Fall Back

By jennar94

201K 8.5K 430

Malam itu adalah sebuah kesalahan. Kira tidak berniat untuk menjadi wanita jalang. Ia hanya ingin minum dan m... More

1st
2nd
3rd
4th
5th
6th
7th
8th
9th
10th
11th
12th
13th
14th
15th
16th
17th
18th
19th
20th
21th
22th
23th
24th
26th
27th

25th

2.3K 144 19
By jennar94

          Kira menatap jam di tangannya dengan cemas. Ia langsung berlari masuk ke gedung apartemen begitu taksi yang ditumpanginya sampai. Anthony pasti sudah menunggunya selama dua jam.

          Kira berjanji akan pulang cepat dan akan malam bersama. Namun ternyata, ada beberapa kendala selama di studio hingga membuatnya pulang lebih lama dari yang dijadwalkan. Ditambah, taksi yang ditumpanginya tadi terjebak macet karena ada insiden kecelakaan. Ponselnya pun mati sejak keluar dari studio sehingga ia tidak bisa mengabari Anthony.

          "Anthony!" teriak Kira begitu ia masuk ke dalam. Keningnya berkerut heran melihat seluruh ruangan apartemen Anthony yang gelap. "Anthony!" panggil Kira lagi seraya berjalan menuju dapur.

          Makan malam yang dibuat Anthony untuk disantap bersama sudah tersaji di atas meja makan. Kira yang melihat hidangan tersebut merasa bersalah. Anthony pasti marah padanya. Kira sudah berjanji padanya dan ia juga yang mengingkarinya.

          "Anthony!" teriak Kira memanggil Anthony namun tidak ada satu pun sahutan dari Anthony. "Anthony!" Kira kemudian pergi ke kamar untuk mencari Anthony dan menemukan ruangan itu kosong. "Anthony! Di mana kau?!"

          Kira menghela napas panjang. Tangannya bergerak menyugar rambutnya dengan perasaan cemas. Ia tidak bisa menemukan Anthony di mana pun. Ia takut sesuatu terjadi pada Anthony atau bahkan ia takut Anthony akan pergi lagi darinya. Itu tidak boleh terjadi.

          Kira berbalik untuk keluar dan berniat mencari Anthony di luar apartemen, sampai semudian, sepasang lengan besar memeluk tubuh Kira dari belakang. Anthony memeluknya dengan erat. "Kau terlambat." Bisik Anthony diikuti kecupan ringan di leher Kira.

          Kira mendesah lega saat akhirnya mendengar suara Anthony. Anthony tiba-tiba muncul entah dari mana dan memeluknya. "Aku mencarimu. Aku pikir kau pergi." Tubuh Kira mulai meremang saat Anthony terus memberinya ciuman lembut di sekeliling leher Kira. "Aku takut kau pergi meninggalkanku." Ucap Kira sembari menahan desahannya karena ulah Anthony.

          "Aku tidak akan pergi ke mana-mana." Bibir Anthony terus mengecup leher Kira. Sesekali bibirnya melumat lembut leher jenjang Kira. "Kau membuatku menunggu selama dua jam. Aku sekarat, kau tahu." Lalu Anthony meniup kuping Kira, memberikan sensasi panas pada tubuh Kira.

          "Aku .. minta maaf." Kira mulai tersendat. Bibir tebal Anthony terus memberinya kenikmatan pada lehernya. "P-ponselku mati dan.. aku terjebak macet." Kira menjelaskan dengan susah payah dan napasnya pun mulai memburu.

          Anthony semakin liar menjamah leher Kira. "Aku khawatir terjadi sesuatu padamu." Ucap Anthony dan menggigit kuping Kira.

          "Ahh!" desah Kira tersentak saat bibir Anthony menarik kupingnya. "Maaf sudah membuatmu menunggu." Kira mulai memejamkan matanya saat Anthony mencium dan melumat lehernya semakin ganas.

          Lalu, Anthony membalikkan tubuh Kira setelah itu bibirnya segera menyambar bibir Kira. Bibirnya melumat bibir Kira tak sabar dan semakin menuntut. Tangannya memeluk pinggang Kira dengan erat dan mendorongnya untuk lebih rapat lagi dengan tubuhnya.

           Entah bagaimana, Kira sudah mengalungkan tangannya ke leher Anthony dan menekan tengkuk Anthony agar memperdalam ciumannya. Suara erangan nikmat keluar dari tenggorokan Kira dan tertahan di mulutnya. Saat itulah, kedua tangan Anthony semakin nakal memainkan bagian tubuh Kira, membuatnya makin mendesah kencang.

