Pukk
Puluhan tumpukan berkas berhasil Doyoung rapikan di atas meja kerjanya. Ia baru saja selesai menganalisa semua berkas-berkas tersebut yang berisi tentang biodata seluruh anggota keluarga Li. Itu adalah nama marga keluarga Tiongkok yang telah mengadopsi Zeyu, Xinlong, Jackson, Yugyeom, dan Jinyoung.
Ceklekk
Pintu ruang kantor Doyoung terbuka. Johnny muncul dari balik pintu.
"Sudah kau analisa semua?" Tanya Johnny sambil berjalan ke arah meja kerja Doyoung dengan gaya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Ya." Balas Doyoung.
"Kau harus secepatnya menemukan siapa pelakunya sebelum Ham Minhyuk yang menemukannya." Ucap Johnny dengan nada serius.
"Aku tahu." Ucap Doyoung.
"Jika Ham Minhyuk lebih dulu menemukannya, kita tak akan lagi bisa menemukan bukti lain mengenai kejahatannya." Ucap Johnny. Ia berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.
"Apa detektif yang dulu menangani kasus ledakan bom polonium tidak meninggalkan data sedikit pun mengenai kasus itu sebelum dia menghilang?" Tanya Doyoung.
"Pastinya ada. Tapi saat kami mencarinya di kediamannya, tidak ada apa pun yang bisa kami dapatkan. Detektif Sohn maupun bukti-bukti yang sudah dia kumpulkan semuanya hilang. Bahkan sampai sekarang kami belum dapat menemukan di mana keberadaan Detektif Sohn." Ucap Johnny.
Doyoung terdiam mendengarkan ucapan Johnny.
"Ingat, kau harus berhati-hati dalam menangani dua kasus yang saling berkaitan ini." Ucap Johnny.
"Kau tenang saja. Aku pasti akan berhati-hati. Aku juga tak ada niatan untuk menghilang sebelum kasus ini berhasil aku pecahkan." Ucap Doyoung. Ia bangkit dari duduknya lalu mengambil mantel tebal yang tergantung di tiang gantungan baju dan memakainya.
"Aku harus pergi." Ucap Doyoung
"Ke mana?" Tanya Doyoung.
"Panti asuhan." Jawab Doyoung. Lalu ia pergi meninggalkan Johnny sendirian di ruang kerjanya.
Doyoung pergi menuju panti asuhan Green Umbrella, tempat di mana Yu Zeyu dan Yu Xinlong dulu sering di titipkan oleh para saudara mereka.
Di dalam perjalanannya, ia menyempatkan diri membeli beberapa cup cakes dan donat di sebuah toko roti untuk diberikan kepada anak-anak di panti asuhan.
Di lain sisi, Haechan dan Renjun yang baru saja selesai sarapan di sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari toko roti, melihat Doyoung yang sedang berjalan keluar dari toko roti sambil membawa beberapa paper bag berwarna coklat di kedua tangannya.
"Haechan, bukannya itu Detektif Kim?!" Ucap Renjun sambil menunjuk ke arah Doyoung. Haechan pun mengarahkan pandangannya mengikuti arah jari Renjun menunjuk.
"Untuk apa dia membeli banyak roti?!" Ucap Renjun penasaran.
"Mau mengikutinya?" Tanya Haechan.
"Tapi jangan sampai ketahuan."
"Tenang saja."
Haechan lalu pergi mengambil mobilnya yang ada di parkiran belakang kafe, sedangkan Renjun menunggunya sambil terus memperhatikan Doyoung.
Doyoung yang sudah selesai memasukkan semua kantong plastik berisi kue ke dalam mobilnya, segera menjalankan mobilnya menuju ke panti asuhan.
Bersamaan dengan itu, Haechan datang mengendarai mobilnya. Renjun segera masuk ke dalam mobil dan mereka mulai mengikuti mobil Doyoung dari belakang.
Haechan dan Renjun terus mengikuti Doyoung dengan sangat hati-hati agar Doyoung tidak mencurigai mobil mereka.
Setelah mereka mengikuti Doyoung cukup jauh, mereka melihat mobil Doyoung berbelok ke kiri masuk ke dalam halaman sebuah rumah melalui gerbang yang bertuliskan Green Umbrella Home.
Haechan melewatinya rumah itu. Lalu ia memutar balik mobilnya agar berada di seberang sisi jalan. Ia menghentikan mobilnya tepat di bawah pohon rindang yang letaknya cukup jauh dari rumah itu.
"Apa itu panti asuhan yang diceritakan Jaemin tadi?!" Tanya Haechan.
"Sepertinya, iya." Ucap Renjun.
"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang? Menunggu Detektif Kim selesai dengan urusannya di dalam sana?" Tanya Haechan.
"Hmm, aku rasa tidak perlu. Kita masih ada tugas mencari informasi detail mengenai dua perusahaan besar milik Tuan Zhong dan Tuan Ham. Jadi kita harus segera kembali ke markas." Jelas Renjun.
