Hallo Mantan! [END]// TAHAP R...

By itsmatcha_

125K 7.4K 236

[FOLLOW SEBELUM BACA] Happy reading✨ Bisma Aryandia Pratama cowok yang sempat menjalin hubungan dengan gadis... More

PROLOG: MANTAN
Pulang Bareng
Rencana Bisma
Bersama Bunda
Kehadiran Putri
Khawatir
Sehari Bersama Bisma
UKS
Malas Berdebat
Alun-Alun
Loker
Flashback
Once
PMS
Halte
Kotak Hitam
Lapangan Basket
Dalang teror?
Kecelakaan
Bisma dan Icha
Murid Baru
Bertengkar
Menjauh
Salah Paham
Siapa dia?
Bola Volly
Baikan atau Balikan?
Kembali
Misi
Cafe
Anak?
Rencana Busuk
Angkringan
Berita Miring
Penguntit
Hilang
PENGUMUMAN CERITA BARU!!
Terbongkar
Berakhir
Selesai
Extra Part
EXTRA PART TERAKHIR
Info Baru

Penjelasan

4.9K 315 2
By itsmatcha_

Happy reading✨

Braakk...

Naya dan Sisi melonjak kaget ketika Icha menggebrak meja didepannya. Bukan hanya mereka berdua saja tapi juga sebagian anak lain yang ada di kelas itu. Mereka tampak heran dengan kelakuan Icha, tapi hal itu tidak membuat Icha mengalihkan pandangannya dari ponsel miliknya.

"ICHAAA LO BISA SANTAI DIKIT GAK?! GUE LAGI PAKAI MASKARA, NANTI MATA GUE KECOLOK BEGO!" pekik Sisi kesal. Hampir saja matanya menjadi korban.

"Lo mau sekolah apa ngelonte sih?!" Sarkas Icha ketika melihat penampilan Sisi.

"Sekolah juga harus cakep, biar apa? Biar banyak cogan yang ngelirik. Zaman sekarang cowok tuh liat fisik!"

"Lo dari dulu tancap kaya gitu kek tante-tante mau ngelonte, hasilnya apa? Emang ada cowok yang tertarik sama lo? Kalau emang gak laku ya terima aja kali!" lontar Icha pedas.

Sisi membelalakkan mata, mulutnya terbuka lebar membentuk huruf o "Lo makan cabai dari pohonnya langsung ya? Pedes, boncabe aja kalah."

"Makanya jangan ngusik gue."

"Lo duluan bego yang mulai! Ngapain gebrak-gebrak meja?!"

"Gue butuh penjelasan dari lo, Nay!" ucap Icha mengalihkan tatapannya pada Naya penuh selidik.

Naya yang sedang asik menyenderkan kepalanya ditembok menatap Icha penuh tanda tanya. "Gue?"

Icha mengangguk, menyodorkan ponsel yang daritadi ia pegang pada Naya. "Jelasin ini maksudnya apa?"

Naya membulatkan matanya ketika melihat foto yang ada di ponsel Icha. "Ini kan gue sama--"

"Bisma!" potong Icha.

"OMO OMO OMO?! LO BALIKAN SAMA BISMA?" tanya Sisi yang sudah duduk disamping Naya dengan wajah terkejut.

"Enggak!"

"Terus foto itu maksudnya apa?" tanya Icha menyilangkan kedua lengan didepan dadanya.

"Ini... Jadi--"

KRINGGG...

"Gue tunggu penjelasan lo waktu istirahat," kata Icha kemudian mengambil ponselnya dari genggaman Naya.

Naya menghembuskan nafas lega saat bel masuk sudah berbunyi. Dia tidak perlu susah payah menjelaskan hal ini pada kedua sahabatnya, tapi Naya yakin mereka pasti akan terus bertanya sampai Naya memberikan jawaban yang akurat. Namun setidaknya dia bisa merancang terlebih dahulu kata-kata yang tepat untuk menjelaskan pada mereka.

"Cabut aja lah njir! Ngapain masuk segala sih? Males gue nih pelajaran bancol!"

Naya mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Ternyata disana ada Bisma dan teman-temannya yang baru saja masuk ke dalam kelas. Malas jika harus menatap cowok itu terlalu lama, Naya kembali menyenderkan kepalanya ditembok sambil menunggu guru yang mengajarnya datang.

Tidak lama dari itu, seorang wanita paruh baya dengan sanggul dikepalanya dan baju kebaya ciri khasnya masuk ke dalam kelas XII IPA 4. Siapa lagi jika bukan Bu Wanti, si guru killer yang paling dihindari oleh seluruh SMA Bangsa tak terkecuali Bisma dan kawan-kawan.

"Selamat pagi anak-anak," ucapnya setelah meletakan barang bawaannya diatas meja.

"Pagi Buu..."

