Logic & Heart

By amyourlyca

68.7K 17.7K 12.9K

[Follow dulu sebelum membaca] [Completed] *** Anca Zabryna, cewek yang mendapatkan peringkat terburuk diangka... More

LH 01: MR. PERFECT
LH 02: MRS. ANOA
LH 03: SALAH LABRAK
LH 04: RATU COPAS SALAH LABRAK!
LH 05: POINT TO POINT
LH 06: IN LIBRARY
LH 07: FIRST KISS
LH 08: DOTS School Ver.
LH 09: SIAPA KORUPTORNYA?
LH 10: FIRST MISSION
LH 11: MISSION FAILED
LH 12: ANCA CENGENG
LH 13: DEMO
LH 14: SOLIDARITAS
LH 15: THE POWER OF EMAK-EMAK
LH 16: BACK TO SCHOOL
LH 17: SWIT SMAILNYA ALDI
LH 18: MASA LALU DAN RUBY
LH 19: THE PAST
LH 20: NGAMBEK
LH 21: DE FACTO
LH 22: WHO?
LH 23: SWEETIES
LH 24: GEA
LH 25: SHE'S BACK
LH 26: PARTY
LH 27: ICH LIEBE DICH
LH 28: OFFICIAL
LH 29: JARAK
LH 30: SISI PROTEKTIF
LH 32: ABOUT GEA+CAST
LH 33: KECEWA
LH 34: KESURUPAN
LH 35: GEA (2)
LH 36: SELESAI
LH 37: WINNER
LH 38: DON'T GO
LH 39: EPILOG
EKSTRA CHAPTER

LH 31: DEPTA STORY

1.2K 306 211
By amyourlyca

Jangan lupa vote dan commentnya ya.

Happy reading❤

***

"Ngapain lo berdua?" tanya Kanya sambil bersidekap, dia menatap Aldi dan Anca bergantian.

"Duduk," jawab Aldi dengan raut datarnya.

"Gue tahu, tapi kenapa pake dikunci segala?" tanya Kanya penuh sanksi. Matanya menajam menatap keduanya.

"Udah gue bilang kalo pintunya ke kunci, Nya! Ke kunci," tekan Anca jengkel.

"Halah, ngeles lo. Tadi aja pake kabur segala," ujar Cindy.

Tuhkan, mereka kumat lagi, batin Anca.

"Terus kenapa berduaan hah? Udah gue bilang, kalian dalam masa Covid." Kanya menjelaskan.

"Covid?" beo Anca.

"Iye! Jaga jarak sekitar 2 meter, pake masker dan cuci tangan pake sabun biar gak rabies."

"Ap-"

"Apa? Mau ngeles lagi hah?" tanya Cindy memotong ucapan Anca.

"Sumpah, gue pengen jambak rambut lo, Cin." Anca berujar sambil mengepalkan tangannya.

"Sini jambak, sini!" tantang Cindy sambil mendekatkan dirinya pada Anca.

Plak!

Bukan sebuah jambakan yang dia dapatkan, tapi tamparan dari Anca.

"BANGS*T ANCAA!" Mendengar itu Anca langsung tertawa dan berlari keluar dari rooftop.

"Katanya pengen dijambak!" teriak Anca sambil berlari menjauhi Cindy.

"YA GAK USAH NAMPAR GUE JUGA!" Cindy menggeram, lalu ikut berlari menyusul Anca yang sedang tertawa.

"ANCAAA CINDYY JANGAN LARI-LARI, ITU TANGGA LOH!" Kanya berteriak memperingati, tapi mereka berdua tidak mendengar.

Dapat dilihatnya Anca hampir saja terjatuh, tapi kembali tertawa seolah dia memiliki nyawa seribu. Lalu melanjutkan larinya sambil meneriaki dan mengejek Cindy.

Kanya menghela nafas berat, lalu menatap Aldi yang bergeming.

"Sekarang, ayo selesain masalah lo sama cewek Parkiran itu." Kanya menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil menatap Aldi.

