Regret - Nomin

By NanaBee_02

1M 98.8K 23.2K

Di awali dengan pernikahan Jung Jeno bersama Kang Minhee yang sulit mendapatkan keturunan. Hingga Taeyong men... More

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Kejutan
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Coming soon
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 (End)
Iklan (Mohon di baca)
S2 - 1
S2 - 2
S2 - 3
S2 - 4
Read please, penting!!!
Regret S2. Ready???
Publish S2
Regret S2 (Jichen Vers)
Judul baru, siap?

Chapter 1

53.6K 2.6K 644
By NanaBee_02


Annyeong... aku kembali dengan book baru.


*****


Jeno melangkah masuk ke dalam rumah nya yang hening. Sudah satu minggu ini keadaan rumah nya begitu sunyi semenjak Minhee sering menghabiskan waktu nya di butik milik nya. Jeno tau, itu alasan Minhee untuk menghindar dari pembicaraan minggu lalu tentang keluarga Jeno yang terus mendesak Minhee untuk hamil. Padahal perjanjian di awal sebelum pernikahaan, keluarga Jeno tau jika Minhee sulit untuk mengandung dan mereka menyetujui nya. Tapi akhir-akhir ini Taeyong sering mempermasalahkan kondisi Minhee dan selalu menyuruh Minhee baik Jeno terapi dan mengikuti program hamil atau bayi tabung. 

Jeno sudah mencoba membicarakan hal ini bersama Minhee namun Minhee selalu menghindar dan lebih dulu berangkat atau pulang lebih larut setelah Jeno tertidur. Hari ini Jeno akan menyempatkan waktu nya untuk berbicara lagi pada Minhee. 

Setelah membersihkan tubuh nya, Jeno pergi ke ruang kerja nya yang berada di lantai bawah sambil menunggu Minhee. membolak balik beberapa berkas kerja nya. 

Beberapa menit kemudian Jeno mendengar suara mobil Minhee masuk ke dalam bagasi rumah. Keadaan rumah sudah gelap dengan beberapa lampu yang sengaja Jeno matikan agar terlihat jika Jeno sudah tidur. Pintu rumah terbuka, Minhee masuk ke dalam rumah sambil melihat lantai dua.

"Apakah Jeno sudah tidur?" Ucap Minhee pada diri nya sendiri.

Minhee hendak melangkah ke lantai dua namun suara berat Jeno menghentikan langkah nya dengan lampu utama yang Jeno nyalakan.

"Sampai kapan kau akan menghindariku?" Tanya Jeno berada di belakang Minhee.

Minhee menghela nafas nya membalik tubuh nya berhadapan dengan Jeno.

"Aku lelah, aku ingin langsung istirahat" Ucap Minhee.

"Tidak ada di rumah saat suami pulang? Istri macam apa kau Kang Minhee?" Ucap Jeno sedikit membentak.

"Kang Minhee?" Tanya Minhee memicinngkan mata nya.

"Kenapa? Kau tidak suka?".

Minhee menghela nafas nya.

"Aku sudah berganti marga menjadi marga suami" jawab Minhee dengan tenang.

Jeno mendengus pelan.

"Kau tau jika kau sudah mempunyai suami. Tapi dimana tanggung jawab mu sebagai istri yang terus pulang larut seperti ini?" Sarkas Jeno.

"Jeno-ya, aku malas berdebat" Hela Minhee.

"Aku pun malas untuk berdebat denganmu apalagi dengan kondisi lelah seperti ini. Tapi jika aku diam aja dan membiarkanmu. Kau akan semakin lupa jika kau sudah mempunyai suami" Ucap Jeno.

Minhee menghela nafas nya membalikkan tubuh nya acuh meninggalkan Jeno.

"Jung Minhee, aku belum selesai berbicara!!" Pekik Jeno.

Minhee mengcengkram pagar tangga dengan menahan emosi nya.

"APA LAGI?! APA LAGI YANG AKAN KAU BICARAKAN?".

"MEMBAHAS MASALAH MOMMY MU YANG TERUS MENDESAK KU AGAR AKU HAMIL?".

"ATAU MEMINTA KU UNTUK MENGECEK RAHIMKU YANG BERMASALAH?!".

Nafas Minhee memburu menatap Jeno dengan pandangan yang buram karena genangan air mata di kedua mata nya.

Jeno menghela nafas nya merasa bersalah. Menghampiri Minhee lalu memeluk Minhee lembut.

