Logic & Heart

By amyourlyca

68.7K 17.7K 12.9K

[Follow dulu sebelum membaca] [Completed] *** Anca Zabryna, cewek yang mendapatkan peringkat terburuk diangka... More

LH 01: MR. PERFECT
LH 02: MRS. ANOA
LH 03: SALAH LABRAK
LH 04: RATU COPAS SALAH LABRAK!
LH 06: IN LIBRARY
LH 07: FIRST KISS
LH 08: DOTS School Ver.
LH 09: SIAPA KORUPTORNYA?
LH 10: FIRST MISSION
LH 11: MISSION FAILED
LH 12: ANCA CENGENG
LH 13: DEMO
LH 14: SOLIDARITAS
LH 15: THE POWER OF EMAK-EMAK
LH 16: BACK TO SCHOOL
LH 17: SWIT SMAILNYA ALDI
LH 18: MASA LALU DAN RUBY
LH 19: THE PAST
LH 20: NGAMBEK
LH 21: DE FACTO
LH 22: WHO?
LH 23: SWEETIES
LH 24: GEA
LH 25: SHE'S BACK
LH 26: PARTY
LH 27: ICH LIEBE DICH
LH 28: OFFICIAL
LH 29: JARAK
LH 30: SISI PROTEKTIF
LH 31: DEPTA STORY
LH 32: ABOUT GEA+CAST
LH 33: KECEWA
LH 34: KESURUPAN
LH 35: GEA (2)
LH 36: SELESAI
LH 37: WINNER
LH 38: DON'T GO
LH 39: EPILOG
EKSTRA CHAPTER

LH 05: POINT TO POINT

2K 653 370
By amyourlyca

Up yeay!

Cerita ini murni karya saya, dilarang plagiat dalam bentuk apapun.

Budayakan vote dan comment dulu sebelum membaca yaa.

HAPPY READING💗

***

"Sekali lagi, kepada Siswi yang bernama Anca Zabryna dimohon untuk memasuki Ruang Audio."

Suara dari Ruang Audio menggema, membuat semua orang menatap satu objek yang tengah memakan-makanannya dengan santai.

Siapa sih yang tidak mengenal Ratu Copas a.k.a Anca Zabryna.

"Anca! Udah berapa kali tu speaker manggil-manggil lo, buruan kesono. Gue aja capek dengernya." Cindy menggerutu kepada Anca.

"Daripada ngedengerin tu speaker, gue lebih capek denger suara lo Cin," balas Kanya.

Cindy nyengir pepsodent, "Lagian dari tadi tu speaker nyebut-nyebut Anca, si Anca diem terus." Cindy berujar menyalahkan Anca.

"Kenapa tu cowok manggil-manggil mulu? Jangan-jangan suka sama lo lagi Ca," ujar Kanya. Cowok yang dimaksud Kanya itu, cowok yang memanggilnya di Ruang Audio. Sepertinya kapasitas galau Kanya hanya sehari.

"Pffttt mana ada yang mau kek modelan si Anca."

Pletak!

"Apa lo bilang tadi?" tanya Anca sambil mendelik, dia menatap tajam ke arah Cindy.

"Gini-gini banyak ya yang mau sama gue, contohnya kek ...." Anca mencebikan bibirnya, Ia lupa bahwa dirinya jomblo abadi.

"Bwahahaha, lo lupa ya Ca? Dari orok sampe segede biji sekarang lo masih jomblo Ca. Jangan ngadi-ngadi," ujar Kanya dia tertawa terbahak-bahak, mengejek Anca.

"Pengen nangis tapi udah terlanjur ngakak." Cindy ikut-ikutan tertawa.

"Tipe gue tuh tinggi! Mangkanya dari orok gak ada yang mau sama gue, karna mereka udah kabur duluan setelah tahu tipe gue!" Anca membela. Dia menghentak-hentakan kakinya ke lantai, kesal.

"Yang ada mereka udah ilfeel duluan ketemu lo Ca ahahaha." Cindy dan Kanya malah semakin mengejek.

Sepertinya mereka punya dendam pribadi pada Anca.

Merasa kesal, Anca membalikan badannya hendak pergi.