Bu Wanti menelusuri tiap sudut dikelas ini, wanita itu menyipitkan matanya ketika melihat semua meja terisi. Sepertinya ada yang salah dengan pengelihatannya. Pasalnya setiap dia mengajar dikelas ini pasti ada tiga meja dibagian pojok kelas yang tidak berpenghuni.

"Tumben kalian masuk kelas Ibu?" tanya Bu Wanti sambil menunjuk ke arah Bisma dan kawan-kawan secara bergantian.

Adit berdecak malas. "Terpaksa Bu! Kalau gak ada paksaan dari si Bisma juga saya kabur ke kantin."

"Bisma, tumben kamu mau ikut pelajaran saya?"

"Saya juga terpaksa Bu. Demi liat Naya, saya rela ikut pelajaran paling gak berfaedah ini!" oceh Bisma santai, cowok itu merubah posisi duduknya menghadap ke arah Naya lalu mengedipkan salah satu matanya.

Naya yang melihat kelakuan Bisma hanya bergedik ngeri, berbeda dengan teman-temannya yang sudah menyoraki cowok itu sambil mengucapkan kata 'bucin.'

"Jadi kalian disini terpaksa hah?!" tanya Bu Wanti pada lima cowok itu.

Mereka hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Keluar!"

"Ibu aja yang keluar dari sini, saya mah masih mau liat Naya," celetuk Bisma membuat Bu Wanti melototkan matanya.

"Keluar dari sini atau kalian saya hukum."

Tio yang dari tadi hanya memperhatikan Bisma langsung bangkit dari duduknya. "Cabut aja lah. Gimana kalau kita makan bakso dikantin, lebih asik daripada dengerin orang bahas masa lalu."

"Bener tuh, yang namanya masa lalu tuh dikenang, bukan dipelajari," cibir Cecep dengan pandangan yang tertuju pada gurunya itu.

"Kurang ajar ya kalian!" geram Bu Wanti.

"Gak papa kurang ajar, yang penting gak kurang tampan!" celetuk Tio mengibaskan rambutnya.

"Keluar sekarang sebelum kalian saya aduin ke kepsek!"

Tidak ada yang menjawab perkataan Bu Wanti, bukan karena mereka takut. Namun ancaman itu sudah sering sekali keluar dari mulut wanita itu, jadi mereka semua tidak kaget. Toh jika memang kepsek tahu, paling mereka hanya mendapatkan scors. Dan bagi mereka, scros sama saja dengan libur dadakan.

"Cabut." Instruksi Bisma kepada empat temannya.

Saat Bisma melewati meja Naya, cowok itu berhenti sejenak. "Belajar yang rajin, cantik," ucap Bisma seraya mengusap pucuk kepala Naya.

Setelah mengatakan itu Bisma keluar dari kelas bersama keempat temannya. Sedangkan Naya sama sekali tidak berkutik setelah ucapan yang keluar dari mulut cowok itu. Sial! Dia tidak boleh terbawa perasaan.

***

Naya menggigit bibir bawahnya ketika Sisi dan Icha sedang menatapnya penuh dengan kecurigaan. Ya, mereka berdua menagih penjelasan tentang foto yang menunjukan jika dirinya dan Bisma sedang di Taman.

"Jadi gimana?" tanya Icha penuh selidik.

"J-jadi...."

"Buruan Nay, gue laper nih! Lo daritadi cuma bilang jadi-jadi mulu! Jadi apa kelanjutannya?!" omel Sisi yang sudah tidak sabar dengan apa yang akan diucapkan Naya.

"Kita makan dulu aja," ucap Naya mencoba mengalihkan topik.

"Gak! Kita gak akan makan sebelum lo jelasin."

Naya menghembusksn nafasnya. "Jadi...." Cewek itu mulai menceritakan bagaimana bisa dirinya dan Bisma berada ditaman. Naya benar-benar menceritakan kejadian itu sangat detail, karena jika ada satu adegan saja yang terlewatkan pasti sahabat-sahabatnya akan mengetahui itu dan meminta Naya menceritakan ulang dengan rinci.

Lega, satu kata yang menggambarkan Naya sekarang. Akhirnya dia tidak lagi diteror oleh dua manusia super kepo dihadapannya.

"Untung gak ada Putri, kalau dia tau lo dekat lagi sama Bisma mati lo Nay!" lontar Icha.

"Makanya kalian jangan sampai kasih tau Putri."

"Kita gak akan kasih tau tapi kalau dia liat sendiri postingan ini di Instagram jangan salahin kita," ucap Icha diangguki oleh Sisi.

Naya hanya menganggukkan kepalanya. Semoga saja Putri tidak melihat postingan itu, kalau sampai Putri tau, Naya bisa kena ceramah tiga hari tiga malam. Fyi, Putri sangat tidak suka jika Naya berdekatan dengan Bisma setelah apa yang Bisma lakukan pada Naya.

"Sekarang mending kita ke kantin, masih ada sepuluh menit buat makan. Kasihan perut gue nih, udah nangis-nangis kelaparan." Sisi memegangi perutnya yang sudah berbunyi daritadi.

