BRIANNA [Proses Revisi]

By saripahsaa

1.2M 138K 7.1K

Matanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menembus masuk dalam indera penglihatannya. Setelah terbuka... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41

Chapter 9

38.9K 4.8K 154
By saripahsaa

***

Brianna kini sudah sampai di taman belakang milik keluarganya.

"Sebenalnya ada dimana anak itu Max?"

"Aku tak melihatnya" tanyanya sambil celingak-celingukan mencari anak itu.

[Jika anda ingin mengetahui keberadaannya, anda pakailah ini]

Madmax memberikan sebuah jam tangan dengan ukiran yang unik. Brianna menatapnya dengan bingung

"Apa ini?"

"Sebuah jam tangan?"

[Benar tuan]

[Namun asal anda tau tuan, itu bukan hanya sekedar jam tangan biasa]

"Benalkah?!"

[Iya tuan]

[Coba anda lihat di bagian pinggir terdapat sebuah tombol berbentuk bulat berwarna hitam]

[Dan jika anda menekan tombol itu, maka jam tangan anda akan menampilkan sebuah layar hologram]

" Hah...?! Layal hologram, Maksudnya?" Brianna lagi-lagi menatapnya bingung tak mengerti.

[Jika anda ingin tahu, anda bisa mencobanya sekarang]

Meskipun masih diliputi oleh rasa bingung, Brianna tetap melakukannya.

Dengan hati-hati Brianna menekan tombol kecil itu dan...

'Ting'

'Sistem diaktifkan'

'Loading device...'

Brianna menatap tak percaya, matanya menoleh pada Madmax.

Madmax mengangguk meyakinkan.

'Medeteksi objek...'

Kemudian terpampang lah layar itu di hadapan Brianna, di sana terdapat beberapa perangkat yang tidak ia ketahui.

[Sekarang sentuh layar hologram itu menggunakan tangan anda, guna mendeteksi sidik jari anda tuan]

Brianna mengangguk mengerti.

Dengan ragu-ragu tangannya menyentuh layar itu dengan pola berbentuk lima jari.

'Ting'

'Perangkat telah selesai'

Lalu terlihatlah beberapa tempat dalam sebuah gambar dihadapannya.

"Apa ini Max?" tanyanya tak mengerti.

[Ini adalah beberapa tempat yang harus anda datangi, saat anda menyelesaikan sebuah misi tuan]

Brianna mengangguk mengerti.

"Lalu dimana anak itu Max?"

[Ia berada di sebelah sini tuan]

Madmax menunjukkan sebuah gambar anak laki-laki yang sedang duduk sendirian disebuah taman.

"Telnyata letaknya tak jauh dali sini"

"Ayo Max kita kesana" ajaknya.

[Baik tuan]

'Ting'

Kemudian layar itu menghilang setelah Brianna menekan lagi tombol kecil itu.

***

Semilir angin di pagi hari menghantarkan suasana yang sejuk, dengan kicauan burung yang bersuara merdu menjadikan suasananya tenang dan nyaman.

Terlihat seorang anak laki-laki tengah duduk melamun di atas kursi panjang. Matanya menatap kearah depan, dengan pandangan yang kosong.

Memikirkan kejadian buruk yang terjadi hari ini.

Matanya terpejam, kemudian perlahan air matanya menetes secara bergantian.

Prangg!

Prang!

Suara kegaduhan terdengar begitu jelas diarea rumah.

"Berhenti menuduhku Stella! Aku tak pernah bermain di belakangmu! " jawabnya muak.

"Tak pernah kau bilang?!"

"Lalu apa maksudnya foto ini David?! APA?! hiks... Sudah jelas kau tidur dengannya hiks... hiks..." tangisnya pilu.

David menyugar rambutnya frustasi.

"Kau harus percaya Stella, aku hanya mencintaimu bagaimana bisa aku melakukan hal itu" kata David dengan lembut.

"BOHONG!"

"Kau bohong David hiks... Aku tau selama ini kau tak pernah mencintaiku"

"Kau masih mencintai JALANG ITU KAN?! tekannya.

Plakk!

"MAMA!" teriaknya.

Stella menoleh kearah anaknya dengan lemah" K-kenzo" lirihnya.

Lalu matanya menatap kearah David dengan pandangan kecewa.