"Aduhh ...."

Anca memegang jidat kesayangannya saat terbentur oleh sesuatu yang keras.

"Kalo jalan hati-hati dong! Sakit jidat gue," protes Anca tanpa mendongak.

"Ikut gue," ujar orang yang Anca tabrak, dia menarik paksa tangan Anca untuk mengikutnya. Sementara Anca berlari kecil mengikutinya sambil mencibir.

"Wahh daebak! Gak dapetin cowok dari orok, sekalinya dapet modelan kaya Aldi." Cindy berdecak.

"Kalo gini mah, gue mau dah jomblo dari orok lagi." Kanya berujar tanpa mengalihkan tatapannya dari Aldi dan Anca yang kian menjauh.

"Halah, lo dari orok juga dah centil, gaya lo mau jomblo dari orok." Cindy mencibir.

"Bisa gak sih ngomongnya hoax dulu? Kan gue jadi berasa laku banget gitu."

***

"Dari tadi gue manggil lo." Ujaran itu membuat Anca mendongak menatap Aldi yang lebih tinggi darinya.

"Bisa gak sih manggilnya yang estetikan dikit? Gak harus di Ruang Audio kan?" gerutu Anca, dia mencebikan bibirnya kesal.

"Gue mau lo ngebantu anak Audio ngangkatin barang."

"Heh, lo pikir gue Samson apa ngangkatin barang!" protes Anca, dia melotot ke arah Aldi.

"Gue nggak nyebut lo Samson, gue cuma minta lo bantu angkat barang."

"Enggak! Gue nggak mau, yang ringanan dikit kek misalnya kaya duduk, atau baring-baring gitu. Atau enggak lipet bendera latihan noh di situ." Anca berujar sambil menunjuk-nunjuk ke arah lapangan.

"Gak." Aldi menolak sambil menggeleng pelan.

"Beresin buku aja ya yaa," tawar Anca memelas.

Aldi menggeleng, menolak.

"Emang berapa sih poin yang gue dapet kalo gue ngangkatin barang?" tanya Anca, dia sudah lelah jika harus membujuk Aldi.

"Lima poin," jawab Aldi.

"Coba lo korek kuping gue, gue gak salah denger, kan?" tanya Anca. Dia menyamping dan mendekatkan telinganya pada Aldi.

Aldi mundur beberapa langkah, "Enggak, lo gak salah denger. Lo harus ngumpulin 100 poin lebih supaya bisa naik kelas."

"Kenapa poinnya kecil banget!"

"Kalo lo ngumpulin poinnya dari kelas sepuluh, gak bakal sesulit ini."

Anya melemaskan bahunya, dia jadi tidak bersemangat untuk bersekolah.

"Oke, jadi barang apa yang harus gue angkat?"

***

"What the- lo gila?!" Anca memelototkan matanya saking kagetnya, yang dia angkat ini Alat yang berukuran besar loh. Anca tidak tahu nama Alat itu apa, pokoknya yang berukuran besar. Biasanya 'kan cowok yang melakukan pekerjaan seperti ini, jika Anca yang melakukannya pasti sudah tepar duluan.

Aldi menggeleng sebagai jawaban.

"Di, lo bantuin gue kek atau apa gitu. Lo liatkan badan gue? Kecil banget Di, bisa-bisa gue kegiling sama tu Alat." Anca memasang wajah imut, yang jatuhnya menjijikan bagi Aldi.

Aldi tetaplah Aldi, dia tidak akan tergoda oleh hal-hal seperti itu.

"Cih, gak berkeperikerakyat jelataan banget," cibir Anca, dia melangkahkan kakinya malas ke arah Alat itu.

Anca mulai mengangkat Alatnya pelan-pelan.

"Ini angkatnya kemana?" tanya Anca putus-putus, dia sedang menahan nafasnya untuk mengangkat Alat itu.

Tapi tetap saja Alat itu tak terangkat.

Aldi menunjuk tempat pemberhentian Alat itu, tanpa berniat membantu Anca.

Cowok bukan sih? cibir Anca dalam hati.

"Gue bisa!" Anca mencoba mengangkatnya dari samping. Perlahan-lahan tapi pasti Alat itu terangkat.

