MOONSTONE [ Draco X OC ] (do...

By xxgumusservi

16.5K 1.6K 103

・‥...━━━━━━━☆°•..•°☆━━━━━━━...‥・ Love is for everyone but us. [ 13+ ] All characters and places belong to J... More

Brunette Weasley
Mr. Malfoy
Boggart
Werewolf
Lavenders, Butterflies, and Ced
Animagus
Enmity Dance
Moonstone
Are we dating?
Dumbledore's Army
He's Back
He deserved it
Apologize
Suspected
Tears
The Potter(s)
The Locket
Inside the Tent
Peverells
Malfoy manor
The Castle
Battle
Cigarette
NEWT
France
Florist
Finally, France!
And The Piano
Rory's Letters
The Art Museum
Epilog
Bonus part-Rory's galery

Draco's ring

474 56 7
By xxgumusservi

"Dimana Harry?" tanya Ron.

"Entahlah" ucap Rory sambil mengamati sekeliling untuk mencari Harry.

"Itu!" Hermione berseru sambil menunjuk seseorang.

Rory, Ron, dan Hermione segera menghampiri Harry yang sedang berbicara dengan Cho. Mereka ingin memberi tahu Harry bahwa Hagrid telah kembali. Setelah Harry mengetahuinya, mereka berempat kompak berlari tergopoh gopoh menemui Hagrid di pondoknya.

Namun ketika telah sampai di depan pondoknya, mereka tidak langsung masuk, bahkan bersembunyi dan mengintip dari jendela karena ada Umbridge disana.

"Aku pergi untuk kesehatanku" terang Hagrid pada Umbridge.

"Kesehatan?" Umbridge meragukan ucapan Hagrid.

"Yaa, kau tau sedikit udara segar" ucap Hagrid lantas.

"Sebagai pengawas, pasti sulit mendapat udara segar ya? Jika aku jadi kau, aku tidak akan repot menyesuaikan diri lagi. Bahkan aku tidak akan sulit mengeluarkan isi tas ku" ucap Umbridge dengan congkak, lalu keluar dari pondok Hagrid dengan kepala terangkat.

Setelah Umbridge jalan cukup jauh, mereka berempat masuk ke pondok Hagrid. Kemudian menanyakan apa yang ia lakukan selama ini.

"Ini rahasia ya, Dumbledore menyuruhku berdiskusi dengan raksasa" terang Hagrid.

"Raksasa?!" Hermione terkejut.

Hagrid menutup mulut nya dengan satu jari, mengisyaratkan Hermione untuk memelankan suaranya.

"Kau menemukannya?" tanya Rory penasaran.

"Ya aku menemukannya, sebenarnya mereka agak sulit dicari. Aku mencoba meyakinkan mereka untuk bergabung. Tapi bukan aku saja yang menginginkannya untuk bergabung" kata Hagrid menjelaskan.

"Pelahap maut" timpal Ron cepat.

"Yaa, mencoba membujuk mereka untuk bergabung dengan Kau-Tahu-Siapa" terang Hagrid.

Berita kaburnya para pelahap maut seperti Bellatrix sudah di muat di daily prophet. Mereka mencurigai Sirius dalam pelarian para tahanan ini, yang tidak lain adalah sepupu Bellatrix Lestrange.

"Kementrian makin aneh" ucap Rory ketika membaca daily prophet.

"Harry!" Seamus berseru.

Harry menoleh ke arah Seamus. "Aku ingin minta maaf, ya aku sekarang memercayaimu. Bahkan ibuku sendiri yang bilang bahwa daily prophet tidak masuk akal" tutur Seamus kikuk.

Harry tersenyum mendengar ucapan Seamus yang kini mempercayai ucapannya tentang kebangkitan Voldemort.

****

"Rory" ucap Draco memecah keheningan.

"Yaa?" kata Rory tanpa melihat wajah Draco.

"Coba sekali kali kau gambar aku" usul Draco sambil memutar mutar cincinnya.

"Boleh juga" Rory berseru semangat.

"Tapi sebentar, gambarku yang ini belum selesai" kata Rory buru buru menyelesaikan gambarnya dengan serius.

"Sudah?" tanya Draco pada Rory.

"Sudah! Coba coba kau berpose" kata Rory menyuruh Draco.

"Berpose bagaimana?" Draco bingung.

