Voice Later [Book 2] ✔️

By inflakey

35.9K 4K 382

Voice Later : The voice that can be heard now ~ BOOK 2 -------- WARNING ------- KONT... More

Voice Later BOOK 2
1 ~ Tears
2~ First Or Not
3~ Brothers
4~ Like or Not
5~ Confession
6~ Get Out
7~ After-
Informasi
Biodata Karakter
8~ Tiring and Miss you
9~ Bunkasai
10~ Bunkasai 2
11~ Like this last time
12~ Oldest Brother
13~ Old wounds
14~ Encounter
15~ Change Of Story
16~ Punch-
17~ Good Bye-
18~ Genesis
19~ With Tears~
20~ Without Tears~
21~ The Moment
22~ Get It Back
23~ Be a Part of Family
~ Miyamoto's Family ~
24~ Let's Start Again!
25~ An answer
26~ Not alone-
27~ Voice Each Other
28~ Destiny
29~ Berteman lagi.
30~ The Voice
Afterwords
| EXTRA 2.2 |

| EXTRA 2.1|

271 27 2
By inflakey

..............
... Cerita Sesudah Cerita ...
part : Date
............

Apartement kecil dengan ukuran yang hanya dapat ditinggali satu orang itu, nampak dengan beberapa kardus coklat yang masih sangat rapi berserakan pada lantai. Apartemen itu memiliki dapur yang menyatu dengan genkan serta kamar mandi dan toilet, kemudian pada pintu lainnya terdapat ruangan yang cukup untuk menaruh sebuah meja kotatsu berukuran sedang dan tempat tidur yang berada pada sisi kanan ruangan. Seorang pemuda dengan tinggi dan proporsi tubuh yang sangat baik masuk dengan satu buah kardus tangannya, meletakannya pada lantai lebih tinggi dari genkan dan meregangkan tubuhnya. Keringat nampak jatuh dari wajah dan lehernya, membuatnya menyeka cairan itu dengan leher kaosnya. Cuaca memang tidak panas, namun kegiatan yang dia lakukan membuatnya cukup berkeringat.

"Ini yang terakhir, Daiki -kun", suara itu membuat sang pemuda dengan cepat meraih kardus dari tangan pria terlihat lebih tua darinya yang baru saja memasuki pintu yang memang dia biarkan terbuka. Meletakkan kembali pada lantai yang lebih tinggi dari genkan dan ikut keluar dari ruangan tersebut.

Disambut dengan angin sejuk musim semi benar-benar menghilangkan lelah mereka sebelumnya. Tentu saja cukup lelah, memindahkan beberapa barang ke lantai dua dengan akses tangga cukup melelahkan.

Suara langkah mengalihkan pandangan mereka, membuat sang pemuda dengan rambut blonde itu kembali melangkahkan kakinya menuju pada pemuda kecil yang berjalan dengan bungkusan besar ditangannya. Mengambil alih bungkusan besar ditangan pemuda yang lebih lecil darinya dan menatap bungkusan itu dengan bingung. Terdapat dua bungkusan yang terpisah, bungkusan pertama berisi penuh dengan berbagai macam minuman dan bungkusan lainnya berisi penuh dengan makanan.

"Kenapa kau membeli banyak sekali?", suaranya terdengar. Wajah pemuda kecil didepannya memerah, entah karena lelah atau malu.

"A, aku tidak tau harus membeli minuman dingin, hangat, atau yang biasa saja", suaranya setelah tergagap diawal. Pemuda yang lebih tinggi itu terkekeh membuat sang pemuda kecil menatapnya dengan kesal. Tentu saja, baginya itu terdengar sebagai ejekan.

Pemuda kecil itu bukannya terlalu bodoh untuk tidak tau apa yang dia beli. Hanya saja pilihannya menjadi terlalu banyak mengingat keadaan orang yang ingin dia berikan minuman tersebut. Pertama, ini akhir bulan Maret dimana cuaca sangat tidak mungkin panas atau terik. Kedua, dua orang yang Ia maksudkan untuk minuman tersebut sedang melakukan kegiatan yang cukup menguras tenaga. Dan ketiga, dirinya tidak mungkin memberikan minuman dingin dalam cuaca yang masih terbilang dingin kemudian juga tidak mungkin dirinya memberikan minuman hangat pada orang yang habis bekerja keras. Pilihannya pada minuman yang biasa, namun pikirannya mengatakan mungkin saja mereka ingin yang dingin atupun hangat?