"Maafkan aku" Lirih Jeno mengecup pucuk kepala Minhee.

"Aku lelah Jeno-ya, mommy mu selalu mendesak untuk mengecek kesehatan rahim ku. Padahal mommy mu tau jika aku sulit untuk hamil!" Kesal nya sudah menangis.

Jeno mengangguk, ia merasa bersalah kini karena sudah membuat Minhee menangis lagi dan lagi.

"Ku mohon jangan membahas nya. Aku lelah, sungguh" Ucap Minhee.

Jeno mengusap rambut hitam Minhee dengan lembut.

"Baiklah sebaiknya kita istirahat".

Minhee mengangguk, melangkah bersama Jeno menuju kamar mereka.



*****


Pagi ini Jaemin terbangun di sebuah ruangan yang begitu familiar untuk nya. Jaemin mengerang saat kepala nya merasakan pening. 

"Kau sudah bangun?" Tanya seseorang masuk ke dalam kamar tersebut.

Jaemin menyipitkan mata nya menatap orang itu.

"Ahh kau, ku fikir siapa" Gumam nya.

Orang itu menyimpan segelas sup pereda mabuk dan segelas air mineral di samping kamar tidur.

"Makanlah sup itu, kau semalam mabuk berat" Ucap orang itu.

Jaemin mengingat kejadian malam itu. Tersenyum hambar menertawakan nasib kehidupannya. 

"Kutukan sialan!" Desis Jaemin.

"Menurutku bukan karena kutukan, karena mantan kekasih mu itu memang sudah menjadi bajingan sejak awal. Kau nya saja yang selalu berfikir jika dia laki-laki yang baik untukmu".

Jaemin mengangguk samar, megambil sup dan memakannya perlahan.

"Kau benar, aku terlalu buta untuk melihat keburukan si bajingan itu" Ucap nya.

"Kau harus segera pulang, aku akan memesan taksi untuk mu"Ucap orang itu.

"Eumm... terima kasih banyak Winter" Ucap Jaemin.

Perempuan bernama Winter itu mengangguk dan berlalu dari kamar. Jaemin menghabiskan sup itu dengan tandas dan membuat tubuh nya terasa lumayan enak. Jaemin harus meminjam kamar mandi Winter untuk membersihkan diri nya terlebih dahulu sebelum pulang bertemu dengan ayah dan ibu nya.


Jaemin berjalan mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah nya yang pagi ini lumayan sepi. Seperti nya kedua orang tua dan ketiga saudara nya masih terlelap. Jaemin menghela nafas lega saat berhasil masuk ke dalam kamar nya. 

Jaemin baru saja akan membaringkan tubuh nya tapi suara ayah nya mengagetkannya dan membuatnya membalikkan tubuh nya ke arah pintu.

"Pulang pagi lagi?!" Sentak Yuta -Ayah Jaemin-.

Jaemin menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal dan tersenyum canggung,

"Turun, ada yang ingin ayah dan bunda sampaikan padamu" Ucap Yuta meninggalkan kamar Jaemin.

Jaemin menghela nafas kasar, menghentikan kaki nya kesal dan berjalan menyusul Yuta. 

Jaemin menyeritkan dahi nya saat melihat semua saudara nya berkumpul di ruang keluarga dengan Winwin sang bunda yang menatap nya intens. 

"Duduklah" titah Winwin.

Jaemin duduk di samping Shotaro -Adik Jaemin-.

"Kenapa kau tidak pulang, semalam Nana?" tanya Winwin mengintimidasi.

Jaemin mengerucutkan bibir nya kesal.

"Mabuk karena di selingkuhi lagi oleh kekasihmu?" - Renjun -Kakak kedua Jaemin-.

"Atau kau memang di putuskan oleh nya?" - Xiaojun -Kakak pertama Jaemin-.

Jaemin mendesah pelan.

"Aku di selingkuhi oleh si bajingan itu, dia bersetubuh dengan mantan kekasih nya-".

"Dan Winter noona yang membantumu?" -  Shotaro.

Ketiga saudara nya menghela nafas jengah, sudah bosan dengan cerita kehidupan Jaemin selama ini.

"Jawab bunda, kekasihmu yang ke berapa si bajingan itu?" tanya Winwin lagi.

Jaemin memasang wajah berfikir.

"Umm... dua puluh lima?" Ungkap Jaemin bingung.

"Mantan kekasih mu sesuai dengan umur mu sekarang, Nana" Ucap Renjun memutar bola mata nya.