"Kalau begitu tidak usah, aku akan menggambar wajahmu saja" kata Rory santai.

Rory sibuk menyesuaikan bentuk wajah Draco yang asli dan yang ia gambar. Sedangkan Draco memerhatikan cincin cincin yang melingkar di jari jari nya.

"Rory, aku tidak suka cincin ini, buatmu saja" Draco melepaskan cincin berwarna silver dari jari kelingkingnya.

"Simpan saja dulu" ucap Rory datar, bahkan sebenarnya ia agak malas mengubris Draco.

"Rory, apa yang sebenarnya kau dan teman temanmu lakukan" tanya Draco tiba tiba.

Rory menatap Draco dengan malas. "Sudah kubilang puluhan kali.." ucapan Rory terpotong oleh Draco.

"Jangan tanyakan hal itu" timpal Draco.

"Nih sudah" ucap Rory jutek sambil melemparkan buku gambarnya.

Draco membuang nafasnya berat, sudah jelas kini ia merusak mood Rory. "Ini ku bayar dengan cincin" ucap Draco sambil memberikan cincin itu pada Rory.

"Buang sampah ya sepertinya" ucap Rory ketus.

"Kalau tidak mau sini kembalikan" Draco menadahkan tangannya.

"Tidak" bantah Rory, kemudian ia memasukkan cincin itu di jari telunjuknya.

Draco tertawa pelan. "Dasar aneh" ucap Draco sambil meluruskan kakinya.

"Aku mau kembali ke kastil" kata Rory seraya berdiri.

"Tunggu!" Draco menarik lengan Rory, menyuruhnya duduk.

"Apa?" Rory menaikkan kedua alis matanya.

Draco menepuk nepuk pahanya. Rory mengernyit melihatnya. Draco menarik lengan Rory, sehingga tubuhnya pun ikut tertarik. "Duduk sini!" Draco semakin menarik lengan Rory.

"Tempat ini luas, kenapa juga aku harus duduk di situ" kata Rory sambil melirik paha Draco.

"C'mon!" pinta Draco.

"Aku berat" elak Rory cepat.

"Yaa kelihatan" ejek Draco sambil terkikih.

"Sialan! Baiklah" Rory mengumpat kemudian beranjak dari tempatnya.

Draco menyeringai sambil mengelus elus kedua lengan atas Rory. "Draco?" tanya Rory yang kebingungan. "Aku seperti bayi jika dipangku seperti ini" terang Rory.

"Yeah you just like a baby" kata Draco.

"And i'm the daddy" lanjutnya.

Draco menarik tengkuk Rory kemudian mencium bibirnya sekali. Mengelus punggungnya kemudian menyelipkan rambut rambut depan Rory kebelakang telinganya. Ia juga mengecupi leher Rory sambil melonggarkan dasi Rory. Jantung Rory berdegup kencang ketika ia membiarkan imajinasinya berkembang membayangkan apa yang mungkin saja akan terjadi.

"Draco" kata Rory.

Draco tidak mengubrisnya, bahkan kini ia membuka satu kancing atas kemeja Rory. "Draco!" Rory berseru. Draco berhenti, kemudian menatap Rory yang kini berwajah datar. "It's too far" tutur Rory sambil mengancingkan satu kancing yang tadi terlepas.

"No its not" kata Draco protes.

"Yes it is!" ucap Rory tegas.

"Okay fine, i'm sorry" kata Draco seraya membetulkan kembali dasi Rory.

Rory tersenyum sambil menatap Draco, ia mengelus rambut terang milik Draco. Rory beranjak dari pangkuan Draco. "Aku mau kembali ke kastil ya" kata Rory tersenyum.

"Tunggu!" Draco berseru seraya berdiri kemudian menghampiri Rory.

"Aku juga mau kembali ke kastil" kata Draco.

"Kita kan tidak bisa berjalan beriringan" ucap Rory mengeluh.

"Iya, kau duluan" Draco mendorong pelan punggung Rory.

Rory sampai di halaman kastil. Ada Pansy dan Blaise disana, mereka terlihat sedang mencari Draco. Pansy tidak sengaja menabrak Rory karena ia tidak melihat Rory yang berada di belakangnya.

"Ck Weasley sialan! Kenapa kau menabrakku?!" cerca Pansy kesal.