"Gue gak mau Anca ngedapetin cowok brengsek, Anca masih awam soal percintaan. Dia gak bakal ngerti."

Aldi balik menatap Kanya, lalu menghela nafasnya.

"Gue bingung." Kanya mendongakan dagunya, matanya tak lepas dari gerak-gerik tubuh Aldi seolah sedang menilai.

"Gue belum bisa ngelupain Gea." Aldi mendongak melihat reaksi Kanya. Sesuai dugaannya, Kanya begitu terkejut mendengar pengakuan Aldi.

"Tapi gue gak bisa jauh dari dia."

***

"Wajah dan tubuh Dokter itu mendadak meleleh, wajahnya berganti pucat. Rambut panjangnya kusut, kakinya gak napak di tanah. Dan yang paling nyeremin adalah ...." Cindy menatap Anca dan Depta --sepupunya Kanya bergantian. Wajah mereka sudah pucat sedari tadi, apalagi Anca yang saat ini tengah mengigiti kukunya.

Saat ini mereka tengah berkumpul di halaman rumah Kanya, beralaskan bantal yang mereka bawa.

Sementara Kanya terlihat sibuk memainkan laptopnya, untuk mengerjakan tugas Makalah Ekonomi yang besok dikumpulkan.

"Adalah?" tanya Depta penasaran.

"Ia tak punya wajah." Cindy meneruskan ceritanya. Membuat Anca bergidik ngeri.

Di yang bersamaan ada yang menepuk pundak Anca dengan pelan membuat Anca langsung melirik pelan-pelan ke sampingnya.

"DORR!"

"KYAAAAAAAAA SETANNNNNN!" teriak Anca kala melihat wajah orang yang menepuk pundaknya itu.

"AAAA BANGS*T PERGI LO SONO! PERGI!" Anca berteriak sambil memukuli orang itu.

"Bwahahaha lo video gak Dep muka Anca? Gue yakin tu muka bakal viral." Suara tawa menggelegar membuat Anca membuka matanya, dan menemukan Aron yang saat ini tengah tertawa sambil memegangi topeng yang dipakainya tadi.

"BANGS*T ARON!" Anca langsung menubruk Aron dan langsung melayangkan pukulan bertubi-tubi.

"Minta maaf gak! Minta maaf! Gue kaget bangs*t!" Anca memukuli Aron dengan brutal.

"Ahahaha, udah woy!" Aron tertawa membuat Anca kesal lalu menendang tulang kering Aron dan duduk sambil mencomot keripik kentang yang ada di sebelah Cindy.

"Lanjut gak nih?" tanya Depta.

"Cerita lo kurang seru," tunjuk Depta pada Cindy.

"Halah, muka lo pucet juga denger cerita gue." Cindy mendengus jengkel.

"Cerita lo udah biasa sih, ada yang mau cerita lagi gak?"

"Gue mau cerita!" Aron berjalan ke arah mereka lalu duduk di sebelah Anca. Anca yang masih kesal mendorong Aron.

"Sono deket Cindy! Lo bau ketek." Anca berujar sinis.

"Ogah! Terserah gue dong mau ngapain juga," ledek Aron membuat Anca mendengus lalu mencebikan bibirnya.

"Oke, gaslah!" Depta berseru semangat.

Depta terlihat yang paling antusias, bisa dibilang bahwa Depta sangat menyukai hal-hal yang berbau mistis. Saking terobsesinya, ia bahkan bercita-cita mempunya Pacar seorang hantu, meski tak pernah kesampaian.

"Dua hari yang lalu, gue mampir ke Indooktober buat beli Wiskas. Pas gue mau bayar di kasir, ada anak kecil yang pengen dibeliin Joy Kamper yang tinggal sisa dua ke Ibunya."

"Waktu itu udah tengah malem, cuma ada gue, penjaga kasir, Ibu sama anaknya itu ...."