           Kemudian Anthony membawa Kira masuk ke dalam kamar dan segera menindihnya di atas kasur. Setiap helai kain yang dipakai di tubuh Kira sudah terlepas sampai tubuhnya telanjang. Anthony juga melakukan hal yang sama pada pakaiannya dan membuat mereka berdua telanjang bersama.

          "Ah!" Kira memekik, mendesah saat mulut Anthony sampai pada puncak payudaranya. Anthony memainkan bagian tersebut dengan lihai sampai membuat Kira mendesah kencang. "An..thony."

          "Hmm." Anthony hanya bergumam dan terus memainkan kedua puncak payudara Kira bersamaan dengan tangannya yang ikut meremas kedua buah payudara Kira bergantian.

          "Ya Tuhan! Sial! Ah!" desah Kira.

          "Kira!" seru Anthony lalu memberikan Kira lumatan lagi di bibirnya.

          Anthony memagut bibir Kita dengan ganas. Tangannya menelusuri setiap inci tubuh Kira dan berakhir di tempat kenikmatan milik Kira. Saat itu juga Anthony melesakkan miliknya hingga menyatu di dalam Kira.

          "Anthony!" Kira memekik tertahan saat milik Anthony memenuhinya.

          Lalu Anthony mulai bergerak perlahan. Suara erangan dan desahan mulai memenuhi seisi kamar Anthony. Ia kembali mengecup bibir Kira yang selalu menjadi candu baginya, saat ia mulai bergerak semakin cepat. Kira mengerang kencang atas perlakuan Anthony, hingga wanita itu memeluk Anthony dengan erat.

          Tubuh mereka bergerak seirama. Kulit beradu kulit. Bibir beradu bibir hingga udara di sekitar terasa semakin menipis dan membuat napas keduanya semakin berat. Anthony berada di atas, mengimpit tubuh Kira dan terus memacu miliknya di dalam Kira dengan intens.

          "Ya Tuhan! Ah! Anthony!" Kira melolong dengan mata terpejam erat hingga kerutan keningnya terlihat.

          Kira meledak, mencapai puncak kenikmatan lebih dulu. Setelah itu, Anthony bergerak lebih cepat lagi, sampai akhirnya ia meledak. Anthony menggeram kasar. Ia menekan miliknya lebih dalam lagi, memenuhi Kira dengan kepemilikannya. Deru berat nan panjang terdengar dalam dari keduanya setelah kenikmatan tercapai.

          Anthony menggulingkan tubuhnya lalu memeluk Kira dengan erat. "Aku merindukanmu." Bisiknya. Anthony terpejam dan menyelusupkan wajahnya, bersembunyi di leher Kira. Malam ini ia merasa lebih merindukan Kira.

          "Aku juga." Balas Kira lalu ikut memejamkan matanya.

          "Bagaimana pekerjaan di tempat Shawn?" tanya Anthony. Ia mengubah posisinya dan menempatkan lengannya di bawah kepala Kira.

          Kira merasa nyaman hingga merapatkan tubuhnya pada Anthony dengan memeluknya. "Menyenangkan. Aku pikir pekerjaan seorang photografer hanya perlu memotret objek, tapi ternyata lebih dari itu. Aku belajar lebih banyak."

          "Kau melakukan pekerjaan apa?"

          "Aku lebih banyak membantu mempersiapkan penampilan modelnya."

          Mereka lalu terdiam. Tangan Anthony mengusap pelan punggung Kira yang terbuka, memberikan kenyamanan pada Kira. Hal itu membuat Kira tersenyum tipis dan membalasnya dengan pelukan erat.

          Anthony menarik napas pelan seraya memandang langit-langit kamar. Tiba-tiba ia memikirkan kejadian tadi siang, saat di mana Linda menghubunginya setelah sekian lama. Linda tiba-tiba meneleponnya dan menanyakan keberadaannya.

          "Halo, Anthony. Lama tidak mendengar suaramu." Suara seorang wanita di sebrang sana membuat Anthony membeku. Ia tidak pernah lupa akan suara khas dari wanita yang pernah mengisi hatinya dulu

          "Linda?" panggil Anthony pelan. Tak yakin jika orang yang sedang meneleponnya ini adalah Linda.

          "Ini aku. Linda." Balas wanita tersebut. "Bagaimana kabarmu?"

          Anthony menahan napasnya. Suara Linda terdengar jelas di telinganya. "Kau.. benar-benar Linda?"

          Terdengar suara tawa pelan dari Linda. "Tentu saja. Ini aku." Anthony hanya diam. "Aku sudah kembali. Aku di Chicago sekarang." Lanjut Linda.

