[✔] 𝗠.-'𝟬𝟬'𝟳 : 𝗔 𝗣𝗶𝗲�...

By Kazeki_Kmz

62.5K 11.4K 1K

Pembunuhan yang diakibatkan karena masalah dendam mungkin sudah sering terjadi. Namun, apa jadinya jika suatu... More

Prolog
Chapter 1 : File
Chapter 2 : They Know
Chapter 3 : Party Invitation
Chapter 4 : Game Start
Chapter 5 : New Headquarters
Chapter 6 : 1st Riddle
Chapter 7 : Thinking
Chapter 8 : New Evidence
Chapter 9 : Search & Find
Chapter 10 : +1
Chapter 11 : 2nd Riddle
Chapter 12 : Information
Chapter 13 : One Hint
Chapter 14 : Stalker
Chapter 15 : Sundial & Polonium
Chapter 16 : Where is Chenle?
Chapter 17 : Interrogation
Chapter 19 : Yu Zeyu & Mr. Zhong
Chapter 20 : Suspicion
Chapter 21 : Answer
Chapter 22 : Jeno Missing
Chapter 23 : Where is Jeno?
Chapter 24 : Danger
Chapter 25 : Due to Misstep
Chapter 26 : Discussion 1
Chapter 27 : Discussion 2
Chapter 28 : Him
Chapter 29 : Unexpected
Chapter 30 : A Piece
Chapter 31 : Test Result
Chapter 32 : Green Umbrella House
Chapter 33 : Changbin's Truth
Chapter 34 : 3rd Riddle
Chapter 35 : Park Jinyoung
Chapter 36 : Talks
Chapter 37 : Shocking Facts
Chapter 38 : Other Facts
Chapter 39 : Memory Card
Chapter 40 : Reconnaissance & Investigation
Chapter 41 : Stake Out
Chapter 42 : Get Away
Chapter 43 : Irina
Chapter 44 : Confusing
Chapter 45 : A Little Bit More
Chapter 46 : H-1
Chapter 47 : The Day
Chapter 48 : It's Possible?
Chapter 49 : Catch the Targer
Chapter 50 : Worries, Oddities, Lies
Chapter 51 : Team Name
Chapter 52 : The Truth
Chapter 53 : The Article
Extra Chapter : Epilog - Wills
Project Baru M.-'00'7

Chapter 18 : Fail

917 190 11
By Kazeki_Kmz

Jeno dan Haechan kini sudah berada di pemakaman dan sedang memperbaiki lampu jam matahari yang rusak, sedangkan Renjun menunggu di dalam mobil yang terparkir jauh dari tempat pemakaman. Ia sedang memonitor empat CCTV pada layar Ipadnya.

"Apa belum selesai?" Tanya Jeno.

"Sedikit lagi." Balas Haechan.

Posisi Haechan sekarang sedang duduk di pundak Jeno. Karena jarak lampu yang sedikit tinggi ditambah mereka tidak membawa tangga, alhasil Haechan harus naik ke pundak Jeno agar bisa memperbaiki lampunya.

"Sudah selesai." Ucap Haechan. Jeno pun segera menurunkan Haechan dari pundaknya.

"Beberapa menit lagi jam sepuluh. Kita tunggu sebentar." Ucap Jeno.

Satu menit. . .

Dua menit. . .

Tiga menit. . .

"Kenapa rasanya waktu begitu lambat saat berada di tempat seperti ini." Ucap Haechan memecah keheningan.

"Masih merasa takut dengan hantu?" Tanya Jeno.

"Sudah aku bilang aku tidak takut." Kesal Haechan.

"Benarkah? Tapi saat di markas tadi kau terlihat takut." Ledek Jeno.

"Aku sudah bilang, 'kan, kalau aku hanya tidak suka melihat makhluk yang tidak bisa aku pukul." Ucap Haechan.

"Ooh." Balas Jeno.

"Kalian berdua jangan berisik. Fokus saja pada jam mataharinya." Ucap Renjun.

Mereka berkomunikasi melakui alat komunikasi berupa earpiece bluetooth yang baru saja diberikan oleh Jaemin tadi siang saat mereka selesai berdiskusi.

"Tunggu." Ucap Renjun.

"Ada apa?" Tanya Jeno.

"Ada mobil yang datang menuju pemakaman." Ucap Renjun. Matanya tidak lepas menatap layar Ipadnya.

"Mobil siapa?" Tanya Jeno.

