[END] Not Innocent {Markhyuck}

By sungmngrl

6M 533K 108K

Yang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dib... More

1
2
3
4
5
6
7
10
11
12
13
14
15
16
18
19
20
21
22
Visualisasi
23
24
25
26
27
29
30
31
32
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
69
70
71
72
73
74
76
77
79
80
81
82
83
84
85
86
87
89
90
91
92
93
94
mauu tanyaa

78

48.3K 5K 693
By sungmngrl

Sekarang sudah malam, jam yang berdetak di dinding kamar Haechan sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sebenarnya Haechan juga Mark sudah tertidur sejak beberapa jam yang lalu, atau mungkin tepatnya sekitar pukul 10 malam. Biasa, habis nonton redtube -kalo kata Papa Jhonny sih- mereka ketiduran setelahnya.

Gak nonton yang macem-macem kok, cuma nonton Sinchan dong.

Sedikit meringis ketika merasakan nyeri di area pinggangnya Haechan mendudukan diri ditepi ranjang. Mengusap perut miliknya yang terdapat sang buah hati di dalamnya. Memang semenjak kandungan Haechan sudah memasuki trisemester ketiga ia merasakan susah tidur.

Berdiri, Haechan bertumpu pada nakas putih di samping tempat tidurnya. Berjalan menuju tempat minum yang Papa bawa ke dalam kamarnya kemarin. Kata Papa biar tidak susah bolak balik turun kebawah. Menenggak segelas air, Haechan meminumnya dengan perlahan.

'kok nyeri banget.' ujarnya dalam hati. Sebelumnya Haechan tidak pernah merasakan nyeri seperti ini, melihat kearah kalender untuk mengetahui tanggal berapa hari ini, tanggal 21 bulan November tertera di sana.

"Seharusnya masih 1 Minggu lagi kan? Masa iya udah mau ngelahirin." Gumamnya seorang diri. Menunduk untuk melihat kearah perutnya, mengusap dengan pelan berharap rasa sakitnya sedikit berkurang. Mencoba untuk kembali tidur, Haechan melangkah kearah kasur kembali, mengguncang sedikit bahu Mark untuk membangunkan suaminya.

"Hm? Kenapa?" Tanya Mark dengan mata menyipit.

"Mau peluk." Kata Haechan, tanpa memerlukan izin lagi Haechan langsung saja masuk kedalam pelukan hangat milik sang suami. Begitu pula dengan Mark yang langsung memeluk tubuh Haechan dengan lembut.

2 jam sudah berlalu dan kini Haechan kembali terbangun. Lagi-lagi merasakan sakit di daerah punggung serta pinggangnya. Haechan membuka mata, untuk melihat jam yang ternyata sekarang adalah jam 12 tepat. Mau tidak mau Haechan mendudukan diri, menahan ringisan karena nyerinya lebih terasa.

Kembali berdiri, Haechan mengambil minum lagi, menenggaknya dengan pelan pula. Setelah itu Haechan ingin ke kamar mandi. Kebanyakan minum membuatnya jadi bolak balik kamar mandi.

Setelah selesai Haechan tak langsung tidur, menatap kearah Mark yang tertidur sambil memeluk selimut mereka. Haechan terkekeh, Mark persis seperti bayi sekali. Lama Haechan hanya bolak balik seperti setrikaan di dalam kamarnya hingga sebuah pelukan menyadarkannya yang sedang berdiri di dekat jendela, menopang tubuhnya dengan tangannya sendiri.

"Kenapa hm?" Tanya Mark yang membuat Haechan menoleh serta mendongak, ia menggelengkan kepala, tapi sekarang Haechan sudah mengalungkan lengan di leher Mark. Menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang suami.

"Kenapa kamu bangun?" Tanya Haechan sambil mengatur nafasnya. Sakitnya memang belum seberapa, tapi Haechan serasa mau melahirkan besok. Entah bentar atau tidak, Haechan rasa begitu.

"Kamu gak ada, aku kira kemana."

Haechan terkekeh, kebiasaan sekali Mark Jung ini, tidak bisa kehilangan guling manusianya.

"Kamu gak bisa tidur?" Tanya Mark selanjutnya, ia memejamkan mata, masih mengantuk.

Haechan sendiri hanya mengangguk, "kayaknya aku mau ngelahirin deh."

"Bukannya seminggu lagi?"

Haechan menggeleng kembali, tanda bahwa ia tidak tahu juga tidak mengerti. Lebih memilih memeluk Mark dengan erat.

"Ayo tidur lagi."

"Kamu bisa? Yang mana yang sakit?" Tanya Mark sambil menunduk untuk melihat wajah Haechan dihadapannya.

"Gak terlalu lagi, ayo lanjut tidur, besok kamu kuliah pagi loh." Ajak Haechan, ia melepaskan pelukannya pada Mark dan berjalan kearah kasur kembali dengan Mark yang membuntuti.

🔹🔹🔹

"Kamu dimana sih?" Tanya Haechan ketika Mark tak kunjung datang. Ngomong-ngomong mereka sedang melakukan vidcall.