"Gue nyerah! Butuh berabad-abad lamanya ngangkat Alat ini dari Sabang sampai Merauke." Anca berujar lebay.

"Di, yang lain kek. Bersihin Toilet misalnya. Rela deh gue, yang penting satu bilik dapet 10 poin." Anca mencoba memberikan penawaran lagi.

Aldi menggelengkan kepalanya.

Geleng-geleng terus sampe mampus, kali-kali iya-iya kek. Anca membatin.

"Terus, tugas lo ngapain aja dong? Cuma melototin gue gitu?"

"Gue gak dibayar, gue yang ngebayar lo."

"Ngebayar pake apa? Duit? Emas? Perak?"

"Poin."

"Dasar laki-laki tak berperasaan, biadab, brengsek, sok ganteng lagi. Cih," gerutu Anca pelan. Tapi emang ganteng, lanjutnya membatin.

"Gue denger." Aldi berujar datar membuat Anca mengatupkan bibirnya.

Aldi melirik jam tangannya, sebentar lagi masuk. Dan Alat ini masih butuh beberapa meter lagi untuk sampai pojok.

Aldi menggulung lengan bajunya, kemudian mulai membantu mengangkat Alat itu.

Anca sedikit terkesiap, tapi kemudian mengubah raut wajahnya lagi. Menurutnya wajar jika Aldi membantu, dia kan cowok.

"Dari tadi kek." Anca mencibir tak tahu diri.

"Akhirnya selesai juga!" Anca menyeka keringatnya, walaupun memindahkannya dari ujung ke ujung, tapi bagi dia, tetap saja memindahkan Alat  itu berasa dari ujung ke ujung dunia.

"Masih ada lagi." Aldi berujar sambil menunjuk dua barang yang belum mereka angkat.

***

Anca meminum es tehnya dengan tergesa-gesa. Sesekali dia menyeka keringat yang turun dari dahinya. Poni dan rambutnya sudah basah karena keringat.

Saat ini Anca dan kedua sahabat tak tahu dirinya tengah berada di Kelas. Anca melemaskan bahunya saat ingin kembali ke Kantin, bel masuk sudah berbunyi. Tapi Anca menyempatkan diri untuk membeli es teh dan meminumnya di Kelas.

Cindy dan Kanya yang melihat Anca meminum es tehnya seperti orang kesetanan bergidik.

"Pelan-pelan dong Cil." Cindy berujar sambil menepuk bahu Anca.

Anca tak memperdulikannya, dia tetap meminum es tehnya dengan tergesa-gesa. Dia sudah sangat haus kali ini.

"Lo abis kerja rodi apa gimana sih, Ca?" tanya Kanya yang diberi anggukan oleh Cindy.

"Melebihi kerja rodi anjir!" jawab Anca sesekali menyeruput es tehnya.

"Rambut lo perasaan lepek amat, nggak di setrika ya?" tanya Cindy membuat Anca mendelik.

Tadinya mau ngakak, tapi masa iya mau ngetawain diri sendiri?

"Gue mau tanya, poin lo berdua udah berapa?" tanya Anca, dia meniup plastik es tehnya kemudian menusuknya dengan jari.

"Gue sekitar 80-an." Kanya menjawab.

"Lo Cin?" tanya Anca kepada Cindy, dia menaruh sampah plastiknya di kolong meja.

"Gue lupa, perasaan udah 72-an deh."

"Kenapa gak ngasih tahu gue sih kalo mau ngumpulin poin!" Anca kesal sendiri karena temannya itu tidak mengajaknya untuk mengumpulkan poin.

"Heh, anak dugong! Lo lupa, ya? Setiap kali kita ngajak lo buat ngumpulin poin, lo selalu nolak?" Cindy mencibir. Sepertinya Anca Amnesia.

"Ca, bantuin potong rumput yuk. Lumayan buat ngumpulin poin," ajak Cindy sambil memegang gunting rumput.

"Gak ah, suami gue bentar lagi comeback nih," balas Anca tanpa mengalihkan tatapannya dari Handphonenya.

"Ca, di depan kayanya ada renovasi deh. Bantu bantu apa kek buat nambahin poin, yuk."

