BRIANNA [Proses Revisi]

By saripahsaa

1.2M 138K 7.1K

Matanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang menembus masuk dalam indera penglihatannya. Setelah terbuka... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41

Chapter 8

40.4K 4.8K 159
By saripahsaa

***

Keesokan harinya...

[Tuan.... Pstt....] Panggilnya.

[Tuan...]

"Eughh..." lenguhnya.

Mata cantiknya perlahan mengerjap pelan guna menyesuaikan dengan cahaya matahari yang menembus pada jendela kamarnya dengan malu-malu.

[Maaf mengganggu tuan]

[Sudah saatnya anda bangun pagi ini dan setelah itu anda harus menemui seorang anak laki-laki itu untuk menyelesaikan sebuah misi ini tuan]

Brianna menoleh dengan malas dengan mata menyipit" Ughh... Iya-iya sebental" ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Tidak bisakah besok saja?"

"Aku malas melakukan apapun hali ini" ujarnya dengan malas.

[Tidak bisa tuan]

[Sudah peraturannya seperti itu, dan jika anda tidak melakukan misi ini maka anda akan mendapatkan sebuah pelanggaran]

"Pelanggalan?"

"Pelanggalan sepelti apaa maksudnya?" tanya Brianna bingung.

[Saya tidak bisa menjelaskan, karena itu hanya anda sendiri yang mengetahuinya]

"Tapi aku kan tak tahu bagaimana pelanggalannya"

[Maka dari itu, anda harus mencari tau sendiri]

"Kenapa kau selalu mempelsulit aku sih" gerutunya.

[Maaf tuan tugas saya hanya mendampingi bukan membantu]

"Ck! Menyebalkan sekali, dasal lobot tak belguna" cercanya dengan kesal.

Sedangkan sang robot ia hanya diam tak merespon.

Membuat Brianna bertambah kesal.

Ceklek!

Atensi Brianna teralihkan pada sosok yang membukakan pintu kamarnya.

"Kak Malvin?"

Sedangkan sang empu yang mendengar hal itu hanya tersenyum manis sebagai jawaban.

Dengan pelan kakinya menghampiri sang adik yang sedari tadi masih belum beranjak dari tempat tidurnya.

"Sudah bangun hm..?" tanya Malvin lembut.

Brianna hanya mengangguk sebagai jawaban.

Terkekeh pelan, lalu tangannya mengusap kepala Brianna dengan lembut.

"Sudah mandi?"

Brianna menggeleng pelan. "Belum hehe..." ucapnya cengengesan.

Malvin lagi-lagi terkekeh " Yasudah sekarang mandi gih, kakak tunggu disini".

Brianna mengangguk patuh.

Tiba-tiba...

Cup!

Malvin lagi-lagi mengecup sudut bibirnya pelan.

Sebenarnya ini sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi, namun jujur saja Brianna agak risih sebenarnya.

Bagaimanapun jiwanya sudah berumur dewasa dan ia diperlakukan seperti itu oleh anak yang umurnya berada jauh dibawahnya.

"Morning kiss sweetie" kata Malvin dengan tersenyum manis.

Brianna hanya tersenyum paksa sebagai jawaban.

Lalu setelahnya ia beranjak dari sana, berjalan kearah kamar mandi.

Sembari menunggu Brianna selesai mandi, Malvin melangkahkan kakinya menuju kearah jendela kamar.

Dengan perlahan dibukakan pintu jendela itu dan terlihatlah cahaya matahari menyentuh dinding kulitnya.

Malvin menyugar rambutnya kebelakang.

Lalu matanya terpejam, menghirup dalam-dalam aroma di pagi hari yang terasa menyejukkan.

Membiarkan wajah tampannya terkena panasnya sinar matahari.

15 menit kemudian...

"Kak malvin" panggilnya dengan suara lucu.

Malvin menoleh kebelakang, lalu setelahnya ia tersenyum manis.

"Sudah selesai?" tanyanya lembut.

Brianna mengangguk sebagai jawaban.

"Yasudah sekarang saatnya kita sarapan, yang lain sudah menunggu dibawah".

Lalu setelahnya Malvin membawa Brianna kedalam gendongannya, dan beranjak dari sana.

***

Bunyi dentingan antara piring dengan sendok terdengar secara bergantian. Sekeluarga makan dengan tenang, tak ada satupun yang bersuara, karena memang dilarang keras berbicara saat acara makan sedang berlangsung.


Brianna makan dengan anggun khas orang dewasa.