Ah ya, sedikit informasi kalau Haechan sekarang sudah berada di rumah sakit. Jadi ceritanya adalah saat Haechan hendak pergi kuliah Mama Ten langsung saja melarang anak kesayangannya itu sebab sanga menantu yang sudah pergi lebih dulu sempat mengatakan kalau Haechan semalam mengalami sakit di daerah punggung serta pinggangnya. Bahkan Mark mengatakan kalau Haechan tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam.

Dengan heboh Ten mengatakan kalau Haechan sepertinya sudah mulai mengalami kontraksi. 

"Kamu kok Cepu sih ke Mama?"

"Ya daripada kamu nanti kuliah terus melahirkan di UKS jurusan kan gak lucu."

Haechan mendengus, ia kesal. "Ya harusnya biarin, jadi kalo nanti si dedek ditanya 'lahir dimana' dia bisa jawab di kampus Mama sama Papa."

"Jangan ngadi-ngadi kamu By."

"Lah emang iya, biar ada cerita nanti."

"Ya.. ya terserah kamu aja."

"Iyalah.. shh." Haechan memejamkan matanya saat perut bagian bawahnya terasa nyeri, kram, pokoknya Haechan tidak bisa menjabarkan rasa sakit tersebut. Haechan tidak akan sanggup.

"Kenapa? Katanya gak sakit.. makanya kalo di bilangin jangan ngeyel kamu tuh."

"Gak butuh ocehan baba! Ayo cepet ke rumah sakit. Sekalian bawa jajanan ya."

"Hmm.. aku kirim pap lagi di jalan."

"Gak ada yang minta, alay ih."

"Yaudah tarik."

"Dih baperan.."

Mark diam saja, bukan marah atau tersinggung dengan lelucon yang istrinya itu buat, melainkan ia menatap wajah Haechan yang berada dilayar handphonenya, istrinya sedang menahan rasa sakit yang sedang di alaminya.

"Sebentar lagi sampe, beli jajan di mini market deket sini aja nanti ya."

Haechan hanya mengangguk, lalu mematikan panggilan tersebut setelah mendapat persetujuan dari Mark sendiri. Selagi Mark dalam perjalanannya Haechan sudah menoleh untuk melihat kearah sang Mama yang baru saja kembali entah dari mana.

"Kata dokter Kun tadi, perkiraan kamu ngelahirin kalau gak besok pagi atau gak siang, tergantung sama si dedeknya nanti."

Haechan mengangguk, ia menatap sendu kearah sang Mama, "Mama apa ngelahirin Haechan dulu kayak gini? Sakit banget ya Ma?" Tanyanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca, sumpah ya! Haechan ini orangnya memang kadang suka kurang ajar sama Mama, anti sekali untuk menangis begini, tapi kalau ia tahu proses menuju lahiran begini sakitnya, Haechan jadi merasa bersalah kadang suka badung sama si Mama.

"Ehh.. ihh kok mewek sih Chan? Kenapa hm?" Ten lantas mendekat, mengusap kening sang anak yang sudah sedikit berpeluh.

"Sakit ya mah?" Tanya Haechan kembali dengan suara bergetar miliknya. Ia memeluk tangan sang Mama erat-erat, Haechan bersumpah bahwa ia sangat menyayangi laki-laki yang berstatus sebagai Mama nya ini. Yang rela mengandung serta merawatnya hingga besar dan tampan seperti ini. Gapapa deh pede dulu, tapi dia memang tampan kok! Harus mengakui diri sendiri!

"Mama maafin Haechan kalo suka bandel sama Mama ya? Ini gak sakit tapi sakit hiks.. gimana ya? Gak mau nangis, malu." Katanya sambil menyembunyikan wajahnya yang sudah basah akan air matanya.

Bukannya menangkan sang anak Ten malah tertawa, gelagat anaknya ini lucu sekali, seharusnya kalau memang mau nangis ya nangis saja, tidak usah pakai acara malu-malu segala.

"Ngapain sih malu? Kan udah diliat semua sama Mark."

Tiba-tiba saja tangis Haechan berhenti, menatap sang Mama dengan wajah shock miliknya. Fiks, istri dari Johnny Suh ini sedang ngelantur, sebab yang dibahas apa jawabnya juga apa?!

"Mama kenapa bahas kesana sih?!"

"Ya lagian kamu sih! Kalo mau nangis mah nangis aja, ngapain pakek malu segala, telanjang depan Mark biasa-biasa aja tuh." Ujar Ten dengan santainya, Mama Haechan itu mengatakannya tanpa ada filter sama sekali. Haechan gak habis pikir dibuatnya.

"MAMA?!"

"APA SIH CHAN? YANG MAMA BILANG BENER KOK."

Sudah cukup, Haechan rasanya mau melebur saja. Eh tapi kan mau melahirkan, nanti saja deh tunggu anaknya sudah keluar. Ingatkan Haechan nanti ya, tapi bukan untuk melebur melainkan untuk mengganti Mama baru saja.

🔹🔹🔹

Sore ini kamar Haechan dipenuhi oleh para teman-teman Haechan, tak lupa mereka juga dengan membawa pasangan masing-masing.