"Yang penting kita sekarang tahu, kalau Detektif Kim sudah lebih dulu mengunjungi panti asuhan itu dari pada Jaemin dan Jeno." Tambahnya.
"Baiklah. Kita pulang sekarang dan beritahu mereka tentang hal ini." Ucap Haechan. Lalu ia mulai menjalankan mobilnya.
Beralih pada Doyoung yang berada di dalam panti asuhan. Ia sedang berbicara dengan salah satu pengurus yang ada di sana.
"Saya Detektif Kim. Saya datang ke sini ingin bertemu dengan kepala panti asuhan." Ucap Doyoung.
"Saya Seo Changbin, salah satu pengurus di panti asuhan ini." Ucap Changbin sambil membungkuk hormat.
"Kebetulan beliau sekarang sedang keluar. Tetapi biasanya beliau akan kembali saat sore hari." Ucap Changbin dengan sopan.
"Begitu rupanya. Kalau begitu saya akan kembali ke sini sore nanti." Ucap Doyoung.
"Sebelum saya pergi, saya ingin membagikan beberapa kue. Apa Anda bisa membantu saya membagikannya pada anak-anak di sini?" Ucap Doyoung.
"Tentu saja." Ucap Changbin.
Mereka berjalan menuju mobil milik Doyoung untuk mengambil beberapa paper bag berisi kue dan membagikannya pada anak-anak di sana.
Setelah selesai membagikan semua kue, Doyoung lantas segera berpamitan kepada Changbin dan beberapa pengurus lainnya di sana.
"Terima kasih Detektif Kim." Ucap Changbin sambil membungkuk hormat.
"Saya permisi dulu." Ucap Doyoung. Ia juga membungkuk hormat pada Changbin dan pengurus lainnya.
Haechan dan Renjun baru saja sampai di markas. Mereka lalu menceritakan mengenai Detektif Kim yang terlihat keluar dari toko roti sambil membawa banyak kantong platik sampai mereka yang mengikuti Detektif Kim hingga ke Panti Asuhan Green Umbrella.
"Sepertinya kita kalah cepat." Ucap Jeno.
"Tak apa. Kita akan tetap ke sana sore ini." Ucap Jaemin. Lalu ia beranjak dari tempatnya dan mengenakan jaket hitam miliknya.
"Mau ke mana?" Tanya Jeno.
"Toko buku." Jawab Jaemin.
"Apa di sana kau akan menemui Jinyoung hyung?" Tanya Renjun.
"Tidak. Aku hanya akan mengawasinya sebentar jika dia sedang berada di sana." Jawab Jaemin. Kemudian ia pergi dari markas menuju ke toko buku milik Jinyoung.
Di sepanjang perjalanan, Jaemin sibuk memikirkan banyak hal. Salah satunya, ia memikirkan hal apa yang harus ia lakukan jika Jinyoung terbukti terlibat dalam kasus pembunuhan Wonjin.
Jaemin sebenarnya tidak suka melibatkan perasaannya dalam menangani sebuah kasus. Tetapi kali ini berbeda. Kasus ini melibatkan seseorang yang ia kenal. Walau pun belum jelas keterlibatannya itu benar atau tidak, tetapi itu sudah mampu membuatnya merasa bimbang.
Sesampainya di toko buku, Jaemin langsung masuk ke dalam dan mendapati Ryujin sedang berdiri di balik meja kasir.
"Sudah lama kau tidak datang ke sini. Apa stok buku pengisi waktu libur musim dinginmu sudah habis?" Ucap Ryujin saat melihat Jaemin masuk ke dalam toko.
"Bisa di bilang begitu." Ucap Jaemin. Lalu ia berjalan menyusuri rak-rak buku untuk melihat apakah ada buku yang menarik baginya.
Saat Jaemin berhenti untuk melihat salah satu buku yang menurutnya menarik, tiba-tiba saja ada seseorang yang tidak sengaja menyenggolnya hingga membuat buku yang ada di tangannya terjatuh.
"Maaf, saya tidak sengaja." Ucap orang itu sambil menyerahkan buku yang terjatuh dari tangan Jaemin.
"Tidak apa-apa." Ucap Jaemin. Sebelum Jaemin mengambil buku yang di serahkan oleh orang itu, ia sekilas menatap wajah orang itu dan melihat bekas goresan samar di bagian pipi dekat telinga.
"Saya permisi." Ucap orang itu terburu-buru.
Jaemin memperhatikan orang itu yang berjalan ke arah meja kasir dan terlihat akrab saat berbicara sebentar dengan Ryujin.
Orang itu sempat melirik ke arah Jaemin sekilas, lalu pergi keluar dari toko.
--Tbc--
________________________________________________
A Piece of Glass
Chapte 28 : Him
Tuesday, 31 August 2021