Pengulangan | KNY

By Baby_panda_exo

22.9K 2.3K 1.3K

Pernah kalian bayangkan? Bagaimana jika hasil dari pertarungan akhir adalah seri? Muzan tak mati, namun dia... More

01
02
03
04
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

05

905 96 31
By Baby_panda_exo

Yo guyss!!! Gua balik nih~
Yang ini ny em peta nyempetin hehe...

Nah, jangan lupa di vote&comment ya..

Dan disini ada penggalan yang sama seperti yang di manga, jadi jangan aneh ya!

Okee...














~JanganLupaFollowAkunSaya~
~HappyReading~














"Tomioka Giyuu," langkah Giyuu berhenti, ia menoleh dengan wajah datar sedangkan Masumi sudah ingin menceramahi Muichirou karna tak sopan.

"Itu nama anda kan sensei?" wajah Giyuu semakin datar, ia kira sang rekan telah kembali.

"Sebut namaku jika kau sudah kembali, Tokitou." setelah mengatakan itu Giyuu keluar dari ruang guru.

.
.
.

"Baiklah, kalian berdua sebaiknya segera pergi ke lapangan umum, karna semua murid sudah pasti ada di sana sekarang. Cari teman satu team kalian, mengerti?" Muichirou dan anak di sisinya mengangguk lalu pamit undur diri,

"Apa Tomioka-san sangat marah ya? Jika tak salah anak bernama Kiriya itu orang yang sangat dia hormati, hah... Seberapa kaya sih keluarga Ubuyashiki sampai Tomioka-san Setia begitu." gumam Masumi setelah anak-anak pergi, ia menghela nafas dan berdiri dari duduknya berniat menyusul. Dia sendiri harus segera pergi ke lapangan sebelum guru lain mencarinya.

.
.

"Hee, kenapa kau lama sekali Mui?!" Yuichirou bertolak pinggang saat sang adik sampai di depannya, beberapa temannya bahkan menghentikan kesibukan mendirikan tenda kala Muichirou tiba.

"Ahh, itu Kak, tadi ada anak yang di bully, jadi Mui bantu." jawab Muichirou spontan, Yuichirou menghela nafas mendengarnya.

"Baiklah, tak usah di perpanjang. Kau bantu kami memasang tenda saja." Muichirou mengangguk lalu membantu teman-temannya yang lain.

Perkataan Giyuu membuat Muichirou kepikiran seharian ini, ia menjadi kurang fokus akibatnya. Padahal Muichirou itu pelupa, tapi entah kenapa semua yang Giyuu ucapkan masih saja terputar layaknya kaset rusak. Terkadang, sebuah ingatan mampir. Menjadi beberapa puzzel yang harus Muichirou pecahkan.

Tak jauh dari tenda Muichirou, tenda milik kelompok Tanjirou berdiri. Bisa dilihat sedikit ada keributan di sana.

Memang akan ada kedamaian jika si tuan muda Zenitsu bertemu dengan adik Tanjirou? -_-

"Kau ini, berhenti mengganggu Nezuko." Tanjirou bertolak pinggang atas kelakuan sang teman, anak ini suka sekali mengusik sang adik.

"Lagian ada apa kau kemari Nezuko-chan?" tanya Genya yang sedang menancapkan paku besar ke tanah.

"Ah itu, Kakak lupa membawa ini." Nezuko menyodorkan jaket milik Tanjirou, "Ah iya, aku lupa membawanya tadi. Makasih ya..."

"Hm,"

"Uwahh Nezuko-chan manis sekali!!" pekik Zenitsu melihat Nezuko mengangguk imut,

"Ahahaha terima kasih senpai, aku kembali dulu, dadah Kakak.." Nezuko berbalik dan berniat pergi, yah seharusnya sih, tapi Zenitsu tiba-tiba memanggil membuatnya kembali menoleh.

"Nezuko-chan!"

"Ya?"

"Tadaima...!" Nezuko menggeleng mendapati sikap absurd Zenitsu yang selalu tak pernah absen mengatakan hal itu jika bertemu dengannya, apalagi dia selalu mengeluarkan senyum bodoh saat mengatakan hal itu.

Tanpa mengatakan apapun Nezuko pergi dari sana, senyum bodoh milik Zenitsu lenyap. Tak ada tatapan aneh dari teman sekelas lainnya karna itu sudah hal biasa bagi mereka. Zenitsu si pintar pengejar Ratu SMP. Padahal banyak sekali perempuan lain yang mengejarnya, baik Kakak kelas, satu angkatan atau adik kelas lain.

"Monitsu, aku penasaran kenapa kau selalu berkata tadaima kalo ketemu adiknya si Monjiro." penasaran Inosuke pada teman seperjuangannya, "Benar juga, itu aneh." tanggap Tanjirou,

Zenitsu terdiam, dia juga tak tahu kenapa. Hanya saja, ia suka sekali mengatakan hal itu pada Nezuko sejak saat pertama kali mereka bertemu.