"Gak ah, Bias gue mau ngelive bentar lagi."

"Ca, beresin buku kuy! Lumayan buat nambah poin."

"Duluan aja, masih bisa kelas sebelas."

"Ca, pak Saripudin nyuruh kita buat beresin buku Perpustakaan, katanya lumayan buat poin."

"Gak ah."

Anca meringis kala mengingat-ngingat hal itu, poinnya sudah tertinggal jauh oleh kedua temannya.

"Jadi, lo disuruh ngumpulin poin sama Aldi?" tanya Kanya membuat Anca mengangguk, Anca baru saja menceritakan kejadian kemarin pada kedua temannya.

"Pantes aja buku paket Bahasa Indonesia gue ilang, diambil OSIS toh." Cindy berujar sambil menganggukan-anggukan kepalanya, dia baru tahu jika ada razia kemarin.

"Gue masih gak percaya lo ngebersihin Kelas Ca, kan biasanya lo yang paling males," ujar Kanya yang diberi anggukan oleh Cindy.

"Gini-gini gue calon ibu yang baik buat anak-anak gue." Anca membanggakan dirinya sendiri membuat Kanya dan Cindy mendecih.

"Tapi tunggu dulu, lo pacaran sama Aldi semenjak insiden salah labrak kemaren?" tanya Cindy.

"Gu-" ucapan Anca terpotong oleh celetukan Kanya.

"Tadikan gue udah bilang,  mana mau Aldi sama modelan dedemit kaya Anca, Cin." Anca memelototkan matanya.

"Iya sih gue juga ngiranya gitu, pasti juga si Aldi ilfeel ngeliat Anca waktu salah labrak kemaren."

"Nggak ngelabrak juga, si Anca udah pasti ditolak Cin."

"Nahh eta, liat aja kelakuannya. Udah kayak monyet lupa Rumah."

"Gue sama Aldi pacaran! Emangnya kenapa hah?! Masalah sama lo berdua!?" teriak Anca sambil menggebrak meja, saking kesalnya. Anca tahu dia berbohong, tapi dia terlalu malu dicap tidak laku oleh kedua temannya. Ejekan seperti ini sudah lebih dari 2000 kali keluar dari mulut Cindy dan Kanya.

Akibat teriakan Anca, semua murid yang ada di kelas XI IPS 6 menatap Anca tak percaya.

"Gak mungkin Aldi mau sama cewek modelan kaya dia. Boongnya kebangetan banget." Eren berujar.

"Cantikan Shei kemana-mana lah daripada Anca, kalo boong pake otak dong." Iris ikut-ikutan berujar, Shei terkekeh sinis.

"Eyke tahu kamu suka halu. Tapi halunya wajaran dikit dong." Catur berkomentar, dia juga ikut-ikutan melirik sinis ke arah Anca.

"Iya tuh lagian mana mau Aldi sama lo Ca."

"Masa baru ketemu sehari udah pacaran sih."

"Boongnya realistis dong."

"Heh anak-anak dugong! Lo pikir kalian siapa hah bisa ngatur-ngatur perasaan orang?" tanya Cindy dengan nada sinis.

Kanya mengangguk membenarkan, "Awalnya gue juga gak percaya sih Anca sama Aldi pacaran, tapi setelah ngedenger dari mulut Ancanya langsung, gue percaya. Dia gak pernah boong sama sahabatnya sendiri." Kanya berujar sambil merangkul Anca.

Anca memelotokan matanya. Mampus, mereka pada percaya.

***

TBC

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT💗

Jangan lupa share cerita ini ke temen-temen kalian juga dan makasii yang udah mampir💗

Continue Reading

You'll Also Like

4.6K 3.4K 43
"Kalau kamu benci dengan perpisahan, berarti kamu tidak punya hak untuk mengasihi pertemuan." "Kenapa gitu, Kak?" "Perpisahan ada karena eksistensi d...
4.3K 1.5K 43
Keinan khal Adimas sesosok pria tampan yang mempunyai suatu kekurangan yaitu mata batin. Sejak dari kecil keinan mempunyai mata batinnya itu. namun d...
2.9M 163K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
1.1M 50.3K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...