"Hah? Sepertinya kau kurang sehat ya" kata Rory meledek dengan santai, kemudian lanjut berjalan memasuki kastil.

"Dasar!" kata Pansy dengan kasar. Sebenarnya, jika saja yang ia tabrak bukan seorang Weasley. Pastinya Pansy tidak akan bertindak berlebihan seperti itu.

****

"Kau sudah mahir dengan patronus ya" Harry memuji Rory yang sudah menguasai patronus yang ia keluarkan.

Rory terkikih kemudian tersenyum bangga. "Rory, coba berubah jadi kucing" Fred berbisik di telinga Rory.

"Aku tidak mau ah" tolak Rory.

"Ayolah, tidak apa apa jika mereka tau" ucap George memelas.

"Hmm baiklah, sebentar saja" Rory mengiyakan permintaan si kembar.

Seketika ia berubah menjadi kucing disaat yang lain sibuk merapalkan mantra patronus. Semua anggota laskar dumbledore terperanjat melihatnya. Mereka benar benar tidak mengira kalau Rory merupakan seorang animagus.

"Nah!! Ayo sini" Fred menadahkan kedua tangannya-menyuruh Rory untuk naik kesana.

Rory melompat ke tangan Fred, kemudian Fred menggendongnya dan mengelus elus kepalanya layaknya kucing normal.

"Apa itu tipuan?" tanya Luna polos.

"Bukan, dia sungguhan animagus" Ginny menjawab pertanyaan Luna.

"Keren!" Luna berseru senang.

Hampir semua anggota laskar Dumbledore mendekat ke arah Fred dan George untuk melihat Rory dalam bentuk kucing berwarna coklat terang bermotif seperti jaguar.

Namun di tengah tengah suasana itu. Suara suara aneh muncul. Terdengar seperti langkah langkah kaki yang di susul berlubangnya dinding ruangan. Dengan segera Rory melompat ke lantai dan berubah lagi menjadi manusia. Ron mendekat ke arah celah kecil di dinding. Ia terkejut mendapati Umbridge bersama tim penyelidik dan Filch disana.

"Menyingkir dari situ!" seseorang berseru kemudian menarik tangan Ron.

Benar saja, Umbridge merapalkan mantra Bombarda Maxima. Alhasil dinding itu runtuh dan puing puing nya berserakan. Seluruh tim penyelidik menyeringai ketika menangkap basah laskar Dumbledore. Bahkan Draco pun terlihat puas dengan satu tangannya memegang lengan jubah Cho Chang dengan kasar. Rory menatapnya jengkel, walaupun ia tau cepat atau lambat pasti tim penyelidik akan menemukan mereka. Tapi saat itu rasanya ia ingin meneriakinya bahkan memukulnya. Ia juga kesal melihat Cho. Ia harusnya bisa menutup mulut tentang semua ini.

Umbridge menyuruh tim penyelidik dan Filch untuk membubarkan laskar Dumbledore. Kemudian ia mendatangkan Cornelius Fudge dan Auror untuk mengadili Dumbledore. Harry dimintai keterangan tentang laskar Dumbledore. Tentunya ia mengaku yang menjadi dalang dari organisasi ini. Namun Dumbledore mengelak Harry dan mengaku bahwa Harry melaksanakan apa yang ia perintahkan.

Karena hal ini, kementrian-Cornelius Fudge mengeluarkan surat penahanan untuk Dumbledore. Namun tentunya Dumbledore bukan orang yang akan pasrah tanpa perlawanan. Ia pergi bersama Fawkes, entah kemana. Namun dampaknya adalah, Umbridge menggantikannya sebagai kepala sekolah. Tentunya, peraturan semakin ketat dan tidak masuk akal.

Minggu depan kan diadakan ujian OWL. Umbridge melarang adanya penggunaan sihir selama pengerjaan itu. Ia berkata bahwa kemampuan sihir bukan yang utama, melainkan pendidikan.

Rory berjalan menuruni tangga bersama Hermione. Mereka baru saja menyelesaikan kelas rune kuno. Sayup sayup terdengar suara beberapa orang dari atas. Rory mencoba mendengarkan suara mereka dan mencari tahu siapa mereka tanpa melihat langsung. Rory mendengar suara perempuan yang familiar, itu Pansy. Sudah dipastikan ia bersama Draco dan yang lain.

