di depan rak toko yang memajang paket suku cadang elektronik berukuran mini dalam kotak berukuran kecil.

Saat Haechan sedang melihat paket suku cadang elektronik itu, tiba-tiba saja ada seorang karyawati toko yang datang menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya si karyawati tersebut.

"Saya ingin membeli paket suku cadang ini." Ucap Haechan sambil menunjuk kotak berisi suku cadang elektronik berukuran mini di depannya.

"Anda bisa langsung ke meja kasir. Saya yang akan membawa dan membungkus paket suku cadang ini." Ucap si karyawati.

Haechan segera pergi ke meja kasir untuk melakukan transaksi pembayaran. Setelah transaksi selesai, si karyawati tadi langsung memberikan sebuah bingkisan berisi paket suku cadang elektronik yang Haechan beli.

Setelahnya, Haechan langsung turun ke lantai bawah dan pergi dari toko bangunan itu. Lalu ia segera pergi dari sana dan kembali ke klinik hewan tempat Kun bekerja untuk menjemput Renjun.

--Tbc--


___________________________________________

A Piece of Glass
Chapter 39 : Memory Card
Tuesday, 05 October 2021

Continue Reading

You'll Also Like

Aleo By Juté J.A

General Fiction

232K 19.3K 38
[Slow Update] Aleo. Itu nama si pemuda yang tidak yakin dirinya yatim piatu atau bukan. Karena yang bisa dipastikannya adalah dia sebatang kara. Dan...
537K 18.9K 24
Dosen Galak, suka marahin mahasiswi ❌ Dosen Sinting, suka isengin mahasiswi ✅ "Ziva, rambut kamu di gerai saja, jangan di kuncir. Leher jenjang kamu...
1.7K 258 7
Sakura menyukai lelaki raven itu, si pangeran incaran semua gadis di sekolahnya, atau bahkan dari sekolah lain. Tapi dia mencoba untuk tidak peduli...
84.1K 2.9K 46
Will you still love me when I'm be a monster? --------------- Shella yang dituntut sempurna oleh orang tuanya hanya dikenal sebagai cewek paling popu...