". . ." Renjun tidak menjawab.

"Oy, Renjun." Panggil Haechan yang merasa gelisah.

"Itu mobil Mark hyung! Dia datang bersama Detektif Kim!" Ucap Renjun dengan panik.

"What?!" Haechan terkejut karena tidak menyangkak sang kakak akan datang ke pemakaman.

"Padahal tinggal beberapa menit lagi. Kenapa mereka malah datang?!" Kesal Jeno.

"Sebaiknya kalian cepat pergi dari sana sekarang sebelum mereka melihat kalian." Ucap Renjun.

"Tapi bagaimana dengan petunjuk dari jam mataharinya?" Tanya Haechan.

"Kita bisa mengetahuinya besok. Sekarang kita pergi dari sini." Ucap Jeno. Tetapi terlambat. Detektif Kim dan Mark sudah lebih dulu melihat mereka.

"Kalian yang di sana! Jangan bergerak!" Seru Detektif Kim dari pintu gerbang pemakaman.

"Lari!" Seru Jeno dengan suara berbisik.

"Hey! Jangan lari!" Seru Detektif Kim.

Jeno dan Haechan berlari menjauh dari Detektif Kim dan Mark yang mengejar di belakang mereka. Hingga mereka sampai pada pagar besi yang mengelilingi area belakang pemakaman.

Karena pintu pagar terkunci, jadi mereka mencari jalan lain dengan memanjat pagar besi itu yang tingginya mencapai dua setengah meter.

Jeno membantu Haechan untuk dapat memanjat dengan cara membiarkan kaki Haechan bertumpu pada kedua telapak tangannya. Lalu ia mengangkatnya ke atas agar Haechan bisa dengan mudah melewati pagar besi yang tinggi itu.

Setelah Haechan berhasil memanjat, Jeno segera menyusulnya. Ia mangambil ancang-ancang dengan mundur beberapa langkah ke belakang lalu berlari ke arah pagar dan memanjatnya dengan sangat cepat. Bahkan saking cepatnya, Jeno sudah memijakkan kakinya di atas tanah terlebih dulu sebelum Haechan.

"Ayo cepat." Bisik Jeno setelah mereka berhasil keluar dari area pemakaman.

Mereka berlari menuju blok perumahan yang berada di belakang pemakaman. Tepat di balik pagar di belakang mereka, Detektif Kim dan Mark terlihat berusaha menyusul mereka.

"Hyung, biar aku saja yang mengejar mereka." Ucap Mark pada Detektif Kim saat ia sudah berada di luar area pemakaman setelah berhasil memanjat pagar besi tinggi pembatas pemakaman.

"Renjun, jemput kami di depan Haeng Won Cafe." Titah Jeno melalui earpiece bluetoothnya.

Renjun yang berada di kursi belakang mobil lantas berpindah ke kursi pengemudi. Ia menyalakan mesin, memasukkan gigi perseneling lalu menginjak pedal gas untuk menjalankan mobilnya.

Jeno dan Haechan yang masih terus berlari memilih untuk mengambil jalan-jalan pintas untuk menghindar dari kejaran Mark.

Saat mereka bertemu dua persimpangan jalan pintas, tanpa perlu berpikir mereka langsung mengambil jalan ke kiri karena itu adalah jalan pintas menuju Haeng Won Cafe.

Di ujung jalan sempit itu sudah terlihat mobil milik Jeno yang di kemudikan oleh Renjun.

Mereka hanya tinggal melewati satu rintangan berupa pintu kayu setinggi satu meter yang menjadi pintu keluar masuk jalan sempit itu.

Jeno dan Haechan mempercepat laju lari mereka dan hanya dengan satu loncatan tinggi sambil satu tangan bertumpu pada pintu kayu itu, mereka bedua berhasil melewatinya dengan mudah.

Setelah mereka berhasil keluar dari jalan sempit itu, mereka bergegas masuk ke dalam mobil dan Renjun yang sudah siap menjalankan mobilnya langsung menancap gas dengan kuat.

Tepat saat mereka pergi dari sana, Mark terlihat keluar dari jalan sempit itu dengan raut wajah yang sangat kesal. Bahkan saking kesalnya Mark sampai mangatakan kata umpatan.

"Sial!"

Mark mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Detektif Kim.

"Sorry, hyung, Aku tidak berhasil menangkap mereka." Ucap Mark sambil terengah-engah.

