Langit Antarex

Von Ulyayani0504

3.2K 1.1K 1K

Tawuran?apa yg bisa kalian bayangin klo denger kata itu.Pastilah tindakan bodoh cowok cowok brandalan.Ya,disi... Mehr

1.Tawuran
2.Rahasia
3.Perselisihan
5.Pertandingan
6.Di comblangin
7.Sebuah Rindu
8. Lab IPA
9. That night
10. Cinta
11. Cemburu
12. Ada apa?
13. Raka?
14. Dia
15. Gila
16. Senja with El
17. Then Tawuran
18. Deep Wound
19. Next Ambition
20. Antara Lelah dan Pasrah
21. Dear Rindu
22. Unconscious
23. Entah ini rasa atau kecewa
24. Pasar Malam
25. Rasa Nyaman
26. Friends
27. Serangan
28. The other side
29. When reluctant to switch
30. Masalah ( Satu )
32. Controversy
33. Tragedi Jembatan
34. Can be solved

31. Masalah ( Dua )

27 3 0
Von Ulyayani0504

Brukkk......

Langit terjungkal dari kursi kantin yang sedari tadi ia duduki. Satu pukulan keras mendarat di pipinya. Langit yang tak punya kesiapan pun tak bisa menahan pukulan tersebut.

"Weh, apa-apaan lo Mars?" Tanya Devile sembari membantu Langit berdiri.

"Dateng dateng main pukul." Sahut Alex.

"Lo tau ini bos kan? Ngapain lo tonjok?" Sembur Risky.

"Tau. Lo kesurupan?" Tambah Bima.

Mars masih terdiam, sepertinya ia sedang mengatur nafasnya. Pacar Nara tersebut sedang sangat marah besar, entah marah atas dasar apa.
Semenatara Langit pun masih terdiam seraya memegangi pipinya.

"BANGSAT LO LANG!" Umpat Mars keras.

"Lo kenapa Mars? Ada masalah?" Tanya Langit masih berusaha membuat suasana tetap kondusif.

"Udah Gak usah banyak drama. Kenapa lo tega sembunyiin ini dari gue? Kenapa?" Bentak Mars menggelegar.

Fenomena ini menjadi pusat pandangan di kantin. Karena memang kebetulan kantin sedang ramai sekarang. Kenapa tidak perdebatan Langit dan Mars menjadi top trending? Semua orang tau jika dua cowok itu adalah sahabat karib, jadi jika pertengkaran terjadi diantara kedua cowok itu adalah sebuah keajaiban.

"Lo kenapa Mars?" Tanya Langit dingin.

"Haha. Lo masih nanya kenapa?" Jawab Mars ketus.

Semua orang dibuat bingung oleh perkataan Mars. Sebenarnya apa sih yang terjadi? Kenapa Mars begitu marah kepada Langit?

"Nyokap gue meninggal tuh gara gara Awan adik lo. Adik lo yang nabrak nyokap gue kan? Kenapa lo sembunyiin itu dari gue?" Sambut Mars garang.

"Itu karena gue ada alasannya Mars."

"Iya alasannya karna Awan itu adik lo. Lo bakal lebih jaga adek lo daripada gue yang bukan siapa siapa. Dimana lo yang gentle Lang? Dimana lo yang bijak? Lo pecundang Lang. Lo pengecut."

"Iya gue pecundang. Gue pengecut. Lo bener Mars. Lo bener. Tapi dengerin penjelasan gue dulu."

"Gue udah nggak percaya sama lo. Lo itu anggap gue apa? Lo nggak percaya kan sama gue? Makanya lo sembunyiin ini dari gue."

"Bukan gitu Mars."

"Udah lah. Gue benci sama lo Lang. Lo bukan sahabat gue."

Dengan gemuruh amarah yang ada di dalam diri Mars, Mars meninggalkan kantin. Ia tak menyangka jika selama ini Awanlah pembunuh mamanya. Dan Langit menjadi penyimpan rahasia ini.

"Sabar Lang. Gue percaya sama lo." Hibur Bima.

##

Hari ini adalah hari dimana mamanya El akan dioperasi. Segenap doa telah ia panjatkan. Sekarang hanya ada mamanya dalam ruang pikiran El. Hari ini, El berharap dengan penuh harapan semoga operasi mamanya lancar dan segera diberi kesembuhan.

"Kak El yang sabar ya kak. Terus berdoa supaya mamanya kak El cepet sembuh." Kata Hana si pengamen cilik yang sengaja El ajak ke rumah sakit untuk menemaninya sekaligus ikut mendoakan mamanya.