Jaemin kembali mengerucutkan bibir nya.

"Andai saja pada saat bunda mengandungku kala itu tidak menyumpahi orang lain. Aku tidak akan terkena kutukan seperti ini!" Ucap nya mengerang kesal.

Yuta menepuk kepala belakang Jaemin.

"Jangan menyalahkan bunda mu, Nakamoto Jaemin" Tegur Yuta.

"Maaf bunda".

Winwin menghela nafas nya.

"Tidak ada cara lain. Kau harus kami nikahkan" Ucap Winwin membuat Jaemin membelakkan mata nya terkejut.

"Tidak!!! Aku masih terlalu muda untuk menikah bunda!. Kenapa tidak Dejun hyung dan Renjun hyung saja yang kalian nikahkan lebih dulu!" tolak Jaemin tidak setuju.

"Sudah ayah bilang tidak ada pilihan. Jika seperti ini terus, kapan kau akan mendapatkan pasangan!" Ucap Yuta.

"Tidak mau ayah! Nana bisa mencari pasangan hidup Nana sendiri. Dan Nana belum siap untuk menikah!" Ucap Jaemin beranjak menuju kamar nya dengan kesal.

"Bunda, apakah tidak ada pilihan lain? Maksudku, kalian menjodohkan Nana dengan laki-laki yang sudah beristri" - Xiaojun.

"Dan apakah kalian tega membiarkan Nana menjadi istri kedua?" - Renjun.

"Sudah bunda bilang. Tidak ada pilihan lain. Keluarga calon suami Nana sangat menginginkan Nana untuk menjadi menantu nya-".

"Menantu yang di manfaatkan rahim nya untuk memberikan mereka seorang cucu?" - Renjun.

"Kami tidak habis fikir dengan keputusan ayah dan bunda" Ucap Xiaojun.

"Kasihan kak Nana, ayah bunda. Hanya karena kak Nana mendapatkan kutukan tidak akan pernah mendapatkan pasangan hidup. Kalian dengan tega nya menjadikan kak Nana istri kedua? Dan belum tentu calon suami kak Nana mencintai nya. Hidup kak Nana akan seperti apa nanti nya?" Ucap Shotaro beranjak menyusul Jaemin.

"Senakal-nakal nya Nana. Kami sangat mencintai nya, dan tidak akan membiarkan Nana hidup sengsara" Ucap Renjun di angguki oleh Xiaojun. Kedua nya pun menyusul Jaemin untuk menenangkan adik mereka.

Yuta memeluk Winwin dari samping. Mengusap bahu yang sedari tadi menegang karena ucapan para anak nya.

"Apakah keputusanku salah Yuta?".

"Aku hanya ingin Jaemin mempunyai pasangan hidup yang akan menemani nya hingga tua nanti" Winwin berucap dengan nada lirih.

"Kau tidak salah. Berikan Jaemin waktu".

"Atau, apakah kita setujui saja tawaran nyonya Jung yang meminta Jaemin meminjamkan rahim nya untuk menantu nyonya Jung tanpa ada nya pernikahaan? Jaemin sangat subur, dia pasti bisa memberikan cucu untuk nyonya Jung. Aku hanya tidak ingin Jaemin akan hidup monoton seperti sekarang. Setidak nya selama hidup nya dia melakukan hal yang baik dengan cara membantu orang lain" Ucap Winwin menatap Yuta.

"Kita bicarakan nanti. Jangan sekarang. Anak-anak mu sedang memanas perasaan nya". 

Winwin melemaskan bahu nya.


*****


Jeno dan Minhee pagi ini di kejutkan dengan keberadaan Taeyong dan Beomgyu yang tiba-tiba saja ada di dapur rumah mereka. Beomgyu yang sedang duduk di kursi bar menyapa Minhee dengan senyuman manis nya. Sedangkan Taeyong tengah memasak nasi goreng untuk sarapan pagi ini.

"Mom, bagaimana kalian bisa masuk?" tanya Jeno.

"Kau lupa jika rumah ini daddy mu yang memberikannya untukmu?. Mom meminta kunci cadangan untuk masuk kesini" ucap Taeyong.

Jeno menatap Minhee yang memejamkan mata nya menahan kekesalan nya. Jeno tau jika Minhee sedikit risih dengan keberadaan Taeyong dan Beomgyu yang secara tiba-tiba di rumah mereka. 

"Duduklah, aku sedang menyiapkan sarapan untukmu" ucap Taeyong menyuruh Jeno dan Minhee untuk duduk di kursi meja makan.