"Ini berat. Lihat tanganmu, memerah seperti ini", suara lembut bersaman dengan elusan ditelapak tangan kanannya segera menghilangkan wajah kesal sang pemuda kecil. Wajahnya lagi bertembah merah.

"Ti, tidak begitu berat", elak sang pemuda kecil. Mengalihkan pandangannya dan menarik tangannya. Senyuman lembut dari pemuda tinggi itu muncul melihat tingkah sang lawan bicara.

"Ayo", ujar pemuda tinggi dan mulai berjalan ketempat sebelumnya.

"Mamiya -san, kau ingin yang dingin, hangat atau yang biasa saja?", suara pemuda tinggi itu dan lagi-lagi wajah pemuda kecil dibelakangnya memanas karena ulanhnya. Dari belakang telapak tangan kecilnya menampar ringan punggung pemuda yang lebih tinggi darinya itu. Sedikit terkejut, sang pemuda tinggin mengerutkan punggungnya dan dengan cepat memutar tubuhnya menatap sang pelaku yang menatapnya kesal. Lagi-lagi bagi sang pemuda kecil itu, ucapan dari pemuda bersurai terang itu terdengar sedang mengejeknya.

Pria dihadapan mereka terkekeh melihat interaksi dua pemuda dihadapannya sedaritadi. Jika orang lain yang tidak mengenal mereka, mungkin semuanya akan berpikir mereka seperti saudara yang begitu rukun melihat dari proporsi tubuh mereka yang cukup berbeda tidak akan dibenak mereka berpikir bahwa kedua pemuda ini hanya terpaut satu tahun.

"Daiki -kun, berhenti menggoda Rui -kun", suara pria yang barusan dipanggil Mamiya tersebut akhirnya bersuara.

"Kau tadi sudah berkata kaki dan tangan, Rui -kun bisa patah jika membantu mengangkat barang", suara Mamiya diikiti dengan kekehan pemuda tinggi didepannya.

"Mamiya -san, kau bahkan bisa melihatnya sendiri", pemuda tinggi itu memposisikan pemuda yang lebih kecil darinya itu untuk berada didepannya.

"Dengan tubuh seperti ini. Kau yakin dia akan mampu membawa barang-barang itu", lagi suara dari pemuda Daiki itu membuat sang pemuda kecil menyikut marah perutnya. Suara erangan dari Daiki terdengar, melengkungkan punggungnya kedepan, menatap sang pelaku lagi-lagi tak percaya.

"Kau pantas mendapatkannya", suara Mamiya yang menikmati penderitaan Daiki. Walaupun dia memang sangat menyetujui ucapan Daiki sebelumnya. Tubuh Rui itu bahkan lebih kecil dibandingkan pemuda yang seumurannya, dia bahkan bisa dianggap anak sekolah menengah pertama.

"Beri aku yang dingin", suara Mamiya yang mengakhiri perdebatan kecil dihadapannya. Daiki yang menyudahi perdebatan antara Daiki dan Rui. Daiki mengambil botol pocari dari bungkusan ditangannya dan memberikannya pada Mamiya.

"A, aku juga membeli beberapa cemilan. Mamiya -san bisa beristirahat sebentar", tawar Rui yang memang dalam bungkusan yang Ia bawa sebelumnya terdapat beberapa cemilan.

"Hmm~ Tawaran yang menarik", suara Mamiya menyetujui.

Mereka berjalan memasuki rumah apartemen yang sekarang ini akan menjadi tempat tinggal tetap dari pemuda Daiki tersebut. Melewati beberapa kardus yang berserakannpada lantai dapur dan memasuki ruangan lainnya, dimana ditengah ruangan besar itu terdapat meja kotatsu yang akan menjadi tempat mereka menikmati makanan yang dibeli oleh Rui sebelumnya.

"Ini sudah sangat berisi", komentar Mamiya setalah melirik beberapa tempat dalam ruangan tersebut.