"Makasih Hana. Kakak selalu berdoa demikian."

Hana memeluk tubuh El hangat. El hanya bisa merapatkan pelukan tanpa bisa banyak bicara. Ia sangat takut dengan keadaan yang ia jalani sekarang. Ia takut jika semua tak sama seperti apa yang ia harapkan.

Tiba tiba ada satu panggilan masuk ke ponselnya. Dengan buru buru El melepas pelukan Hana dan mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

"Assalamualaikum." Sebuah salam terdengar dari seberang.

"Waalaikumsalam." Sahut El parau.

"Gimana operasi mama lo?" Tanya orang yang menelpon El.

"Belum selesai bang."

"Lo yang sabar ya Love. Gue bakal doain operasi mama lo lancar dan semoga cepet sembuh. Ntar kalo udah selesai kabari gue ya Love."

"Iya bang makasih doa nya."

Telpon itu dari Langit. El senang jika Langit perduli padanya. Peduli pada mamanya. Hal ini memberi sedikit rasa tenang bagi El.

"Ya udah bye bye. Wassalamualikum."

"Waalaikumsalam. "

Lega rasanya Langit masih menyakan keadaan mamanya. Bagi El semua akan lebih tenang jika Langit perduli kepadanya. Namun ada sesuatu yang mengganjal dalam perasaan El. El yakin Langit tadi sedang ada masalah. Kentara sekali dari suaranya. El jadi merasa khawatir.

"Kakak kenapa?"

"Nggak kenapa kenapa kok Hana."

"Beneran kak?"

"Iya beneran. Ya udah shalat dhuhur yuk!"

"Ayo kak."

El harap semua akan baik baik saja. Semoga ketakutannya hanya sebuah ilusi yang tak akan pernah menjadi nyata. Semoga saja....

##

"Jadi lo punya adek Lang? Kok kita nggak pernah tau." Tanya Devile saat mereka telah sampai di kelas.

"Iya Lang. Lo emang sengaja sembunyiin itu dari kita?" Sambung Risky.

"Ngapain sih lo sembunyiin?" Imbuh Alex.

Langit memilih diam. Pikirannya sangat kacau sekarang. Mengapa masalah datang silih berganti? Pertama masalah Raka, masalah El, dan sekarang masalah masa lalunya tentang Awan.

Tanpa sepatah kata apapun, Langit langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelasnya. Sementara teman temannya mengerutkan alis mereka bingung.

"Ada yang di sembunyiin sama Langit nih pasti." Celetuk Risky.

"Iya. Gue yakin bos lagi ada banyak masalah yang dia sembunyiin sendirian." Sambung Devile.

"Kita harus satuin lagi Mars ama Langit. Apapun caranya. Kita gak boleh pecah belah.  We are forever." Kata Alex mantap diikuti anggukan dari temannya yang lain.

##

Masalah memang akan datang pada setiap manusia bukan? Lantas apa manusia pantas untuk merasa Tuhan tak adil? Tidak! Tuhan itu adil hanya saja manusianya yang terlalu tidak bersyukur dan sabar.

Langit menghela nafas beratnya. Masalah lagi masalah lagi. Ini memang kesalahannya telah menyembunyikan rahasia ini terlalu lama. Ranti benar semua akan ada akibat dalam suatu sebab.

"Lo yang sabar Lang." Kata sebuah suara menyapa Langit hangat.

"Makasih Ran." Jawab Langit.

Ranti tersenyum hangat seperti biasa. Perlahan cewek manis itu mendekati Langit yang kini masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Tanpa persetujuan apapun, Ranti memeluk tubuh Langit hanya sekadar untuk menenangkan cowok itu.

"Gue yakin semua bakal balik ke semula." Hibur Ranti.

"Gue harap gitu."

Langit merapatkan pelukan Ranti. Saat ini Ranti lah yang bisa membuatnya agak tenang. Langit tak tau ia harus apa sekarang? Menjelaskan pada Mars? Sudah terlambat. Mars sudah terburu marah kepadanya. Ini memang kesalahannya.

"Ini semua salah gue." Kata Langit sendu.

"Lo nggak salah. Hanya saja waktu belum bersahabat sama lo. Gue percaya lo itu orang baik. Jadi mungkin saja ini adalah ujian yang harus lo jadiin pelajaran. Supaya kedepannya lo nggak nyembunyiin kenyataan lagi."

"Bener kata Mars gue ini pecundang."