Rasanya, ada sebuah penyesalan yang membelenggu dalam satu kalimat itu. Namun, Zenitsu tak tahu hal apa yang merantainya seperti ini.

Seolah, di kehidupan ini dia ingin terus dan terus mengucapkan satu kalimat yang sama di hadapan gadis itu. 'Tadaima'. Apakah Nezuko adalah bagian dari kehidupannya di kehidupan dahulu?

Jika iya, kenapa hal itu harus terbawa dalam kehidupan baru ini?

Hidup baru, lembaran baru, ingatan baru, takdir baru, teman baru, juga Cinta baru. Ia seharusnya tak lagi terikat dengan masa lalu.

Lagipula, apa memang benar dirinya pernah punya kehidupan lain selain ini? Semua seperti omong kosong.

"Tapi semua mimpi itu terasa nyata..." bisik Zenitsu,

"Mimpi? Mimpi apa?" tanya Tanjirou yang mendengar bisik lirih teman kuningnya, Zenitsu tersenyum lebar. "Bukan apa-apa! Kalian sudah selalesai mendirikan tendanya?"

"Kau kenapa sih? Bengong mulu," Akemi menegur sang teman, mereka sekarang sedang ada di depan api unggun.

Seluruh Yayasan itu terbagi menjadi 6 lingkaran dan di setiap lingkaran berkobar sebuah api unggun.

"Entah, aku ingin pergi ke toilet sebentar."

"Perlu ku temani?" Yuichirou menoleh dan menawarkan diri di saat dirinya sedang mengobrol dengan gadis di sisinya, Muichiorou menggeleng seraya berdiri.

"Tidak perlu, kau lanjutkan saja Pdkt-mu itu Kak." setelah mengatakannya dengan wajah tak berdosa, Muichirou pergi meninggalkan sang Kakak yang memaki dalam hati.

Muichirou berjalan sendiri dalam kegelapan koridor, apa ia takut? Seharusnya sih, tapi sekarang kepalanya sedang di isi penuh oleh ingatan-ingatan aneh. Menjadikannya tak ada lagi tempat tersisa dalam otak untuk hal-hal ghaib.

"Hah... Ini terlalu rumit, sebenarnya ini ingatan siapa? Wanita dan pria yang kulihat dalam ingatan itu... Siapa mereka?"

Tanpa sadar, bukannya pergi ke toilet dia malah berjalan ke taman belakang yang sudah tak layak huni. Tak ada orang yang mengurus taman ini, menjadikannya tempat yang sangat mengerikan, apalagi di malam hari.

Oke, di sini Muichirou mulai merasakan hawa yang tak mengenakkan, merasa berjalan terlalu jauh dan melenceng dari tempat tujuan, dia segera membalikkan badan lalu bergegas pergi.

"KYAAAAAAA"

Sebuah suara teriakan menghentikannya, ia kembali berbalik dan mencoba mencari asal teriakan.

"Bukan kuntilanak yang berteriak tadi, 'Kan?" bisiknya seraya tangan mengelus tengkuk,

Dzrrttt..

Muichirou merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya, sesuai insting, Muichirou mengikuti perasaan bagai benang tak terlihat mengikat dirinya pada sesuatu.

Dan saat sampai, di sana ia melihat seorang wanita bersama seonggok makhluk mengerikan, matanya melotot.

"Tolong!!!" wanita itu berlari mendekat ke arah Muichirou dan bersembunyi dibalik badannya, monster yang ingin menyerang wanita tadi menatap Muichirou bengis.

Tubuhnya bergetar, ia takut. Tapi ada sesuatu yang memenuhi rongga hatinya sekarang setelah melihat makhluk itu. Kemarahan. Entah, tapi Myuichirou merasakan kemarahan yang amat besar seperti mendarah daging. Rasa takutnya mulai tergantikan oleh rasa amarah. Rahangnya mengeras.

"Larilah!" desis Muichorou, "Ba-baik..." gagap wanita di belakangnya dan berlari entah kemana, kini Muichirou berhadapan langsung.

"Manusia.... Manusia... Arghh!!!"

Monster itu berlari ke arah Muichirou, dengan sigap Muichirou menghindarinya. Mata hitam miliknya menari di sana, mencari sesuatu yang bisa di jadikan senjata.

"Sial, tak ada benda tajam apapun di sini!" desisnya, tapi kemudian manik itu menemukan sebuah balok kayu.

Muichirou segera mengambilnya dan menahan serangan monster itu, sekarang dirinya terdesak. Tapi Muichirou tak menyerah, sebisa mungkin dirinya melawan.

Tubuh kecilnya membantu Muichirou untuk menghindar dari serangan-serangan fatal. Beruntunglah dia, karna bisa menggunakan ilmu bela diri.

"Arghh!" Muichirou terpental jauh, dan ia tak bisa bangun untuk beberapa saat. Sekuat apapun dirinya berusaha, ia tak akan bisa mengalahkan monster tersebut. Meski kemarahannya meluap-luap, semua itu tak lantas menjadikannya kuat dalam sekejap.

