Never Know [Completed] ✔️

yennymarissa által

95.7K 15.1K 3K

Song Series #2 But you'll never know unless you walk in my shoes You'll never know, my tangled strings 'Cause... Több

You Never Know
01 : Pagi yang Buruk
02 : Satu Pertanyaan
03 : Menjadi Sulit
04 : Segala Awal
05 : Menutupi Sesuatu
06 : Selalu Sama
07 : Bukan Mengikat
08 : Menarik Ucapan
09 : Tamu Mengejutkan
10 : Perlahan Retak
11 : Selalu Kalah
12 : Yang Tersembunyi
13 : Terlalu Mengejutkan
14 : Menyembunyikan Luka
15 : Pesta Terkutuk
16 : Tentang Alasan
17 : Masa Lalu
18 : Penyesalan Lagi
19 : Hubungan Manis
20 : Rahasia Terbuka
22 : Pertengkaran Besar
23 : Masih Dingin
24 : Terulang Lagi
25 : Rasa Sakit
26 : Masih Meraba
27 : Dikejar Waktu
28 : Penyerangan Tiba-Tiba
29 : Perasaan Asing
30 : Kisah Bercerita
31 : Kebersamaan Semu
32 : Dibalik Keberhasilan

21 : Tiap Penjelasan

1.9K 434 53
yennymarissa által

Ketika melihat Sean sedang berdiri menatap pemandangan malam di luar melalui balkon kamar mereka, Sevy tahu bahwa Sean sedang menunggunya sejak tadi—karena pria itu sudah memakai pakaian rumah. Dengan langkah pelan, Sevy berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sambil mempersiapkan tiap jawaban yang pasti sedang ditunggu Sean sejak siang tadi. Karena setelah mengatakan kalimat terakhir tadi, Sean langsung berlalu meninggalkannya—seolah memang benar-benar memerlukan waktu untuk berpikir.

Setengah jam kemudian, Sevy keluar dengan tubuh yang sedikit lebih segar dan berharap pembicaraannya dengan Sean malam ini tidak diliputi emosi.

"Kau sudah makan malam?"

Sevy cukup terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan Sean. Ada sedikit perasaan lega saat menyadari Sean berusaha keras untuk menahan emosi di depannya. Sikap Sean benar-benar tidak lagi terlalu emosional seperti awal pernikahan mereka. "Sudah."

Kepala Sean mengangguk tipis menanggapi jawaban itu. Kemudian Sean bersandar tenang pada jendela balkon yang sudah ditutupnya sejak menyadari kehadiran Sevy di awal tadi. "Bagus. Jadi, apakah sekarang aku sudah bisa bertanya dan mendapatkan kejujuran dari istriku? Aku sudah memberimu waktu lebih dari enam jam untuk mempersiapkan diri."

"Tanyalah." Sevy berusaha mengulas senyum tipis. Tadi siang selepas Sean pergi dari ruang rahasianya, Sevy memberitahu Raz tentang Sean yang sudah mengetahui rahasia pekerjaannya. Raz mengomel, tentu saja. Tetapi Raz bilang tidak ada gunanya lagi menyembunyikan segalanya dari Sean karena rasa penasaran akan membuat pria itu lebih gigih lagi untuk mencari tahu. Jadi Sevy juga berpikir untuk jujur pada Sean malam ini.

"Jadi kau seorang polisi?"

"Agen rahasia."

Sean memang tidak terkejut dengan jawaban itu, tapi tetap saja rasanya menyebalkan saat tahu bahwa wanita yang dinikahinya memiliki pekerjaan yang cukup membahayakan. "Sejak kapan?" Sean bertanya tanpa sekalipun mengalihkan tatapannya pada Sevy yang masih duduk bersandar di meja rias.