Aron menghentikan ceritanya sejenak, dia menatap Anca, Cindy dan Depta secara bergantian. Mereka tampak tegang menunggu kelanjutan ceritanya.

"Akhirnya ...."

"Gue beli deh dua Joy Kamper yang tersisa dan makan di depan anak kecil itu. Anak kecil itu mewek dan TAMAT!" lanjutnya sambil tersenyum bangga.

Anca, Cindy dan Depta mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menatap satu sama lain.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Tiga lemparan bantal mendarat tepat di depan muka Aron membuat Aron secara refleks langsung menyilangkan tangannya di depan muka sebagai bentuk pertahanan.

"Horrornya dimana nyet!"

"Lah, siapa yang cerita horror? Orang gue lagi cerita pengalaman gue pas di Indooktober."

Ketiga orang yang tadi menanggapi cerita Aron dengan serius langsung memukuli Aron dengan bantal, apalagi Anca yang sepertinya punya dendam kesumat pada Aron.

"Ya udah, gini aja. Gue punya cerita. Tapi kalian harus tahu satu hal ...."

Depta bersuara, membuat Cindy dan Anca duduk kembali. Sementara Aron membenarkan baju dan rambutnya yang acak-acakan karena ulah mereka bertiga.

"Apaan?" tanya Anca penasaran.

Di sisi lain, Kanya menghela nafas jengah, dia sedari tadi mengerjakan tugas makalahnya. Tapi tak ada satu hurufpun yang dia ketik di laptop. Pikirannya melayang pada kejadian di rooftop siang tadi.

Rasa geram dan bingung mendominasi pikirannya saat ini. Terlebih lagi, dia begitu mempercayai Aldi untuk menjaga Anca. Tapi sepertinya, Kanya tidak bisa membiarkan hal itu sekarang.

Entahlah, sepertinya dirinya harus menjernihkan otaknya yang benar-benar tumpul saat ini.

Kanya melirik sebentar ke arah teman-temannya, lalu mulai berdiri dan berjalan ke arah mereka yang tampak serius.

Cindy menaruh jari telunjuknya di depan bibir saat Kanya hendak membuka suara. Kanya mulai mendudukan dirinya di sebelah Cindy dengan pelan.

"Orang bilang, kalau kita kebanyakan ketawa. Kita bakal mati," ujar Depta dengan tampang serius.

"Heh, apaan! Gak terima gue!" Anca mendelik tak terima mendengar kalimat yang diucapkan oleh Depta. "Dari lahir gue ketawa terus, gak pernah mati tuh."

"Yaiyalah, lo kan orang gila." Aron menyahut enteng.

Anca mendelik lalu menyikut perut Aron. "Sesama orang gila gak boleh ngatain!"

"Dihh, ngaku juga lo."

"Lo juga!"

"Lo aja, gue mah o-"

"Ini mau diterusin gak?" tanya Depta kesal, dia menatap kedua orang yang berdebat tadi dengan datar.

"Terusin elah, tanggung nih." Cindy penasaran sambil mendekatkan tubuhnya pada Depta.

"Oke, diem. Gak usah ngomong, kalo ada yang ngomong bayar denda 10 juta."

"Mah-" Cindy menatap tajam Anca yang hendak protes, membuat cewek itu langsung mengatupkan bibirnya.

"Judul dari cerita gue yaitu ...."

"Azab Hantu Haha Hehe."

***

Anca bergerak kesana kemari untuk mencari posisi ternyamannya. Dia melirik ke arah Cindy dan Kanya yang saat ini sudah tertidur.

Anca bergidik ngeri saat tiba-tiba terlintas wajah hantu yang diceritakan oleh Depta.

Hantu Haha Hehe.

"Rambutnya panjang menjulang sampai mata kaki, giginya tonggos, ada dua taring digiginya, bibir tebal lebar. Dan wajahnya buruk."

"Konon katanya, dulu dia receh. Kayak lo, Ca." Depta menunjuk Anca.

Anca yang ditunjuk seperti itu langsung menunjuk dirinya dengan tak percaya. "G-gue?"