Rory tentunya sudah tidak kesal dengan Draco. Karena bagaimana pun, Umbridge lebih berhak di salahkan karena membubarkan laskar Dumbledore. Rory masih memakai cincin Draco di jari telunjuknya. Pernah suatu kali Hermione dan Ron penasaran tentang cincin itu. Rory terpaksa membohongi mereka dengan berkata cincin itu pemberian Archie. Terkadang ia merasa bersalah dan sangat ingin memberi tahu mereka tentang hubungannya dengan Draco. Namun ia tidak tahu bagaimana caranya dan kapan waktu yang tepat untuk memberi tahu mereka.

"Aku baru menyadari sesuatu" suara Pansy semakin terdengar jelas ketika mereka berjalan turun-mengurangi jarak antara Rory dan Hermione dengan Pansy dan teman temannya.

"Bukannya dulu kau pakai cincin di jari kelingkingmu. Dimana sekarang cincin itu?" sambung Pansy bertanya pada Draco.

"Cincin?" Draco pura pura bingung. Ia sebenarnya sedang mencari alasan mengapa tidak memakai cincin yang sebenarnya sedang dipakai Rory.

"Iya, yang ada ukiran namamu di bagian dalamnya, masa tidak ingat?" ucap Pansy lantas.

"Oh yang itu, hilang" tukas Draco cepat.

"Padahal yang itu bagus" Pansy memuji cincin yang sedang ia bicarakan.

"Kalau di lepas ada bekas namamu di jarimu" lanjut Pansy terdengar bersemangat.

Rory mengernyit mendengar hal itu. Ia saja bahkan tidak menyadari ada ukiran nama Draco di bagian dalam cincin itu. Apa Pansy pernah memakainya juga? Jika iya, ia pasti bisa menyadari cincin itu sedang dipakai Rory.

Draco melihat lurus kedepan. Tepat pada rambut berwarna coklat terang yang terurai dan bergoyang goyang kecil ketika sang empunya melangkahkan kakinya menuruni tangga. Ia tahu persis siapa itu. Draco melihat Rory memasukan tangan kirinya ke dalam saku jubah tepat setelah Pansy membicarakan cincin yang sedang melingkar di jari telunjuknya. Draco tidak terus menerus memperhatikannya, ia harus terlihat seperti biasa di depan Pansy, Crabbe, dan Goyle.

"Hermione aku ingin ke toilet dulu" ucap Rory.

"Kalau begitu ayo" jawab Hermione membelokkan arah ke koridor kanan menuju toilet anak perempuan.

Rory masuk ke dalam salah satu bilik yang ada disana. Ia menutup kloset dan duduk di atasnya. Ia menarik cincin itu keluar dari jari telunjuknya. Benar saja apa yang dikatakan Pansy, ada bekas nama Draco di jari telunjuk Rory. Rory buru buru memakai cincin itu lagi agar Hermione tidak melihat bekas nama Draco di jarinya.

"Kau cepat sekali" kata Hermione yang sedang merapikan rambutnya di hadapan cermin.

"Aku tidak membuang banyak waktu kan" kata Rory tersenyum sambil merapikan poni yang berbentuk seperti tirai.

Setelah mereka berdua selesai. Mereka berjalan menyusuri koridor menuju aula besar untuk bersantai disana sambil membaca baca buku.

****

Setelah hukuman yang diberikan Umbridge kepada semua anggota laskar Dumbledore kecuali Cho. Harry merasa sangat bersalah. Ia merasa sangat memperburuk keadaan. Rory, Ron, dan Hermione sudah sering bicara padanya bahwa semua ini bukan kesalahannya. Karena memang Umbridge sangat menyebalkan.

Bahkan justru Harry sudah melakukan hal yang tepat karena telah mengajari beberapa orang mantra mantra pertahanan yang sangat penting.

"Kurasa kita tidak akan melakukan apa apa lagi. Itu hanya akan membuat kalian peduli" kata Harry sambil menatap datar pohon pohon hutan terlarang.

"Dan semakin kalian peduli, semakin kalian akan khawatir, jadi sebaiknya aku.." ucapan Harry terpotong oleh ucapan Ron.

"Sebaiknya apa?" kata Ron cepat.

"Melakukannya sendiri" jawab Harry.