Sepertinya makhluk itu tengah mencari Muichirou yang tadi dirinya lempar sekuat tenaga, sebenarnya, seberapa jauh monster itu melayangkan Muichirou?

"Apa aku akan mati sekarang?" bisik Muichirou yang keadaan-nya bisa dibilang cukup parah, darah terus keluar dari pelipisnya yang robek terkena batu besar tadi.

'Hanya kau seorang lah yang bisa menentukan takdirmu.'

"Siapa? Siapa itu?" Muichirou masih saja bingung dengan berbagai suara yang memasuki pikirannya, di saat seperti ini haruskah dia memusingkan hal tersebut? Sebentar lagi kehidupannya akan berakhir padahal, tinggal menunggu makhluk itu menemukannya di sini. Dan dirinya tinggal nama tanpa jasad nantinya, makhluk itu sudah pasti akan memakannya.

'Kakak... Kau masih hidup? Kakak...'

'Wahai... Para dewa... Budha... Kumohon...

....Kumohon.... Selamatkan... Adikku...

Dia... Tidak... Sama... Sepertiku... Dia... Anak... Baik...'

Suara lirih nan menyedihkan yang kini berkeliaran di otaknya, bagaikan nyanyian kematian Muichirou. Itu suara Kakaknya, dia tak mungkin salah mengenali suara Kakaknya. Tak di sangkal, sudut matanya meneskan air mata.

'Dia... Ingin... Jadi... Berguna... Dan... Aku... Menghalangi... Nya... Aku... Lah... Yang... Jahat... Jika engkau.. Hendak... Memberi... Hukuman... Hukum... Lah... Aku...'

Air mata milik Muichirou mangalir semakin deras, hatinya perih, seolah ada pisau yang mengirisnya sekarang.

'Aku tahu.... Selama ini... Kebenarannya... Mu... Pada nama Muichirou... Memiliki arti 'Tidak'... Dalam kata 'Tidak Terbatas'....'

Tangannya terkepal kuat, perlahan Muichirou mengingat semua kenangan lamanya. Ingatan itu mulai bangkit dari dasar dirinya yang paling dalam.

'Kakak...'

'Pergilah...! Kembalilah...!'

'Kenapa...?'

'...Padahal aku sudah bekerja keras... Kau tidak mau memujiku?'

'Kenapa? Aku ingin menanyakan hal yang sama padamu, Kau seharusnya melarikan diri, Usiamu masih 14 tahun!'

'Aku tidak bisa mengabaikan teman-temanku dan lari begitu saja.'

'Tapi, kalau kau melakukannya kau takkan mati!'

'....Kenapa kau harus harus mati di tempat seperti ini? Ini kematian yang sia-sia! Lalu, untuk apa kau dilahirkan? Kau saja tidak tahu!'

'Kau mati saat berusia 11 tahun! Jika di bandingkan aku, nasibmu jauh lebih menyedihkan!

Untuk apa aku dilahirkan? Aku sangat tahu alasannya!'

'Aku... Dilahirkan untuk bahagia!!'

'Kau juga, 'Kan? Bukankah kau bahagia? Bukankah ada momen saat kau merasakan kebahagiaan?

Aku bahagia, saat kita berempat masih hidup bersama.

Memang, ada masa-masa sulit dan menyakitkan.... Saat aku hidup seorang diri....'

'....Tapi, sejak saat itu... Aku mendapatkan teman-teman baru, aku bahagia dan bisa tersenyum lagi... Ada banyak momen yang membuatku bahagia...'

'Kau bilang itu sia-sia? Aku tidak pernah melarikan diri dari apapun dan aku hadapi semuanya!

Aku tidak menyesal mengorbankan nyawaku demi teman-temanku!

JANGAN SEBUT KEMATIANKU SIA-SIA!
ORANG LAIN BEBAS BERKATA APA SAJA!!!

TAPI, AKU JUGA TIDAK INGIN MENDENGAR HAL ITU DARI KAKAKKU SENDIRI!!!'

'Maafkan aku... Aku tahu... Aku hanya tidak ingin kau mati, Muichirou...

Aku tidak ingin kau mati...'








Yapsss...
Segitu aja dulu,
Jangan lupa di vote!!!!!
See you~

Pojok gambar.























Continue Reading

You'll Also Like

8.4K 307 10
sebenarnya masa lalu ali bahagia tetapi sejak ibunya meninggal hidup ali menjadi sedikit tidak bahagia karna kakaknya alivia masih ada tetapi suatu...
1M 84.9K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
7.4K 385 24
Ejen ali musim empat. Sambil menunggu musim empat di rilis oleh pembuat film, baca cerita ini seronok juga tau. Hehe Terima kasih yang sudah mampir...
19.6K 1K 14
Warning ⚠ β†’Karakter milik Masashi Kishimoto, saya hanya meminjamnya! β†’Karakter ooc! β†’Bahasa non baku & banyak mengandung kata umpatan! β†’Mengandung...