"Tak apa. Kau segera kembali ke sini." Ucap Detektif Kim dari seberang telepon. Setelah itu sambungan telepon ditutup.

Beralih pada Jeno, Haechan, dan Renjun, mereka sekarang dalam perjalanan menuju markas.

Renjun mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang karena tidak terlihat tanda-tanda adanya mobil Mark mengikuti mereka.

"Hampir saja kita ketahuan." Ucap Haechan. Deru nafas Haecgan belum sepenuhnya kembali normal.

"Sepertinya aku harus membeli mobil baru." Ucap Jeno.

"Why?" Tanya Haechan.

"Karena mungkin saja Mark hyung sudah melihat plat mobil ini. Jika aku tetap memakai mobil ini saat berpergian, bukan hal yang mustahil jika aku akan ketahuan olehnya." Ucap Jeno.

"Benar juga." Balas Haechan.

"Bagaimana dengan wajah kalian? Apa Mark hyung melihatnya?" Tanya Renjun.

"Aku rasa tidak. Penerangan di sana sangat minim. Akan sulit mengetahui wajah seseorang jika tidak melihatnya dari jarak dekat." Jawab Jeno.

"Bagaimana dengan pakaian kalian? Mark hyung sudah melihat pakaian yang kalian kenakan saat di rumah Jisung." Tanya Renjun lagi.

Jeno dan Haechan terdiam tidak menjawab.

"Aaaarrgggk! Bagaimana jika aku ketahuan?!" Ucap Haechan frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

"Tenang. Aku sudah ada ide. Malam ini kau menginap di rumahku." Ucap Renjun.

"Why?" Tanya Haechan bingung.

"Menurut saja." Ucap Renjun.

"Ok." Haechan pun pasrah asalkan dirinya tidak ketahuan oleh sang kakak.

"Bagaimana denganku?" Tanya Jeno.

"Kau bisa mencari alasan sendiri." Jawab Renjun.

"Pilih kasih." Jeno menghembuskan napas berat.

Saat mereka semua sedang terdiam, tiba-tiba saja suara Jaemin terdengar melalui earpiece bluetooth yang masih terpasang di telinga mereka. Hal itu membuat membuat mereka kaget. Bahkan Haechan sampai berteriak.

"Bagaimana?"

"Waaa!!"

"Kenapa berteriak?" Tanya Jaemin.

"Kau membuatku kaget." Kesal Haechan.

"Hah?"

"Jaemin, kami gagal." Ucap Renjun langsung pada intinya.

"Kenapa bisa gagal?" Tanya Jaemin.

"Detektif Kim dan Mark hyung tiba-tiba saja datang ke pemakaman. Mereka melihat kami dan kami hampir saja tertangkap oleh mereka." Jelas Jeno.

"Kalian ketahuan?"

"Bukan ketahuan dalam arti mereka mengetahui dientitas kami. Hanya saja mereka melihat kami tapi tidak melihat wajah kami." Jelas Jeno.

"Oke. Aku paham."

"Kau masih di rumah Jisung?" Tanya Rejun.

"Tidak. Tadinya aku ingin menyusul kalian. Tapi karena kalian sudah memberitahuku hasilnya. Jadi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke markas."

"Kami juga sedang dalam perjalanan ke sana." Ucap Renjun.

"Oke. Ada sesuatu yang akan aku beritahu pada kalian setelah kita semua sudah berkumpul." Ucap Jaemin.

"Oke." Jawab ketiganya.

--Tbc--


________________________________________________

A Piece of Glass
Chapter 18 : Fail
Monday, 9 August 2021

Continue Reading

You'll Also Like

145K 34.5K 40
Tau games viral yang isinya karakter astronot ? Gimana jadinya kalo 23 bujang ganteng gak sengaja masuk ke dalem games ini ? Iya, mainnya bukan lewat...
292K 62.8K 31
Melodi ini, tidak seperti biasanya. Ada yang janggal. Originally written by Penguanlin, 2019. [ !! ] urutan/cara baca, cek buku "Case Journal" chapt...
28.5K 3.5K 52
Ditempatkan di kelas yang dijuluki kelas keramat dan tak memiliki masa depan, membuat 24 anak itu menolak dengan keras. Bahkan peringkat 5 besar dala...
202K 18.2K 33
"Peperangan diantara para belalang adalah pesta bagi kelompok burung gagak." Kematian anggota klub renang bernama Danu yang dinyatakan polisi sebagai...