"Iya, lo kan receh."

"Dia sering ketawa tengah malem, kayak Kunti. Tapi bedanya, Hantu Haha-Hehe ini cuma nakutin orang yang suka ketawa."

Anca bergidik ngeri saat mengingat cerita Depta.

Mengingat itu, bayangan kamar Kanya saat ini sangat menyeramkan baginya. Anca semakin merapatkan tubuhnya pada selimut karena semakin takut.

Hingga dering handphone mengalihkan atensinya. "Cuma HP doang yang geter. Rileks, Ca. Rileks," ujar Anca menenangkan. Dia meraih handphone-nya yang berada di atas meja dekat kasur.

"Aldi?" Anca mengernyit. Untuk apa Aldi meneleponnya tengah malam begini?

"Hallo, Di?"

"Aldi?!" Anca menggigit selimutnya saat tidak mendengar sahutan dari Aldi.

"Maaf," ujar Aldi lirih di seberang sana.

Anca menghela nafas lega, setidaknya ini Aldi, bukan Hantu Haha-Hehe yang diceritakan oleh Depta. "Kenapa minta maaf?"

"Kenapa belum tidur?" Aldi balas bertanya.

"Ya elo kenapa nelepon gue tengah malem gini," decak Anca.

Aldi terdiam sebentar, "Kangen."

Anca terkekeh, "Halah kardus banget, najis lo."

"Tidur, udah malem."

"Ya udah matiin."

"Gak mau."

"Dih." Anca mulai menyamankan posisinya dengan berbaring membelakangi Kanya yang berada ditengah-tengah antara dirinya dan Cindy.

"Gue gak bisa tidur."

"Kenapa?"

"Gara-gara cerita Hantu Haha-Hehe."

"Haha-Hehe?" beo Aldi tak mengerti.

"Iyaa! Katanya kalo kita banyak ketawa, kita bakal mati. Terus nanti jadi Hantu Haha-Hehe." Anca menjelaskan.

"Itu gak ada."

"Ada tahuu."

"Itu karangan Anca."

"Ihh, bodo! Besok gak mau ketawa. Takut meninggal terus jadi Hantu Haha-Hehe, kan serem."

Terdengar helaan nafas dari Aldi. "Ya udah, tidur sekarang. Gak usah dipikirin."

"Gak bisa tidur Diii, keinget terus." Anca tersenyum saat memikirkan sesuatu. Dia berharap Aldi akan menyanyikan sesuatu agar ia bisa tidur.

"Gue gak bisa nyanyi."

"Hah? Emang gue nyuruh lo nyanyi?" Setahunya, ia berbicara dipikirannya tadi.

Gue pacaran sama Ketos atau cenayang si? batin Anca.

"Gue peka," balas Aldi. "Dan gue bukan cenayang," lanjutnya seolah mengerti isi pikiran Anca.

Anca terkekeh, "Nyanyi apa aja yang lo bisa."

Aldi tampak terdiam beberapa saat, "Balonku."

"Anak kecil juga bisa kalo itu mah!" Anca berdecak malas.

"Yang lain gue gak apal."

Anca menghela nafas pelan, "Terserah lo deh."

Dan malam itu, Anca tertidur diiringi oleh nyanyian Balonku cover by Aldi.

***

TBC

Part ini random+gaje banget asli😭

Sampai jumpa dipart selanjutnya.

Continue Reading

You'll Also Like

121K 19.2K 61
Awalnya mereka mengajak Naya bergabung masuk ke dalam pertemanan mereka karena merasa kasihan dengan gadis itu dan juga butuh orang orang waras di an...
Lazy Boy By MARE

Teen Fiction

3.2K 776 36
Kinan merutuki nasibnya gara-gara didepak oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. A...
425K 70.2K 36
masih halal dibaca walaupun bukan bulan puasa (: [hr] #2 in Humor ⚠alternate universe! cover by; wakandaaaa ©jaejangmyeon, 2018.