          "Ada apa?" tanya Anthony. Ia merasa was-was.

          "Ayo kita bertemu." Sudah ia duga. Linda pasti memintanya bertemu. "Aku ingin bertemu denganmu. Bisakah aku menemuimu, Anthony?" pinta Linda.

          Anthony menghela napas pelan. "Aku sedang bekerja."

          "Aku akan mendatangimu."

          "Maaf. Aku sibuk sekarang." Anthony merasa saat ini ia harus menolak untuk bertemu Linda.

          "Baiklah. Aku akan tunggu. Aku hubungi kau lagi."

          Panggilan terputus dan sesuai perkataannya, Linda kembali menghubunginya saat sore hari. Anthony tidak mengangkatnya dan membiarkan panggilan dari Linda terus berdering. Pada akhirnya, Anthony menolak bertemu dengan Linda.

          Panggilan dari Linda tadi siang membuat Anthony bingung. Linda sudah kembali dan ia tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak tahu perasaannya saat ini pada Linda bagaimana. Ia merasa belum siap atau bahkan belum ingin bertemu dengan Linda. Tujuh tahun ia berpisah dengan Linda. Dan tujuh tahun itu lah, Anthony sudah berusaha melupakan Linda.

          Anthony mengerjapkan matanya perlahan lalu menghela napas. Ia melirik ke samping, menatap Kira yang sudah memejamkan matanya. Dia tampak kelelahan setelah seharian bekerja di studio milik Shawn.

          Seketika Anthony merasa bersalah karena mengajak Kira bercinta. Panggilan dari Linda entah bagaimana membuat ia semakin merasa bersalah pada Kira. Ia tidak mengatakan apa pun soal telepon dari Linda pada Kira.

          Kira tidak tahu menahu soal Linda karena ia merasa Kira tidak perlu mengetahui soal Linda. Bukan. Hanya saja, sekarang belum saatnya Kira tahu soal Linda. Lagi pula, ia sudah memastikan bagaimana perasaannya pada Kira.

          Anthony hanya perlu memastikan perasaannya terhadap Linda sekarang sudah tidak ada. Kalau pun perasaannya masih tersisa, ia berharap dapat meninggalkan Linda seutuhnya.

***

          "Kau sudah menemukannya?" tanya Daya.

          Kira dan Daya sedang membersihkan kamera yang biasa digunakan Shawn untuk bekerja. Kira masih bekerja sementara di studio Shawn, membantu pekerjaan sebisanya. Dan selama dua minggu lebih ini, kehadiran Kira di studio sangat membantu sahabatnya dan Shawn.

          "Kapan kau mulai bekerja?" tanya Daya lagi.

          "Aku baru saja daftar dan menyerahkan berkas riwayat pekerjaanku. Aku masih belum tahu jawaban dari pihak sekolah." Jawab Kira.

          "Kau sungguh ingin mengajar lagi?" Kira menatap Daya seolah pertanyaan Daya tidak penting. "Kau bisa bekerja di bidang lain. Melukis misalnya. Aku masih ingat lukisanmu memenangkan juara favorit di kampus." Ucap Daya, mengenang kembali keahlian Kira semasa kuliah dulu.

          Kira tergelak. "Lukisanku menang karenamu juga Daya. Kau primadona kampus dan kau bisa merayu semua pria untuk menyukai lukisanku. Lukisanku masih kalah jauh dari milik Donna Rover." Daya hanya mengedikan bahunya tak peduli. "Dan kalau kau lupa, dia juara umumnya."

          "Aku tidak melakukan apa pun." Sanggah Daya dan Kira hanya tertawa.

          Saat itulah, Shawn memasuki ruangan untuk mengambil tasnya. Dia hanya menyapa Kira sebentar sebelum meninggalkan ruangan lagi.

          "Bajingan! Dia mengabaikanku lagi!" ucap Daya dengan kesal.

          Kira merasa bingung. Ia menatap Daya yang kini sedang memasang wajah tak menyenangkan. "Kau ada masalah dengan Shawn?" tanya Kira.

          Daya mendengus kasar lalu berdecak sebal. "Argh!" teriak Daya begitu kesal. "Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan pada bajingan itu!" teriaknya lagi penuh kekesalan.

          "Ada apa?" tanya Kira.

          Ia menjadi khawatir dengan hubungan Daya dan Shawn. Mereka memang sering bertengkar dan tak pernah terlihat damai. Namun, tak pernah sekali pun Kira melihat Daya dan Shawn saling mendiami satu sama lain. Biasanya jika mereka bertengkar, mereka akan saling berteriak dan memaki satu sama lain dan itu sudah hal biasa. Tapi kali ini lain, dan Kira menjadi khawatir.