Beomgyu membantu Taeyong membawakan mangkuk besar berisi nasi goreng dan menyimpan nya tengah-tengah meja makan.

"Seharusnya kau bangun lebih awal untuk membuatkan suami mu sarapan, Minhee" Ucap Taeyong menuangkan nasi goreng pada piring Jeno.

Jeno menatap Minhee yang memandang Taeyong dengan tidak nyaman.

"Apakah setiap hari nya kau selalu berangkat kerja dengan perut kosong, Jeno?" Tanya Taeyong.

Jeno menggelengkan kepala nya "Kebetulan hari ini aku dan Minhee bangun terlambat mom".

Minhee tersenyum mengangguk "Iya mom, itu sebab nya aku lupa membuat sarapan untuk Jeno".

Taeyong mengulum bibir nya mengangguk.

"Kalian habis melaksanakan ritual malam?" tanya Taeyong membuat Jeno dan Minhee tersedak makanan merekaa.

"Mom, disini ada Beomgyu" Tegur Jeno.

"Memang nya kenapa? Aku sudah mengerti hyung" Ucap Beomgyu menjawab dengan santai.

"Setiap malam kalian selalu melakukan ritual suami istri, tapi Minhee belum juga hamil?" ucap Taeyong menatap Minhee.

Minhee tersenyum tipis membenarkan letak kemeja nya.

"Mom, ini di tempat makan. Jangan membahas yang seharus nya tidak di bahas" Ucap Jeno melerai.

"Seharus nya tidak di bahas? Ini patut untuk di bahas Jeno-ya. Kalian sudah menikah tujuh tahun tapi masih belum mempunyai anak?".

Minhee menghela nafas nya menyimpan sendok di atas piring dengan anggun.

"Mom, bukankah mommy dan daddy sudah tau masalah yang menimpaku? Dan kalian bilang tidak keberatan. Lalu, sekarang apa? Kalian mendesakku setelah tau semua nya?" Tanya Minhee dengan menahan kesal nya.

Taeyong menatap Minhee tenang.

"Menantuku, setidak nya berusalah dengan mengikuti program bayi tabung atau meminjam rahim wanita atau submissive lain. Apakah kalian akan berdua terus sampai tua nanti tanpa hadir nya seorang anak?" Ucap Taeyong.

"Mom!" Tegur Jeno.

"Kau tau kekuranganmu. Dan kau juga pasti tau, tidak mungkin Jeno tidak menginginkan seorang anak hadir dalam hidup nya. Semua pria dominan jika sudah menikah akan sangat mengharapkan seorang keturunan...".

"... Jadi menantuku, aku berniat meminjam rahim submissive lain agar kalian mempunyai anak. Atau... biarkan Jeno menikah lagi setidaknya sampai istri kedua nya memberikan nya keturunan!" Ucap Taeyong mengambil tas nya dan beranjak dari tempat di ikuti oleh Beomgyu.

"Mom!!!".

Jeno hendak menyusul Taeyong namun mengurungkan niat nya saat Minhee berlari menuju kamar mereka.

"Sayang hey..." Jeno mengikuti langkah Minhee.

Mencoba menahan lengan Minhee dan di tepis kasar oleh Minhee.

"LEPASKAN AKU!!!" pekik nya.

"Minhee...".

"APA MAKSUD MOMMY MU ITU JENO? RENCANA KOTOR APA YANG KELUARGA MU LAKUKAN UNTUK MENYIKSAKU LAGI?" Teriak Minhee.

Jeno menggelengkan kepala nya.

"Sayang hey...".

"Jangan sentuh aku... UCAPAN KELUARGAMU CUKUP MENYAKITI KU JENO!!" pekik Minhee menangis.

"Dengarkan aku dulu sayang...".

"Keluar Jeno!".

"Minhee...".

"AKU BILANG KELUAR!!!!".

Jeno mengangguk, melangkah mundur dan menutup pintu kamar mereka. Membiarkan Minhee menangis sendiri di dalam kamar.


*****


Ada yang minat sama kelanjutannya???

Continue Reading

You'll Also Like

315K 24.1K 32
What? I'm pregnant! «New version» Berawal dari ke isengan teman-temannya pada Jaemin dan Jeno yang berakhir keduanya menghabiskan malam panas penuh p...
295K 34.7K 14
Gaya pacaran ala Jaeyong tuh gimana sih?
1.6M 53.5K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
2.1M 96.4K 46
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...