"Aku mengikuti pelatihan resmi sejak umurku tujuh belas tahun," jawab Sevy setelah menarik napas pelan. "Satu tahun setelahnya, aku bergabung dengan salah satu tim kami untuk mengerjakan satu misi—tapi aku masih berperan kecil di sana. Setelah misi itu berhasil, aku mulai diikut sertakan pada misi-misi lain yang cukup penting."

Kali ini Sean dibuat terkejut oleh satu informasi itu. Jika dalam waktu setahun Sevy berhasil diikut sertakan dalam sebuah misi, bisa dipastikan wanita itu salah satu orang terbaik selama pelatihan berlangsung. Karena sekalipun tidak pernah terlibat dengan badan keamanan negara, Sean tahu tidak mudah untuk masuk dalam organisasi itu apalagi sebagai seorang agen rahasia. "Bekas luka di tubuhmu... apa itu karena pekerjaanmu?"

"Sedikit banyak... ya." Sevy mengalihkan tatapannya sesaat.

Kedua mata Sean menyipit memaksa jawaban yang bisa memenuhi tanya yang dikatakannya.

Sevy membuang napas pelan, lalu kembali menatap Sean yang memandangnya dalam diam. "Jika yang kau maksud adalah bekas luka tembakan dan tusukan, maka jawabannya adalah ya. Itu resiko dari pekerjaanku."

Tanpa sadar Sean mengetatkan rahangnya. Bagaimana mungkin Sevy menanggapi pertanyaannya dengan nada tenang, di saat ia bahkan sedang menahan amarah mengetahui sebahaya apa pekerjaan wanita yang sudah menjadi istrinya itu?

"Lalu lebam yang kulihat saat aku pertama kali menidurimu, darimana kau mendapatkannya?"

Sevy tidak pernah menduga bahwa Sean akan membahas tiap bekas luka di tubuhnya. Ia tidak menyangka bahwa sekalipun sudah berusaha menghilangkan bekas-bekas luka itu, tetap saja Sean merasa terganggu dengan keadaan itu. Sevy tidak ingin menjawab, tapi melihat tatapan Sean yang berusaha keras menahan emosi membuatnya membuang napas berat. "Aku... bertengkar dengan seseorang."

"Siapa?"

"Kau bisa menanyakan apa pun, tapi aku tidak ingin membahas yang satu itu."

"Apa aku terlihat sedang memberimu pilihan untuk mau menjawab pertanyaanku yang mana?"

"Sean—"

"Dan apakah kau sekarang tidak lagi membohongiku?"

"Apa aku terlihat seperti sedang membohongimu?"

Sean menggeleng kecil dengan dengkusan samar yang keluar dari bibirnya. "Aku bahkan tidak bisa membedakan kapan kau berkata jujur atau bohong. Aku sudah tertipu sejak awal. Benarkan?"

"Aku tidak pernah menipumu."

"Tapi hanya menyembunyikan apa yang seharusnya kuketahui sebagai suamimu," sanggah Sean dengan seulas senyum sinis, yang membuat Sevy seketika terdiam.

"Pekerjaanku memang seharusnya sebuah rahasia, Sean," ujar Sevy pelan. "Kau orang pertama di luar organisasi kami yang tahu tentang pekerjaanku."

"Jadi, jika aku tidak menemukan ruang rahasia itu, kau akan tetap menyembunyikan pekerjaanmu??" tanya Sean yang tanpa sadar sudah meninggikan suaranya. "Jika terjadi sesuatu padamu—"

"Itu sumpah yang kuucapkan saat aku dilantik menjadi seorang agen rahasia," potong Sevy menatap Sean dengan dalam. "Aku harus menjaga identitasku sampai mati," ujarnya.

Sean mendengkus sangat keras—berusaha menahan luapan emosinya yang sudah ingin meneriaki kebodohan Sevy. "Jadi, karena aku sudah tahu identitasmu yang sebenarnya, apa kau akan membunuhku?" Sekilas Sean melihat kemarahan dalam tatapan Sevy setelah tanya itu terucap dari bibirnya. Sayangnya, tatapan marah itu tak berlangsung lama karena Sevy lagi-lagi dengan cepat kembali memasang raut tenang.