          "Kalian tidak biasanya bertengkar seperti ini. Ada apa sebenarnya?" tanya Kira khawatir.

          "Argh! Shawn sialan!" Maki Daya. "Kau tidak tahu betapa kekanak-kanakannya bajingan itu!" Kira hanya diam, menunggu Daya untuk melanjutkan bercerita. "Semalam aku pergi ke tempat Derek untuk bertemu teman lamaku. Sekadar minum bir dan mengobrol di sana. Tapi Shawn malah memarahiku dan menuduhku selingkuh." Daya berdecak kesal setelah mengingat kembali bagaimana Shawn memarahinya. "Dia menuduhku selingkuh dengan Bryan. Padahal aku hanya menyapa teman lamaku."

          Kira tak tahu harus menjawab apa. Ia hanya mengangguk perlahan. "Apa kau menjelaskan teman lamamu itu pada Shawn?"

          "Aku memberitahunya bahwa aku akan pergi minum dengan teman lamaku. Dan sampai sekarang dia mempersalahkan itu."

          Kira mengerutkan keningnya. "Tidak mungkin Shawn akan semarah itu padamu, bukan, jika kau hanya menyebutkan itu."

          Daya menghela napas dengan pasrah. "Bryan adalah cinta pertamaku dan mantan kekasihku. Shawn mengetahui itu dan dia langsung menjauhiku." Jawab Daya. Kira akhirnya jadi mengerti. "Hei! Aku tidak melakukan apa pun, okay! Aku berkata jujur."

          "Kau tidak mengatakan siapa Bryan yang sebenarnya, bukan?"

          "Aku hanya khawatir Shawn akan marah padaku jika aku bilang soal Bryan dan dia akan melarangku. Bryan mengajakku bertemu hanya sekadar mengobrol sebagai teman lama dan dia juga memberikan undangan pernikahannya padaku." Jelas Daya lalu memperlihatkan undangan pernikahan teman lamanya itu pada Kira. "Aku juga sudah menjelaskan pada Shawn bahwa Bryan akan menikah. Tapi dia tetap saja marah padaku." Daya menundukkan wajahnya. Kira tahu dia merasa sedih karena Shawn.

          "Aku memahamimu, Daya. Tapi menurutku, kau juga salah. Kau tidak menjelaskan di awal soal Bryan." Daya menatap Kira tajam, merasa Kira tak membelanya. "Maksudku, jika saja kau memberitahukan soal Bryan pada Shawn, kalian tidak akan seperti ini. Kau merahasiakan sesuatu dari Shawn dan tentu saja hal itu membuat Shawn sakit hati."

          Daya tak menjawab dan hanya menghela napas panjang dengan kesal, namun terlihat dia juga tampak menyesal. Kira lalu memberikan pelukan pada Daya, membantu menenangkannya. Daya tersenyum tipis dan mereka kembali melanjutkan pekerjaan.

          Suara dering tanda panggilan masuk berbunyi nyaring dari ponsel Kira. Ia menghentikan pekerjaannya lagi untuk mengecek ponselnya. Senyum merekah lebar saat ia melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya.

          "Anthony?" tebak Daya dan Kira hanya mengangguk senang.

          Kira beranjak keluar ruangan untuk menjawab panggilan dari kekasihnya tersebut. "Hai." Sapa Kira riang. Ia memilih keluar studio seraya merasakan angin sore yang berembus lembut.

          "Hai. Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Anthony dari sana.

          "Aku sedang membereskan pekerjaan terakhir. Bagaimana denganmu?" Kira menghela napas pelan. Ia merasa sangat senang mendengar suara Anthony setelah seharian hanya fokus bekerja.

          "Aku baru saja selesai meeting terakhir. Kapan kau pulang?"

          Kira melirik arloji di pergelangan tangannya sekilas. "Hmm.. sebentar lagi."

          "Baiklah. Siap-siap, okay." Jawaban Anthony membuat Kira bingung.

          "Siap-siap untuk apa?" tanya Kira.

          Dari seberang sana, Anthony hanya tertawa pelan lalu panggilan terputus. Kira menarik ponsel dari telinganya dan menatap layarnya yang menampilkan panggilan dengan Anthony sudah terputus.

          Tiba-tiba ia menjadi bingung dengan sikap Anthony. "Apa maksudnya?" ucapnya.

          Dan setelah itu, bunyi notifikasi pesan masuk terdengar. Itu dari Anthony dan Kira segera membacanya.