Memang ruangan tersebut sudah berisi dengan sebuah single bed yang berada pada pojok sisi kanan ruangan kemudian sofa yang membelakangi tempat tidur tersebut dengan sebuah TV yang tergantung pada dinding tak jauh diseberang sofa. Sedangkan meja kotatsu sebelumnya berada didepan sofa minimalis abu-abu dari bahan kain dengan kaki kayu. Bahkan pada dapur sebelumnya terdapat lemari pendingin.

"Semuanya sudah disediakan", Daiki yang mulai duduk pada lantai diikuti dengan dua orang lainnya. Pemuda kecil dengan sweater coklat muda terang meraih bungkusan yang diletakkan oleh Daiki diatas meja begitu saja dan mulai mengeluarkan beberapa makanan yang Ia beli. Terdapat dua bungkus piringan sushi yang masih hangat dan meletakkannya keatas meja.

"Aku menghangatkannya", suara Rui seraya membuka plastik perekat pada piringan sushi tersebut. Melihat tindakan kecil ini membuat Mamiya berpikir, pemuda kecil dihadapannya kini benar-benar akan menjadi pasangan hidup yang ideal. Pandangannya beralih pada pria tinggi disamping pemuda kecil tersebut yang sedang meneguk minumannya. Membuatnya dengan ringan berpikir 'Sialan, beruntung sekali pemuda ini'. Tentu saja pikirannya itu bukan lah hal yang tidak berdasar, dia mengenal Daiki sejak Daiki berada dikelas tiga Junior high school. Tidak ada yang aneh dengan itu, Daiki sudah melakukan pekerjaan part time sejak junior high school dan itu pekerjaan apapun yang bisa Ia lakukan. Mengenal Daiki selama itu tentu saja Mamiya sangat mengetahui sifat Daiki yang sangat cuek dan dingin pada orang lain, sampai beberapa orang menganggap dirinya begitu sombong. Daiki dengan sifat itu mendapatkan Rui sebagai pasangannya terlepas dari apa gender milik Rui sudah sangat beruntung. Rui memiliki sifat yang sangat berbeda 180 derajat dengan Daiki, sampai beberapa orang menanyakan bagaimana bisa seorang Rui yang begitu lembut dan elegan bisa terjebak dengan Daiki yang begitu sombong.

Daiki sendiri tidak pernah menyembunyikan hubungannya dengan Rui, sehingga beberapa orang disekitarnya dapat menebak secara otomatis tentang hubungan mereka.

"Bukankah cukup mahal mendapatkan tempat tinggal yang sudah menyediakan beberapa perabotan?", Mamiya yang kembali pada percakapan awal.

"Tidak terlalu. Kawasan disini dekat dengan kampus, jadi banyak mahasiswa yang memilih tempat tinggal disini", jelas Daiki membuat Mamiya mengangguk tanda responnya,

"Mamiya -san, nikmati sushinya", Rui yang menggeser sedikit salah satu piringan sushi kedepan Mamiya. Mamiya sedikit terpaku menatap sushi dihadapan nya kemudian beralih pada Rui yang tersenyum padanya.

Wajah manis dihadapan nya seketika berubah menjadi wajah dengan mata tajam dan penuh dengan tudingan kearahnya. Sedikit tersentak kebalakang dengan perubahan pemandangan didepannya.

"Dimana kau melihat, Mamiya -san?", suara itu tajam.

"Kemana lagi? Tentu saja Rui -kun! Diruangan ini hanya dirinya saja yang enak dipandang", jawab ringan Mamiya. Daiki menarik tubuhnya masih dengan wajah waspadanya.

"Memandang kekasih orang lain, kau sangat berani Mamiya -san", protes Daiki dan lagi tamparan pada lengan kiri atasnya terdengar,

"Ugh-", eluh Daiki mengusap lengan kiri atasnya dengan tangan lainnya. Menatap kearah Rui yang menatap nya kesal dengan wajah yang sudah memerah. Entah itu karena kesal padanya atau karena malu. Mamiya dihadapan mereka lagi-lagi terkekeh dengan pemandangan dihadapannya.