"Mama hiks... Mama tak apa-apa kan?" ucap Kenzo dengan menangis.

"Mama tak apa sayang, Mama baik-baik saja" kata Stella dengan lembut.

Kenzo menggeleng tak setuju" Enzo liat sendiri Mama ditampar oleh orang itu" ujar Kenzo dengan mata memerah menahan tangis, lalu menatap tajam kearah David.

Sedangkan David ia diam menunduk menatap tangannya yang bergetar, menyesal dengan apa yang baru saja ia lakukan.

"Kau tau... Aku benci orang sepertimu, Papa" ucap Kenzo dingin.

David yang mendengar hal itu dadanya tiba-tiba merasa sesak, melihat sang anak menatapnya dengan benci.

"M-maaf Stella aku tak bermak--"

"Cukup David!"

Stella memejamkan matanya, lalu menatap datar kearah David" Aku menyerah David, mulai sekarang kau bebas untuk melakukan hal apapun yang kau mau, dan aku juga sudah lelah dengan semuanya" kata Stella dengan sekuat tenaga menahan sesak di dadanya.

"Aku akan menceraikan-mu David" ucapnya lirih.

Deg!

Kenzo dan David tersentak kaget mendengar penuturan Stella.

Meskipun Kenzo masih kecil, namun ia mengerti apa makna dari kata cerai itu.

Dengan sekuat tenaga Kenzo berlari menuju keluar rumah, menahan sesak di dadanya.

"KENZO!"

"KENZO SAYANG MAU KEMANA HIKS..."

Namun Kenzo tak menggubris panggilan sang Mama, ia sudah terlanjur kecewa mendengar kata cerai dari mulut Mamanya.

"Hei..." panggilnnya lembut.

Kenzo tersentak kaget, dengan buru-buru ia menghapus air matanya.

Lalu matanya menoleh kearah samping.

Kenzo melihat seorang gadis kecil yang sedang tersenyum manis kearahnya.

"Maaf mengagetkan-mu" ringisnya.

"Aku hanya ingin belkenalan denganmu saja".

Brianna memperkenalkan dirinya "Aku Blianna, kau siapa?" sambil mengulurkan tangannya.

Kenzo hanya menatap diam pada uluran tangan tersebut, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke depan.

Brianna menganga seorang Brianna dicueki?

"Sombong sekali dia max!" keluhnya dengan kesal.

[Sabar tuan, ingat misi kita!]

Brianna memutar bola matanya malas. "Ya, aku tahu" jawabnya datar.

[Bagus jika anda tahu tuan]

Brianna menghela nafasnya kasar, lalu berjalan kearah anak laki-laki itu dan berhenti tepat di hadapannya.

Brianna berdecak pinggang "Hei! Aku ini sedang belbicala denganmu tahu!"

Kenzo menaikkan alisnya, lalu menunjuk dirinya sendiri "Aku?"

"Tentu saja kau, memang siapa lagi yang ada disini selain kita" ungkap Brianna dengan gregetan.

"Oh..." balas anak laki-laki itu singkat.

Brianna menganga "astaga... entah dosa apa yang aku pelbuat hingga aku bisa beltemu dengan bocah menyebalkan sepeltinya!!" kesal Brianna mencak-mencak.

Kenzo malah terkekeh kecil melihat ekspresi marah yang ditunjukkan gadis kecil itu, bukannya terlihat menyeramkan justru lebih ke lucu apalagi dengan pipinya yang tembam kini memerah karena kesal.

"Kemarilah!" ajak Kenzo menepuk tempat duduk di sebelahnya.

Brianna hanya melirik saja, lalu membuang muka. Kenzo tersenyum kecil "Maaf sudah membuatmu kesal. Kemari lah! Duduk di sebelahku, tadi katanya ingin berkenalan denganku. Yaudah sini!"

Brianna terdiam sejenak, lalu melirik kembali pada Kenzo yang seolah mengintruksikan dirinya untuk segera duduk. Kenzo mengukir senyumnya saat Brianna duduk di sampingnya.

"Namaku Kenzo, kau tadi menanyakan namaku kan?" Brianna menoleh lalu mengangguk lucu.