Namun sebenarnya, ia bersusah payah untuk tidak mengeluarkan isi perutnya saat ini.

"Astaga... Rasanya tidak enak sekali" batinnya meringis.

Ia tak terbiasa makan dengan masakan orang lain.

Lidahnya merasa tak cocok, itu sebabnya ia tak pernah makan di sebuah restoran atau bahkan makanan siap saji karena rasanya benar-benar tidak cocok dengan seleranya.

"Mom aku sudah selesai" sambil menyingkirkan piringnya yang masih ada tersisa sedikit makanan.

"Lho kenapa tidak dihabiskan sayang" tanya Liana.

"Aku sudah kenyang Mom" imbuhnya.

"Yasudah tidak apa-apa".

Kemudian Brianna menelungkup kan kepalanya di atas meja makan dengan malas.

"Baby Ann kenapa hm?" tanya Leon sembari membawa Brianna kedalam pangkuannya.

"No Daddy... i'm okay" ucapan sambil bersandar di bahunya.

"Seriously?"

"He'em" Brianna mengangguk lucu.

Leon mengangguk mengerti, lalu mengecup puncak kepalanya pelan.

[Tuan gawat!]

Brianna terperanjat kaget mendengar suara itu secara tiba-tiba.

"Ada apa baby Ann?" tanya Leon khawatir.

"A-ah... Tidak Daddy, tidak apa-apa" ucap Brianna tersenyum paksa

"Kau yakin sayang?" tanyanya sekali lagi.

Brianna mengangguk "Iyaa Daddy benelan" sambil membentuk kedua jarinya berbentuk huruf V dengan tersenyum manis.

Leon terkekeh pelan melihat putrinya bertingkah menggemaskan.

"Gawat kenapa Max, apa yang terjadi?" tanya Brianna panik.

[Max?]

"Huum... Mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan sebutan Max".

[Baiklah terserah tuan saja]

[Jadi begini tuan, ternyata sang target lebih cepat datang dari yang saya prediksi kemarin ]

"Hah..?! Maksudnya?"

[Anak laki-laki itu saat ini tengah berada di taman belakang milik keluarga anda tuan]

HAH...?! TUNGGU APA?!

"Bukannya kau bilang dia akan datang saat siang nanti?" tanya Brianna hera

"Lalu kenapa datangnya sekarang?" tanya Brianna kaget.

[Saya juga tidak tau tuan]

[Tiba-tiba saja sistem mengirimkan saya sebuah sinyal, dan ternyata sinyal itu berasal dari anak laki-laki itu]

"Lalu aku harus bagaimana sekarang?"

[Tentu saja anda harus menghampirinya tuan]

"Ck! Merepotkan" decaknya.

"Ekhem... Mom, Dad kak Malvin aku sudah selesai salapan, bolehkah saat ini aku belmain?"

"Kau akan bermain dimana sweetie?" tanya Malvin.

"Di taman belakang" jawabnya.

"Boleh asalkan ditemani Bella" ucap Leon.

"No... Daddy aku ingin sendili" protesnya.

"Tidak sayang kamu harus ditemani Bella"

"Please Daddy..." jawabnya dengan raut wajah menggemaskan.

"Huftt... Baiklah kau boleh pergi asal jangan jauh-jauh mainnya yaa" jawab Leon pasrah karna tak tahan dengan tingkah putrinya yang menggemaskan.

"Yeay... Thank you Daddy" girangnya.

Lalu setelahnya Brianna beranjak pergi dari sana.

***

Haii semuanyaa aku mo bilang makasii banget karna udaa mampir dilapak aku, dan makin kesini makin banyak yang baca padahal aku awalnya cuma gabut doang lho bikin cerita kek gini.

Tpii alhamdulliah adaaa ajaa yang baca.

Dan buat kalian yang suka spam next, ngasih voting sama ngasih semangat makasii banyak yaaa jujur itu lho yang bikin aku jdi tambah semangat buat ngetiknya.

Mungkin itu ajaa sii yang mau aku sampein ke kalian.

Jan lupa buat vote sm komennya yaaa.

Babaii.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

863K 52.1K 56
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
370K 42.8K 55
Rafka, seorang mahasiswa berumur dua puluh tujuh tahun yang lagi lagi gagal dengan nilai terendah di kampus nya, saat pulang dengan keadaan murung me...
98.7K 8.1K 14
"Kalau aku mau putus, gimana?" "Sayang, lo tahu, kan, kalau gue nggak akan kabulin itu? Lo punya gue! Dan, lo nggak akan bisa kemana-mana dengan gela...
1.3M 124K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...