"Nggak ada hak lo nyalahin diri lo sendiri. Semua ini cuma kerikil yang menjadi penghalang dalam kehidupan lo. Lo harus  ngadepin itu bukan menyalahkan itu." Ranty menjeda kalimatnya.

"Dan untuk Mars, gue yakin waktu bakal nyatuin lo lagi sama dia. Jadi lo harus tetep positif thinking sama takdir Tuhan." Lanjut Ranty.

"Thanks Ran."

"You're welcome. Tugas lo sekarang adalah bikin suasana kembali ke semula. Dan gue saranin buruan deh lo jelasin ini ke Mars. Dan untuk Love lo harus cepet cepet nanya ke dia. Dia udah inget nggak sama lo?"

"Maksud lo?"

"Lo harus buru buru nembak dia. Dan bilang lo itu Langit masalalu dia. Gue yakin dia itu udah nggak amnesia. Dan mungkin dia lagi nunggu buat lo bilang  kenyataan itu kalo lo adalah masa lalunya dia. Langit dan Love."

"Tapi gue gak yakin. Buktinya kemarin gue udah manggil dia peke sebutan love tapi dianya nggak ada reaksi." Kilah Langit.

"Emang dia ada dimana?"

"Rumah sakit. Nyokap nya operasi."

"Nah itu, dia lagi cemas. Jadi mungkin aja dia nggak ngeh karena lagi mode cemas."

"Oke. Gue coba lagi ngomong sama dia."

"Terus Awan gimana?"

"Awan nggak tau soal ini."

"Awan belum tau kalo Mars udah tau semuanya?"

Langit mengangguk. Jujur anagt berat  bagi Langit untuk membenarkannya. Sementara Ranty hanya tercenung cemas. Masalah akan terus berlanjut jika semua tidak dibicarakan dengan baik.

"Lo harus selesaiin ini semua. Berhenti bersembunyi di balik kebohongan. Karena itu hanya akan bikin lo nyesel. Dan nggak akan nyelesain masalah. Justru akan memperpanjang masalah."

##

Bagaimana bisa Langit tenang? Sedang masalah terus saja menghujamnya tanpa henti. Kali ini ia sedang termangu di sebuah lapangan berumput luas tempat dimana dirinya dan Love dulu sering bersama. Dan menjadikan tempat ini sebagai tempat terfavorit mereka untuk menghabiskan waktu luang mereka.

Andai saja Love tidak hilang ingatan. Mungkin sekarang Langit tak akan pernah merasa sendiri menghadapi masalah ini. Andai saja semua tidak terungkap sekarang. Mungkin saja Mars masih ada di sampingnya dan tidak menjauhinya.

Ini semua salahnya. Kenapa Langit begitu pengecut menyembunyikan semuanya? Entahlah, Langit hanya ingin membuat semua baik baik saja pada waktunya. Namun nyatanya waktu tak mendukungnya berbuat demikian.

Tiba tiba saja ada sebuah suara mengganggu pendengaran Langit. Sebuah suara tepuk tangan yang dibunyikan keras keras. Langit menoleh mencoba mencari tau asal suara itu. Ternyata suara iu berasal dari seorang Raka yang tengah bahagia sambil bertepuk tangan seolah olah ia menepuki sebuah pertunjukan.

"Akhirnya lo down juga." Ujar Raka senang.

"Mau lo apa?" Balas Langit sengit.

"Ngancurin lo kan." Jawab Raka ringan.

Raka mendekati Langit sembari menebar senyumnya. Langit sebenarnya sudah geram. Namun ia mencoba menahannya. Raka menepuk pundak Langit.

"Gue udah berhasil bikin lo down. Lo kehilangan Mars. Dan sebentar lagi lo bakal kehilangan El."

"BANGSAT!" Bentak Langit.

Langit mendaratkan satu pukulan keras ke arah wajah Raka. Dilanjut memukul perut cowok itu berkali kali hingga Raka tersungkur. Hal itu tak membuat Raka gentar malah justru membuat cowok itu mengeraskan tawanya.

"Gue gak bakal biarin itu terjadi."

"Mungkin sekarang lo menang. Tapi besok kita lihat sampe dimana lo bisa bertahan." Ejek Raka.

Raka langsung bangkit dan segera meninggalkan Langit. Jika Langit mau mungkin Raka sudah habis di tangannya. Namun mengingat Raka adalah sahabatnya dulu, Langit mengurungkan niatnya tersebut.

Sekarang apa ia harus menyerah? Tidak! Menyerah bukanlah tipe Langit. Bukan semboyannya menyerah sebelum berjuang.