Naya dan Icha menyetujui apa yang Sisi ucapkan. Lumayan masih ada cukup waktu untuk mengisi perut mereka. Tanpa buang waktu, mereka segera beranjak menuju kantin.

"Kalian mau pesan apa? Biar gue yang pesenin," ujar Sisi pada dua sahabatnya.

"Samain aja sama lo," sahut Icha.

"Sip. Kalian cari tempat duduk, biar gak kelamaan."

Icha menjulurkan ibu jarinya, sebelum pergi bersama Naya untuk mencari meja yang masih kosong.

"Disana aja," ujar Naya seraya menunjuk meja kosong yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.

"Oke."

Naya dan Icha duduk berhadapan, mereka berdua menunggu Sisi seraya bercerita atau membicarakan sesuatu secara random.

Tidak lama dari itu Sisi datang dengan nampan yang berisi makanan dan minuman yang tadi dia pesan. "Nih, makanan kalian."

"Thanks," ucap Naya dan Icha kompak.

Sisi hanya mengangguk kemudian duduk disebelah Naya. Mereka sama-sama menikmati bakso yang beberapa menit lalu dipesan oleh Sisi.

Naya menuangkan beberapa sendok sambal, hingga kuah yang tadinya bening berubah menjadi sangat merah.

"Jangan kebanyakan, nanti asam lambung Naya kambuh."

Tangan Naya mengambang diudara ketika mendengar suara itu. Namun detik selanjutnya ia kembali menuangkan sambal ke dalam mangkoknya seolah tidak mendengar apa yang diucapkan cowok tersebut.

Sebuah tangan melingkar dipergelangan tangan Naya. "Bisma kan barusan bilang, jangan kebanyakan Naya."

Naya berdecak, menepis tangan Bisma. "Terserah gue lah orang gue yang mau makan."

"Bisma tau, tapi Naya harus inget sama perut Naya. Bisma gak mau nanti Naya sakit gara-gara makan pedas."

"Gak usah sok peduli!"

"Bisma gak sok peduli. Bisma cuma gak mau Naya sakit."

Naya memutar bola matanya jengah. "To the point, tujuan lo kesini apa?"

"Bisma kesini mau nyampein pesan dari Bunda. Katanya Bunda kangen sama calon mantunya," ucap Bisma menampilkan cengiran khasnya diakhir kalimat.

"Sinting!"

"Naya gak boleh gitu ke Bunda, masa Bunda dibilang sinting."

"Lo yang sinting!"

"Gak papa, yang penting Naya suka."

"Udah deh lo pergi sana!" usir Naya mengibaskan tangannya.

"Nanti dulu, jadi ini gimana?" tanya Bisma pada Naya.

"Apanya yang gimana?"

"Bunda kangen."

"Terus?"

"Naya main ke rumah lah, biar bunda gak kangen lagi," ucap Bisma sambil menarik turunkan alisnya.

"Gue gak--"

"Naya mau Bunda sedih karena kangen sama Naya?"

Naya menggelengkan kepalanya. Sebenarnya dia juga rindu pada wanita itu. Namun Naya ingat jika dirinya dan Bisma sudah tidak ada hubungan apapun, terlebih lagi ketiga sahabatnya memintanya agar berjaga jarak dengan semua yang berhubungan dengan Bisma.

"Naya temuin Bunda ya?" pinta Bisma sungguh-sungguh.

Naya menatap Icha dan Sisii bergantian seakan dia meminta jawaban pada dua sahabatnya itu. Namun keduanya hanya mengedikan bahu mereka.

"Terserah lo," monolog Icha.

Naya mengangguk. "Oke gue ke rumah."

"Yess! Besok Bima jemput dirumah jam 10 ya," ucap Bisma diangguki oleh Naya.

"Makasih Naya, ya udah gih habisin makannya. Jangan kebanyakan sambelnya, Bisma balik ke anak-anak dulu," kata Bisma bangkit dari tempatnya.

"WOIII BESOK GUE JALAN SAMA NAYA!" pekik Bisma melompat kegirangan. Jelas hal itu tidak luput dari pandangan penghuni kantin. Mereka menatap Bisma dengan tatapan yang berbeda, tapi Bisma tidak peduli. Ia sudah cukup bahagia karena Naya mau pergi dengannya walau alasan Naya hanya karena Bundanya.

---TBC❤️---

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
5.1M 215K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
228K 30.3K 62
Lift yang Caine naiki tiba tiba jatuh, dan ia masuk ke portal dunia lain. Apa yang harus Caine lakukan.... CERITA INI 100 % HANYA KHAYALAN. JANGAN C...
638K 59.9K 45
π–π€π‘ππˆππ† πŸπŸ–+ [ π—žπ˜†π—Ήπ—²π—Ώ π—¦π—²π—Ώπ—Άπ—²π˜€ 𝟯 ] D'arcy, nama Tengahnya yang berarti kegelapan melambangkan kehidupannya. Tidak ada siapapun yang...