Namun tiba tiba Hagrid muncul dan memanggil mereka berempat agar mengikutinya ke hutan terlarang.

"Ada apa Hagrid?" Harry bertanya sepanjang perjalanan menuju hutan. Bukan Harry saja yang bingung, tapi mereka bertiga juga.

"Aku sebenarnya tidak mau merepotkan kalian. Karena Dumbledore pergi, ada kemungkinan juga mereka akan memecatku, dan aku tidak bisa pergi tanpa memberi tahu seseorang tentang dia" tutur Hagrid terlihat sendu.

Lalu tiba tiba seorang raksasa muncul. Mereka berempat tersentak kaget melihatnya. Tubuhnya benar benar besar. Bahkan tubuh Hagrid jauh lebih kecil dari nya. "Ini Grawp, saudaraku" terang Hagrid.

Wajah Rory, Ron, Hermione, dan Harry belum benar benar terlihat santai. Bagaimana bisa benar benar santai, seorang raksasa tepat berada di hadapan mereka. Di tambah ada kumpulan Centaur yang baru saja melewat dan terlihat berbahaya.

"Sebelum aku pergi, tentunya harus ada yang menemani dia kan" kata Hagrid sambil tersenyum.

"Dia tidak berbahaya, cuma sedikit bersemangat saja" kata Hagrid sambil melihat mereka berempat yang terlihat hati hati dengan Grawp.

Grawp tiba tiba mendekat dan mengangkat Hermione dengan satu tangannya. Hermione berteriak panik. "Grawpy itu tidak sopan" kata Hagrid dengan tegas.

"Hagrid lakukan sesuatu!" kata Ron panik.

"Kita sudah membicarakan hal ini kan, tidak boleh memegang. Itu teman barumu, Hermione" kata Hagrid berusaha agar Grawp menurunkan Hermione.

Ron yang panik buru buru mengambil potongan kayu sebesar pemukul bludger. Lalu ia memukul kaki Grawp dengan itu, namun itu mungkin hanya terasa seperti sentuhan bagi Grawp.

"Grawp! Turunkan aku sekarang!" kata Hermione dengan tegas.

Grawp menurutinya. Ia segera menurunkan Hermione dengan perlahan kemudian berbalik mencari cari sesuatu yang ia simpan.

"Kau tidak apa apa?" Ron menghawatirkan Hermione.

"Aku baik" jawab Hermione dengan nafas yang masih tersengal karena Grawp yang tiba tiba mengangkatnya.

"Hei kau jangan dekat dekat dengannya ya!" kata Ron, tubuhnya selangkah lebih maju dari pada Hermione.

Grawp mengambil sesuatu. Itu adalah kemudi sepeda dengan lonceng. Ia memainkan lonceng itu lalu memberikannya pada Hermione, meminta ia memainkannya. Lantas Hermione memainkannya, ia terlihat sangat bersemangat dan senang ketika mendengarnya.

"Dia mencari makan sendiri. Yang dia butuhkan selama aku pergi adalah teman, kalian bisa menjaganya kan?" pinta Hagrid.

"Hanya aku satu satunya keluarganya" sambung nya. Mereka berempat mengangguk.

****

"I CATCH YOU!!" Draco tiba tiba melingkarkan tangannya di pinggang Rory.

"Shit! kau mengagetkanku" protes Rory. Kedua pundaknya naik.

"Ikut aku" Draco menyuruh Rory mengikutinya, entah kemana.

"Kemana?" Rory bingung, tapi ia tetap mengikuti Draco seperti kerbau di cocok hidung.

"Sudah, ikut saja dulu" Draco sedikit mempercepat langkahnya menyusuri koridor. Ia masuk ke ruangan prefek.

"Kenapa ke ruangan prefek?" tanya Rory semakin bingung.

"Just shut up" tukas Draco sambil menarik lengan Rory agar ia ikut masuk ke dalam ruangan prefek.

"Draco" Rory melihat sekeliling ruangan itu yang kosong. Hanya ada kursi kursi dengan meja, sofa, dan perapian yang padam.

"Duduk!" kata Draco setelah menarik sebuah kursi kayu.

"Aku serius! Mau apa?" tanya Rory penasaran.

"Kau di hukum karena berkeliaran malam hari" terang Draco mengambil secarik perkamen dan pena dari laci besar di sebelah perapian.