Kenzo tersenyum lalu ikut menghadap kearah depan, melihat pemandangan taman yang terlihat sangat asri dan cantik. Keduanya sama-sama terdiam, menikmati keheningan masing-masing. Namun tidak bagi Brianna, ia tengah sibuk berperang batin dengan Max.

"Kau bisa diam tidak max?" kesalnya.

[Tidak bisa tuan!]

[Anda harus ingat dengan misi yang sudah saya jelaskan tadi]

"Iya aku tahu itu Max! hanya saja aku bingung bagaimana memulainya".

[Saya yakin anda bisa tuan]

Brianna cemberut dengan kaki yang diayun-ayunkan sangat lucu. Bahkan tak menyadari jika Kenzo sedari tadi memperhatikannya sambil mengulum bibirnya menahan gemas.

Kenzo sengaja tidak mengawali pembicaraan, karena dirinya ingin tahu secara jelas apa yang di inginkan gadis kecil ini padanya.

Brianna menghela nafasnya "Kenzo..."

"Hm?" balasnya berdehem.

"Kenzo kenapa kau bisa ada disini?"

Kenzo mengerutkan keningnya "Memangnya ada larangan aku tidak boleh kesini?"

Melihat respon Kenzo seperti itu Brianna meringis pelan "Bukan seperti itu. Emm... tadi aku melihatmu menangis sendilian disini, kau baik-baik saja kan?"

Sedetik kemudian Kenzo menatap kearahnya dengan datar.

"Apa urusannya denganmu" jawabnya dingin.

'Astaga...sepertinya aku salah bicara' lagi-lagi ia meringis.

"Maaf jika pellkataanku tellalu lancang, anggap saja aku tak pelnah belbicala sepelti tadi" Brianna menunduk sambil memilin jari-jemari nya dengan lucu.

Kenzo melirik sekilas, kembali mengalihkan pandangannya.

Astaga siapa yang tidak tahan dengan godaan lucu seperti ini, termasuk Kenzo sendiri. Rasanya ia ingin membawa anak ini pergi bersamanya dan mengurungnya tanpa ada orang yang melihat tingkah laku lucunya itu.

Kenzo mencubit pipi tembam Brianna "Tidak masalah, aku yang seharusnya meminta maaf karena sudah bersikap ketus padamu" balasnya dengan tersenyum.

Brianna tersenyum lucu, lalu ia memperhatikan sudut mata Kenzo yang sedikit berair, sepertinya bekas ia menangis tadi.

"Kenzo..." panggil Brianna lirih.

"Aku tak tau masalahmu sepelti apa, tapi asal kau tau hidup tidak halus tentang lasa bahagia ada saatnya kau melasa sedih yang bahkan semesta pun kadang tak berpihak pada kita, mungkin kau belfikil dunia lasanya tak adil untukmu kalena halus menanggung beban yang belat disaat usiamu belum belanjak dewasa, tapi justlu itu yang membuatmu menjadi sosok yang kuat, kau akan menjadi seoalang yang mandili tidak takut pada siapapun kalna jati dilimu sudah di bentuk sejak dilimu masih kecil, jadi jangan sampai belalut-lalut ya sedihnya, dibelakangmu masih ada olang yang sangat menyayangimu dan bahagiakan meleka sebagaimana kamu membahagiakan dilimu sendili" Brianna menoleh dengan tersenyum manis, Kenzo terpaku sesaat.

Kemudian matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Brianna tadi, bagaimana pun Kenzo masih seorang anak kecil yang memang masih membutuhkan dukungan dari orang dewasa maupun orang lain.

"Eh... Kenapa kau menangis, aku minta maaf jika kata-kataku ada yang menyakitimu" jawab Brianna dengan panik.

Kenzo malah menjawab "Boleh aku memelukmu?"

"H-hah...?"

Grep

Brianna tersentak kaget "E-eh.."

"Terimakasih" lirihnya.

***

Haii semua maaf yaa kemaren aku gaa up soalnyaa lgii banyak tugas huhuu😭

Tadinya mau up tpii ga keburu maaf yaa:(

Jan lupaa buat vote sama spam komennya yaaa.

Babaii.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

596K 15.7K 19
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
945K 79.7K 38
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
445K 31.1K 42
menikah dengan duke Arviant adalah hal yang paling Selena syukuri sepanjang hidupnya, ia bahkan melakukan segala cara demi bisa di lirik oleh Duke Ar...