"Sesakit itu ya Chan?" Tanya Yangyang yang sudah duduk di samping Haechan, wajah anak itu terlihat ingin menghibur tapi malah raut khawatir yang tercetak jelas di sana. Entah kenapa, tapi Yangyang sedikit trauma dengan yang namanya persalinan. Padahal ia sendiri akan menikahi dokter yang pekerjaannya sejenis itu.

"Nanti cobaain aja deh ya pas Lo hamil anaknya dokter Kun, gue gak bisa ngejabarinnya." Kata Haechan yang saat ini sedang mengisi perutnya, pokoknya harus tetap makan dan minum meskipun sakitnya sesekali akan datang. Kata dokter Kun puncak sakitnya dimulai saat malam hingga besok pagi, entahlah Haechan tidak mau membayangkan hal itu. Di pikirannya hanyalah menikmati segala proses yang akan ia lalui saja.

Yangyang sendiri hanya mengangguk, ia tersenyum begitu manis lalu mencubit pipi gembul Haechan dengan gemas. "Gue gak sabar jadi paman secara resmi anjir, ihh pasti nanti anaknya gemes kek Lo kan, gue udah punya bayangan sih. Kalo lahirnya cowok kalo ganteng fiks harus ngikut kak Minhyung." Heboh Yangyang, ia terlihat sangat antusias sekali.

"Maksud Lo gue gak ganteng gitu?"

Yangyang menggeleng, "siapa yang bilang Lo ganteng?"

Wah! Yangyang ini minta di gibeng kalo begini ceritanya ya.

"Wes kalem bro, maksud gue Lo lebih ke manis daripada ganteng, tapi Lo ganteng kok beneran deh." Yangyang tersenyum, senyum yang meyakinkan kalau apa yang ia katakan adalah sebuah kebenaran yang harus Haechan percayai.

Haechan akhirnya mengangguk, kembali melahap buah anggurnya, satu-satunya buah yang tersisa di hadapannya.

Ceklek

"Astaga, kaget saya. Kirain ada demo di kamar ini." Ujar dokter Kun yang sudah terkekeh, ia terkejut karena melihat banyaknya orang yang berada di dalam kamar Haechan.

"Biasalah Kun, anak muda. Maunya senang-senang aja."

"Maah, please deh jangan mulai." Tegur Haechan yang mana membuat Ten langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Lalu menoleh kearah Renjun yang sedang duduk di sampingnya.

"Gak bisa diajak bercanda dikit emang si Haechan ya Jun."

Renjun terkekeh, "iya Mah, marah-marah terus, orang hamil emang gitu ya."

Ten mengangguk, mereka kemudian larut dalam obrolan panjang mereka. Sekarang kembali beralih pada dokter Kun beserta Haechan juga Yangyang yang masih setia berdiri di sana.

"Yang, dokter Kun tuh." Goda Haechan saat keduanya sudah berhadapan. Terkekeh ketika melihat wajah gugup yang Yangyang tunjukan.

Dokter Kun sendiri hanya tersenyum menanggapi godaan yang pasiennya ini berikan.

"Dih sok kalem Lo, biasanya suka mencak-mencak kek monyet bekantan." Ujar Haechan sambil menggeplak lengan Yangyang.

"Hust diem!" Balas Yangyang pada Haechan, bukannya sok kalem. Dia hanya malu dan tidak tahu harus bereaksi bagaimana kalau bertemu dengan Kun dihadapan teman-temannya ini.

Melihat Haechan yang menggoda Yangyang berhasil membuat yang lainnya hanya tertawa, gemas sendiri dengan interaksi antara dokter Kun juga Yangyang.

▫️▫️▫️

Ihh maaf kemarin gak bisa triple><

Dan malam ini juga gak janji yaa ^^

Terus di sini Banyak yang mau normal.. tapi seperti yang kalian tahu ini bukan cerita Abo, kalo mau menurut logika ya gak mungkin.

Terus Nemu komen yang prosesnya sama kayak normal tapi pas lahiran Caesar, Jee pakai itu aja. Sebenernya mau jiplak book sebelah aja anjir, tapi gak jadi aja deh wkwk..

Tungguu part depan yaaa 💚

Yang tadi ngepap euyy..

See youuu 💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

7.2K 597 41
Selama 2 tahun, tidak ada yang bisa menandingi dan menggeser posisi Krystal sebagai murid terbaik pemegang peringkat paralel tertinggi dari beberapa...
524K 80.3K 35
[COMPLETED] Yang terpenting bagi seorang Na Jaemin untuk saat ini adalah, berlari sejauh mungkin dari kejaran para mayat hidup entahlah zombie atau u...
103K 17.3K 14
[Horror] [Short Stories] 'Mereka' itu nyata keberadaan nya. Tinggal lo nya aja, percaya atau engga? •All member of NCT •Don't read if u don't like.
324K 25.4K 54
Renner dan Sabila, dua orang dengan profesi yang menguras tenaga - seorang kapten polisi dan dokter emergensi, bertemu dalam sebuah keadaan yang memb...