##

"Aa Mars!!" Panggil Nara pelan.

Mars yang mendengar suara parau itu pun akhirnya menoleh. Ia tak tega terus terusan mendiamkan Nara hanya karena Nara membela Langit. Mars menatap sendu mata Nara yang kini telah mengeluarkan air mata.

"Maaf." Ujar Mars pelan lantas memeluk Nara erat.

Nara sudah lemas sedari tadi membujuk Mars agar ia memaafkan Langit namun Mars bersikeras  untuk tidak memaafkan cowok itu.

"Aa Mars sayang sama Nara?" Kata Nara pelan dalam balutan pelukan Mars yang hangat.

"Banget." Jawab Mars melembut.

Nara adalah cewek imut yang tidak bisa terus terusan di bentak seperti yang dilakukan Mars sebelum ini. Mars membentak Nara hanya karena Nara memberi masukan kepada Mars agar ia memikirkan ulang perkataannya tentang Langit.

"Jadi, aa nggak marah lagi sama Nara?"

"Iya."

Nara merapatkan pelukannya kepada Mars. Hangat. Ia rasakan kehangatan luar biasa saat Mars memeluknya. Perlahan Mars menciumi puncak kepala Nara berkali kali saking ia merasa bersalahnya. 

"Jangan bentak Nara lagi ya aa. Nara nggak bisa kalo aa marah sama Nara."

Mars mengangguk pelan. Di lepasnya pelukannya dengan Nara. Dua buah bola mata hitam Mars memandangi Nara lekat. Sementara Nara memilih tertunduk karena terharu.

"Aa sayang Nara."

"Nara juga sayang aa."

"Jadi tolong jangan bahas Langit lagi biar aa nggak marah sama Nara. Aa nggak tega lihat Nara sedih gara gara aa." Ujar Mars sambil mengelus kepala Nara.

"Tapi...."

"Nggak usah tapi tapian. Biar Aa yang nyelessiin masalah ini. Karena ini masalah Aa bukan Nara. Nara nggak usah mikirin yang kek ginian. Mending mikirin masa depan kita aja." Ujar Mars sambil tersenyum.

Nara tersenyum akibat perkataan Mars barusan. Setelahnya Nara melingkarkan tangannya di leher Mars. Membuat Mars harus tertunduk agar mampu menatap mata Nara. Bukan Nara terlalu pendek hanya saja ia terlalu mungil jika dibandingkan dengan Mars yang memiliki tinggi 181 cm. Mars mencium kening Nara.

"Iya sayang. Ntar Nara pikirin deh masa depan kita. Oh ya besok mama aa jadi dateng kan ke rumah Nara?"

"Jadi lah masa nggak."

"So, aa yakin serius sama Nara?"

"Yakin lah."

"Aa yakin mau lamar Nara?"

"Yakin lah."

"Aa beneran yakin mau sama Nara?"

"Yakinlah."

"Aa yakin....." katakata Nara terputus akibat bibirnya di sumpal dengan jari telunjuk Mars.

"Nggak usah tanya tanya. Buruan pulang. Ini udah malam banget. Takutnya ntar calon mertua khawatir."

Nara tertawa keras sekali. Namun lagi lagi Mars menutup mulut Nara menghentikan tawa cewek itu.

"Anak cewek nggak baik ketawa keras keras."

"Kata siapa?"

"Kata agama."

"Iya calon pak ustad."

"Bukan calon pak ustad. Tapi calon imam kamu."

Mars merapatkan pelukan. Menikmati segala kehangatan yang tercipta. Ia bersyukur memiliki Nara.

"Terima kasih Tuhan. Telah mengirimkan bidadari surga seperti Nara kepada ku." Kata Mars pelan.

"Terimakasih Nar." Bisik Mars di telinga Nara.

**

Huwaaa....

Bingung banget nerusin cerita ini. Sampe muter muter kan nih cerita. So sorry kalo part ini bikin pusing tujuh keliling buat para reader sekalian. Kalo bingung bisa minta penjelasan dari aku selain penulis. Maklum saja baru nyoba nulis. Dimaklumi ya😅😅

So dukung terus cerita ini dengan kasih apresiasi and komen sebanyak banyaknya......

Thank you.....🤭

Salam dari

Yani😘

 


Weiterlesen

Das wird dir gefallen

MARSELANA Von kiaa

Jugendliteratur

574K 26.7K 49
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
974K 47.6K 63
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
little ace Von 🐮🐺

Jugendliteratur

601K 48.8K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
365K 26.4K 24
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...