"Apa semua rasa penasaranmu sudah terjawab?" Sevy memilih mengalihkan percakapan.

"Kau tidak menjawab pertanyaan terakhirku."

"Itu bukan jenis pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban."

"Kenapa? Karena cepat atau lambat kau pasti akan membunuhku? Sayang sekali, Sevy, kau perlu usaha sangat keras untuk bisa melakukannya."

Rahang Sevy mengeras tanpa sadar. "Aku tidak akan membunuh suamiku sendiri."

"Benarkah? Bukankah bagi pekerjaanmu, misi adalah yang paling penting?" sambar Sean dengan nada penuh cemooh. "Aku berpikir selama enam jam terakhir setelah mengetahui identitasmu tadi siang," ucapnya sedikit menggantung. "Mungkin alasanmu dengan mudah menerima pernikahan ini bukan hanya karena rasa terima kasihmu pada Ibuku, tapi juga karena misi yang sedang kau jalani. Apa aku adalah target yang sedang kau incar?" Sean menatap lekat kedua mata Sevy yang memandangnya tanpa ekspresi apa pun—tapi ia tahu ada kemarahan yang berusaha disembunyikan wanita itu.

"Kau bukan salah satu target dalam misiku." Sevy memberi jawaban dengan nada tegas. Tubuhnya bahkan sudah menegak—tak lagi bersandar pada meja rias di belakangnya.

"Kenapa aku kembali merasa sulit mempercayaimu?"

"Itulah yang membedakanmu dan aku, Sean," sahut Sevy dengan senyum masam. "Berbeda denganmu, aku akan mempercayai apa pun yang kau katakan padaku."

"Itu karena aku memang tidak pernah membohongimu!" Sean kembali meninggikan suaranya. "Ketika aku mengambil hakku malam itu, aku bersungguh-sungguh untuk menjadikanmu istri dalam kehidupanku. Sekalipun tidak mencintaimu, aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjagamu apa pun yang terjadi. Dan sekalipun belum sepenuhnya mempercayaimu, aku tetap berusaha menjalankan peranku sebagai seorang suami. Seakan itu belum cukup, aku mulai belajar mempercayaimu lebih daripada orang lain. Tapi apa yang kudapatkan sekarang, Sevy? Kau menyembunyikan hal sepenting ini dariku!" Sean akhirnya mengeluarkan kemarahan yang sejak tadi sudah dipendamnya mati-matian. Ia benar-benar marah saat menyadari sebodoh apa dirinya selama ini di mata Sevy.

Sevy tertegun cukup lama. Ia tahu Sean pasti sangat marah padanya sekarang. Sevy meneguk salivanya dengan pelan, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menatap raut marah berbalut kecewa yang Sean tunjukkan padanya malam ini.

"Hades."

Satu nama yang tiba-tiba tercetus dari bibir Sean itu membuat Sevy terkejut bukan main.

"Ternyata kau sudah mengenal Hades sebelumnya. Dia adalah salah satu target pada misimu beberapa tahun lalu, kan?"

Kedua tangan Sevy kembali memegang pinggiran meja rias dengan kepalan kuat—seakan sedang mencari pegangan. Selalu ada bagian dalam hatinya yang berontak tiap kali diingatkan akan misinya yang gagal itu. Rasa bersalah yang sangat besar selalu berhasil memukul telak ulu hatinya dengan rasa sakit tidak terkira. Sevy kembali menelan salivanya kuat-kuat. "Y-ya."

Sean jelas menyadari perubahan pada raut wajah Sevy yang tidak lagi tenang. Kali ini Sean bisa melihat banyak emosi di sana. Dan hal itu jelas membuat Sean benar-benar merasa tak nyaman. "Dia... mantan kekasih yang pernah sekilas kau katakan padaku?"