Setelah mereka seleaai dengan makanan, minuman dan obrolan kecil diantara mereka, Mamiya akhir nya pamit untuk pulang yang sebelumnya saling mengotot dengan Daiki yang bermaksud membayar dirinya sebagai jasa angkut barang yang berakhir dengan Daiki membayar setengah dari biasanya biaya jasa tersebut.

Rui mulai membantu membuka kardus-kardus yang ada dan menyusun barang-barang dari dalam kardus tersebut. Daiki masuk dengan kardus ditanganya, meletakkan kardus tersebut disebelah tempat tidurnya tak jauh dari Rui yang berjongkok membukan kardus lainnya.

"Daiki, buku-buku ini akan diletakkan dimana?", Rui yang menunjukkan kardus penuh buku yang baru saja Ia buka.

"Ah! Biarkan saja. Aku akan mencari rak dan meja belajar nanti", ujar Daiki. Rui megangguk dan menyandarkan kardus berisi buku itu bersandar pada dinding di dekat tempat tidur.

"Tidak lelah?", suara Daiki yang mendekat pada Rui. Mengusap dahi Rui dengan punggung tangannya yang sedikit menunjukkan bulir-bulir keringat. Rui menggeleng ssebagai responnya.

"Hanya sedikit kepanasan", cicit Rui.

"Aku akan melanjutkan nya nanti. Kemari", Daiki mengarahkan Rui untuk duduk pada tempat tidur yang masih belum dilapisi dengan sprei. Daiki berjalan menuju meja kotatsu mengambil satu botol pocari yang belum terbuka, membawanya berjalan kembali kearah Rui duduk seraya membuka penutupnya.

"Ini", Daiki menyodorkan botol pocari yang tutupnya berada ditangannya pada Rui. Tanpa penolakan, Rui menerimanya dan meneguk dengan pelan. Setelahnya mengembalikan kembali minuman tersebut pada Daiki yang sudah duduk disampingnya. Daiki menyambut botol tersebut dan ikut meneguknya, lengan kirinya terangkat membuatnya dapat melihat jam tangan dengan strep hitam ditangannya yang menunjukkan pukul setengah empat sore.

"Mau menemaniku mencari perlengkapan lainnya?", tawar Daiki seraya menutup minuman pocari yang baru saja Ia teguk. Sang lawan bicara menatap asal suara dengan berbinar.

"Sekalian makan malam diluar", sambung Daiki. Rui dengan senyuman lebarnya mengangguk semangat sebagai jawabannya. Daiki terkekeh dengan mengelus lembut rambut halus milik Rui.

Setelah merapikan beberapa barang dan bersiap, mereka mulai berjalan menuju pusat perbelanjaan. Daiki merapikan sedikit syal yang melingkar pada leher Rui, merapatkan mantel dingin biru langit malam yang panjangnya hingga lutut sang pemilik memberikan kesan lucu bagi sang pengguna. Ini bukanlah hal yang berlebihan bagi Rui, dia sangat tidak bersahabat dengan udara dingin. Namun menjadi hal yang kontras saat berjalan dengan Daiki yang hanya mengenakan jaket parka yang didominasi warna merah maroon namun pada bahu hingga lengannya berwarna navy senada dengan mantel milik Rui.

Perjalanan menuju stasiun memakan waktu sekitar lima menit dengan kaki. Kemudian dilanjutkan dengan kereta yang mengabiskan waktu sekitar tujuh belas menit dan kembali berjalan kaki sekitar 240 meter dari stasiun, akhirnya mereka sampai pada tempat perbelanjaan perlengkapan rumah tangga.

Selama perjalanan Rui tidak ada habis nya menanyakan tentang pria yang baru saja membantu mereka. Hal itu membuat Daiki menunjukkan protesnya terhadap Rui. Bagaimana tidak? Mamiya itu pria dengan umur di pertengahan dua puluh, tidak tua dan cukup membuat Daiki waspada. Terlebih Mamiya tidak bisa dibilang pria 'tidak menarik', tubuhnya cukup terbentuk karena pekerjaan sebagai jasa pindah rumah dan kulit kecoklatannya sangat menambah kesan jantannya. Wajahnya pun sangat baik dengan pasang mata tajam dan bibir yang sedikit tebal. Semua itu menambah kekhawatiran Daiki, memikirkan apakah tipe yang disukai Rui sudah berubah? Mengingat dirinya adalah 'kekasih' pertama Rui dan 'beberapa hal' yang Rui lakukan dengannya adalah 'hal pertama' untuk Rui.