"Yang benar saja Draco?! Ini belum terlalu malam" Rory bersungut sungut. Walaupun itu Draco, ia tetap saja tidak mau di hukum.

"Tetap saja malam kan?" ucap Draco santai sambil menyerahkan perkamen dan pena.

"Tulis, aku tidak akan melanggar jam malam" kata Draco.

"Itu sangat membuang waktu!" tukas Rory malas.

"Well, i guess we should wasting the time" ucap Draco sambil menyeringai.

Rory mengernyit sambi tersenyum, ia menyadari bahwa hukuman ini bukan tujuan utama Draco menyuruh Rory ikut dengannya ke ruang prefek.

"Dasar modus" ucap Rory sambil lanjut menulis di atas perkamen.

Tiba tiba ada seorang prefek Slytherin lain yang masuk ke ruangan prefek. Ia melihat Rory disana dengan jutek. "Ada apa Draco?" tanya Pansy berjalan mendekat.

"Tampaknya Weasle-bee satu ini melakukan kesalahan" Pansy duduk di sebelah Draco.

"Pansy" Draco memanggil Pansy.

"Yaa?" Pansy menoleh ke arah Draco, ia terlihat senang ketika Draco memanggilnya.

"Lebih baik pergi ke asrama, kau terlihat lelah" kata Draco pada Pansy.

"Kau tidak apa jika sendirian saja mengawasi si Weasle bee ini?" tanya Pansy sok cantik.

"Tidak apa apa" ucap Draco cepat.

"Baiklah" kata Pansy seraya berdiri dan berjalan keluar dan menutup pintu ruangan prefek.

"Hih genit!" cerca Rory ketika langkah Pansy sudah tidak terdengar dari dalam ruangan prefek.

"Jealousy?" Draco meledek Rory yang tampak tidak menyukai Pansy.

"Cemburu? hahaha tentu saja tidak. Aku hanya tidak suka dia saja" terang Rory pada Draco.

"Baiklah terserah kau saja" Draco menopang dagunya dengan tangan sambil memperhatikan Rory yang bersungut sungut karena Pansy.

Rory menyerahkan perkamen yang sudah ia isi dengan penuh pada Draco. Kemudian ia berdiri dan berjalan menuju pintu ruangan prefek. Namun Draco memeluk tubuhnya dari belakang dan berbisik di telinganya.

"Siapa yang mengizinkanmu pergi" kata Draco sambil menyeringai.

Draco menyenderkan kepalanya di kepala Rory. Kemudian ia memutar tubuh Rory dan menatap matanya lekat lekat. Ia tidak melakukan apa apa kecuali menatap matamya.

"Jangan melihatku seperti itu" Rory memprotes Draco.

"Kenapa memangnya?" Draco terus melakukan itu.

"These butterflies" Rory memejamkan matanya sekejap.

Draco tertawa pelan kemudian ia kembali menatap Rory seperti tadi. "Ayo duduk di sana" Draco menunjuk ke sofa di depan perapian.

Mereka bersantai di sofa itu. "Aku ngantuk Draco" ucap Rory.

"Kalau begitu sini!" Draco merentangkan kedua tangannya, menyuruh Rory untuk tidur disana.

"Tidak mungkin aku tidur disini" kata Rory sambil tersenyum.

"Jangan sampai pagi, ayolah. Nanti setelah satu jam ku bangunkan" kata Draco meyakinkan Rory.

"Promise?" Rory menaikkan kedua alisnya.

"Promise" ucap Draco dengan cepat.

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 126 20
Voldemort sudah melebarkan cengkramannya di dunia sihir dan dunia Muggle, para Pelahap Maut atau Death Eaters menculik sang pembuat tongkat sihir Gar...
37.4K 4.7K 19
"Semua RUMORS ini untuk mu" Cedric Diggory x OC COMPLETED ✅ ❕Dimulai dari tahun ke-3 15+ ● 𝐅𝐈𝐅𝐓𝐇 𝐁𝐎𝐎𝐊 📖 [ Start : 220122 / End : 110223 ] C...
1M 83.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
76.2K 8.4K 65
Enemies to be loved? U in right side. Bagaimana jika seorang Draco Malfoy yang lahir dari keluarga Slytherin berturut turut bisa jatuh cinta dengan...