Sejak membaca hasil laporan di ruang rahasia Sevy tadi, Sean memikirkan banyak hal tentang kemungkinan dari hubungan yang pernah dijalani Sevy dan Hades saat misi itu sedang berjalan.

Lagi-lagi, Sevy menelan salivanya. "Ya."

Tubuh Sean tetap saja menegang saat mendengar jawaban yang sebenarnya sudah diketahuinya setelah mengambil kesimpulan dari laporan yang dibacanya tadi siang. Setelahnya, Sean mendengkus penuh ejekan. "Jadi, seorang agen rahasia sepertimu, bisa menggunakan perasaan juga saat sedang menjalankan misi?" tanyanya. Ada rasa tidak terima yang tiba-tiba mencuat cukup besar setelah mendengar langsung jawaban Sevy.

Sevy menunduk cukup lama untuk sekadar menekan perasaan emosionalnya karena kilasan ingatan bersama Hades kembali terputar dalam kepalanya. "Misi itu... satu-satunya misiku yang gagal, Sean," akunya, lalu mengangkat kepalanya untuk menatap Sean.

Sean tertegun mendapati tatapan penuh rasa bersalah di kedua mata Sevy kali ini. "Bagaimana... perasaanmu padanya sekarang?"

Pertanyaan itu membuat Sevy tanpa sadar meraba isi hatinya. Sevy mungkin selalu bersikap keras pada Hades tiap kali mereka bertemu. Tetapi jauh dalam hatinya, Sevy tahu bahwa rasa sayangnya pada Hades masih sama. Sevy tidak pernah berpura-pura untuk hal itu. Karena setelah benar-benar mengenal Hades selama berada dalam misi, Sevy seolah sedang bercermin tiap kali menatap pria itu. Hades mengingatkan Sevy pada sosok dirinya yang sendirian menghadapi kekejaman dunia di saat satu-satunya sosok yang dijadikan harapan justru selalu berpusat pada hal lain.

"Kau benar-benar masih... menyayanginya?" Cukup lama Sean menunggu jawaban dari pertanyaannya, tapi keterdiaman Sevy adalah sudah cukup menjelaskan segalanya. Dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya, Sean memilih untuk beranjak dari hadapan Sevy. "Kurasa ini sudah cukup. Aku perlu waktu untuk mencerna segalanya malam ini."

Sevy membiarkan saja Sean berlalu dari hadapannya. Tetapi saat teringat sesuatu yang belum sempat dikatakannya, Sevy memanggil Sean dengan sangat pelan tapi tetap berhasil menghentikan langkah pria itu sebelum membuka pintu kamar mereka. "Bisakah... jangan beritahu siapa pun tentang identitasku ini?"

Satu tanya dengan nada pelan itu membuat Sean lagi-lagi mendengkus tidak percaya. "Apa kau pikir aku akan membiarkan orang-orang tahu bahwa aku sudah menjadi lelucon oleh istriku sendiri?"

Sevy hanya mampu menatap punggung Sean yang benar-benar menghilang dari balik pintu setelah mengucapkan balasan untuk permintaannya. Dalam diamnya, lagi-lagi Sevy menarik napas berat. Setelah ini, Sevy yakin kalau hubungan tenangnya dengan Sean kembali tidak baik-baik saja.

+•+

jangan males vote dan komen dong. masa harus dikasih tau terus sihh. capek juga kalii tiap update mesti dikasih tau buat voment, baru pada voment. sebel!

salam,
yenny marissa

17 November 2021

Olvasás folytatása

You'll Also Like

22.5K 2.9K 7
Lian terjebak kembali ke lima tahun yang lalu! Saat dia menyadari jika lima tahun yang lalu ada sosok mantan pacarnya yang pernah menyakitinya dengan...
303K 2K 11
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
1.1M 49.2K 47
(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Warning! Mengandung unsur kata kasar! Harap bijak dalam memilih bacaan! Suatu hal yang paling buruk bagi Atlantik...
478K 17.5K 30
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...