Setelah memilih sprei dan beberapa perlengkapan dapur lainnya, Daiki mengajak Rui untuk makan malam. Restoran Yakiniku menjadi pilihan mereka berdua, duduk berhadapan dengan cupitan di tangan Rui serius membolak-balikan potongan daging diatas pemangang yang panas menimbulkan suara gemerecik minyak.

Daiki yang sudah mengunyah beberapa potong daging yang kematangannya sangat pas dimulutnya mulai memperhatikan Rui yang masih sibuk dengan daging yang baru saja Ia letakkan diatas pemanggang. Sambil mengunyah Daiki meraih capitan ditangan Rui membuat Rui yang duduk dihadapannya menatapnya dengan bingung.

"Kau juga harus makan. Jangan hanya memanggang untukku", suara Daiki usai menelan makanannya. Rui menggeleng yang kemudian bermaksud untuk kembali meraih capitan ditangan Daiki, namun dengan cepat Daiki menarik tangannya menjauh dari jangkauan Rui.

"A, aku akan makan setelah memanggang semuanya", Ruii bersuara.

"Kalau begitu kau tidak akan mendapatkan apapun. Lagipula makan ini enak saat masih panas", Daiki yang memberikan dua potong daging dari piringnya kepiring Rui kemudian mulai memanggang.

Rui tak bisa menjawab hanya menggembungkan pipinya kesal. Lagi-lagi Daiki menyuruh Rui untuk memakan daging yang telah Ia berikan sebelumnya karena Rui tak bergerak untuk memakannya. Rui dengan wajah kesalnya mulai menyumpitkan daging tersebut kedalam mulutnya. Daiki terkekeh kecil yang kemudian mulai memanggang. Dari apa yang Ia lihat Rui tak bermaksud untuk makan, karena sedaritadi Rui memanggang dan meletakkan daging kepiring miliknya.

"Bagaimana mungkin ada orang yang kesal saat disuruh menikmati makanan?", cicit Daiki seraya membalikkan kan daging dipanggangan, menekannya perlahan dan memperhatikan perubahan warna pada daging diatas panggangan tersebut guna memastikan kematangan dari sang daging.

"A, aku ingin memasakannya untuk Daiki. Aku ingin Daiki menikmati makanannya", jawab Rui.

"Aku juga ingin kau menikmati makananmu. Nah!", suara Daiki yang meletakkan daging hasil panggangannya kepiring Rui.

"Kau sudah cukup memasakkan aku. Sekarang giliranku yang memasakkanmu", Daiki dengan senyuman lembutnya. Senyuman tipis itu sudah cukup bagi Rui untuk merasakan bahwa wajahnya memanas, mencari kegiatan lainnya seperti mulai melahap daging pemberian Daiki guna mengontrol wajahnya yang sudah dapat Ia kira telah memerah.

"Bagaimana? Apa kurang matang?", tanya Daiki. Rui kembali menatap kearah Daiki dengan sumpit masih diujung bibir bawahnya, menggelengkan kepalanya sebagai respon seraya berkata,

"Sangat pas! Daiki sangat pandai!", pujinya dengan begitu semangat. Daiki yang sedikit kaget dengan respon tak terduga itu terkekeh. Meletakkan kembali satu kepiring Rui dan lagi-lagi menyuruh Rui untuk menyantapnya.

Sampai potongan terakhir daging yang dipanggang, Daiki masih memegang kendali panggangan dan capitan. Rui merupakan seseorang yang akan lupa dengan beberapa hal setelah mendapatkan hidangan yang sangat enak, karena itu Daiki sebenarnya tidak perlu menanyakan hasil masakannya pada Rui. Hanya lihat bagaimana respon Rui saat memakan, dia akan dengan sangat mudah mendapatkan jawabannya. Seperti saat ini, bahkan sampai potongan terakhir Rui masih terus mengunyah, namun ada beberapa momen yang saat dia berbicara dan manatap Daiki dirinya akan memberikan potongan daging yang sudah masak dipiringnya kepiring Daiki. Daiki hanya terkekeh dan berseru terimakasih dan mendapatkan anggukan malu dari Rui.

Setelah habis dengan yakiniku, mereka lanjut memesan ramen sebagai makanan utama mereka. Memilih hidangan mie kuah yang panas pada penghujung musim dingin memanglah sangat pas! Seakan menghangatkan organ tubuh mereka dari suhu rendah udara luar.

Mereka berjalan berdampingan, langit yang sudah gelap ditemani cahaya bulan dan gemerlap kawasan perbelanjaan yang mereka lewati. Daiki mengarahkan semua tas belanjanya pada tangan kirinya yang kemudian meraih telapak tangan Rui, menggandengnya. Rui yang sedikit tersentak berniat menarik tangannya, namun Daiki mempersempit jarak mereka membuat lengan mereka saling bersentuhan.

"Da, Daiki!", tegur Rui yang melihat sekelilingnya. Daiki terkekeh dan memasukkan tangannya yang terkait dengan tangan Rui kedalam kantong jaketnya.

"Tidak perlu pedulikan orang lain. Nikmati waktu kita", ujar Daiki yang lebih merapatkan kembali tubuh mereka berdua hingga telinganya dapat menyentuh ujung kepala Rui. Rui kembali tersentak kecil dan merasakan hawa panas diwajahnya.

Itu bukan tempat yang sepi, kawasan perbelanjaan ini merupakan salah satu kawasan yang selalu ramai dengan orang walaupun malam tiba. Namun, Daiki sama sekali tidak memperhatikan itu -lebih tepatnya tidak mempedulikan tatapan dari pasang mata orang lain-

Langit semakin gelap tanpa ada bintang disekelilingnya, namun kemerlap kawasan itu bahkan dapat menggantikan kemerlap bintang.

Setelah mengambil beberapa waktu untuk mengelilingi kawasan itu dan mengambil beberapa jajanan yang diperjual belikan dengan foodtruck, Daiki dan Rui memutuskan untuk segera pulang. Sudah hampir jam 10 malam, seakan hari berbelanja ini merupakan hari kencan untuk mereka sehingga mereka begitu menikmati aktivitas kecil yang mereka lalui.

Daiki meletakkan tas belanjaannya pada duduk sisi kanannya sedangkan disisi kirinya terdapat Rui yang sedang menyandarkan kepalanya -nyaman- pada bahu kiri Daiki. Matanya terpejam seakan menikmati perjalanan pulang dengan kereta, Daiki meraih telapak tangan kanan Rui dan mengaitkannya dengan tangan kirinya sendiri. Senyuman muncul dari sudut bibir mereka berdua, seakan mereka menikmati tautan jemari mereka. Daiki melirik jam dipergelangan tangan kirinya.

"Bagaimana kalau kau menginap malam ini?", tawar Daiki yang otomatis membuat Rui menoleh dan mendongak kearah Daiki.

"Sudah terlalu malam, kalau kau kembali kerumah", jelas Daiki. Wajah Rui memerah yang kemudian mengangguk malu dan kembali mengambil kembali wajahnya pada bahu Daiki. Daiki terkekeh akan reaksi dari sang kekasih.

"Kita akan mampir ke family mart setelah ini", uiar Daiki kembali.

"Unm", lagi respon singkat dari Rui dengan anggukkan malunya. Lagi Daiki terkekeh dengan tingkah kekasihnya itu yang dianggap nya sangat lucu.

..............
... Cerita Sesudah Cerita ...
part : Date
............

In ingin menyampaikan sesuatu!!
In : Daiki! Kau sangat modus!!
Daiki : Huh?! Rui kekasihku. Bebas untukku mengajaknya bermalam!

In sampaikan sesuatu lagi!!
Bantu In beli mie goreng!! Link di bio!! Tehee ヾ(¯∇ ̄๑)

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 331K 67
Angel's Secret S2⚠️ [cepat, masih lengkap bro] "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Ang...
RavAges By E-Jazzy

Science Fiction

1.1M 111K 80
[Completed Chapter] Pada kepindahaannya yang ke-45, Leila kabur dari rumah. Dia melihat kacaunya dunia, serta alasan ayahnya yang terus mendesak mere...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...