          From : Anthony

          Malam ini, pukul 07.00 PM. Treasure Dinning.

          Pesan dari Anthony kembali membuat Kira kebingungan. Anthony hanya mengirimkannya pesan singkat berisi waktu dan sebuah nama restoran, mungkin. Apa Anthony salah kirim? Pesan itu tampak seperti sebuah tempat untuk janji temu. Kira tidak tahu pasti.

          Selama beberapa saat Kira masih berdiri di depan pintu masuk studio dengan masih menatap pesan singkat dari Anthony. Sampai kemudian, Kira tersadar dan melebarkan matanya, lalu mengumpat kecil. Ia baru memahami maksud dari pesan yang dikirimkan Anthony.

***

          Jika saja Kira tidak lamban dalam memahami pesan yang dikirimkan Anthony, ia pasti bisa memakai dress yang lebih baik dari ini.

          Pasalnya, setelah panggilan telepon dan pesan singkat dari Anthony. Kira buru-buru menyelesaikan pekerjaannya. Namun, tiba-tiba saja ada pekerjaan tambahan yang tidak bisa Kira tinggalkan. Jadilah, ia terlambat pulang satu jam dari yang dijadwalkan. Ia jadi tidak sempat untuk membeli dress baru.

          Hanya satu setengah jam, waktu yang Kira punya untuk mempersiapkan diri untuk makan malam dengan Anthony. Dengan terpaksa ia juga harus memakai dress pemberian Anthony dulu saat akan pergi ke pesta ulang tahun pernikahan Romeo dan Tania.

          Sebelum masuk, Kira memastikan lagi penampilannya pada cermin di dekat pintu masuk restoran. Oleh salah seorang pelayan, Kira diantar masuk ke dalam setelah menyebutkan nama Anthony dalam daftar reservasi.

          Dari jauh, Kira melihat Anthony sudah berdiri menyambut kedatangannya. Anthony terlihat sangat tampan dengan tuksedo yang melekat pas di tubuhnya. Dengan senyum tipisnya menyambut Kira, ketampanan Anthony membuat Kira tiba-tiba tersipu dan berdebar. Dia terlihat begitu sangat sempurna.

          "Hai." Sapa Anthony dengan senyum tipis. Anthony memberikan uluran tangannya dan Kira menyambutnya dengan senang hati.

          Kira tersenyum sangat lebar dan ia yakin, dirinya terlihat seperti orang idiot saat ini. "Hai."

          Anthony lalu membantunya menarik kursi untuk Kira lalu memperhatikan gaun yang dipakai Kira. Anthony seperti menyadarinya. "Gaun itu.." 

          "Maaf. Aku tidak menemukan yang lain lagi. Hanya ini yang bisa aku pakai." Sahut Kira sesal.

          Anthony mencium pelipis Kira dan menjawab. "Tidak apa. Kau terlihat sempurna malam ini." Kira hanya tersenyum sebagai jawabannya.

          Setelah itu, Anthony kembali ke kursinya lalu pelayan mulai menyajikan menu makanan pembukanya. Mereka mulai larut dalam menikmati makan malam mereka. Selanjutnya Anthony memulai pembicaraan dan selebihnya mereka tenggelam dalam obrolan yang menyenangkan.

          Mereka banyak menceritakan kisah masing-masing. Tidak banyak yang bisa diceritakan oleh Kira. Anthony sudah tahu sebagian dari kisah menyedihkan yang dimiliki Kira. Ia hanya bisa menceritakan masa kecilnya yang membosankan.

          Kira begitu menikmati suasana yang begitu romantis. Anthony banyak berbicara hari ini dan dia begitu bersemangat menceritakan kisahnya. Hati Kira merasa membuncah menikmati semua malam ini.

          Sementara Anthony, dia lebih banyak menceritakan soal teman-teman dekatnya dan bagaimana dia dikenal sebagai playboy sejak kuliah dulu. Hal itu membuat Kira sedikit kesal juga sebenarnya. Tapi itu hanya masa lalu. Kira tidak perlu khawatir sekarang.

          Di tengah-tengah makan malam, setelah hidangan menu utama, Anthony mengajak Kira ke tengah ruangan saat seorang pianis mulai mengalunkan melodinya dengan indah lewat piano. Dia mengajak Kira untuk berdansa.

          "Bagaimana harimu?" tanya Anthony saat mereka berada dalam posisi berpelukan.

          Mereka begitu dekat, bergerak seirama dengan alunan piano. Hal itu membuat jantung Kira berdebar tidak karuan. Meski pun ini bukan pertama kalinya mereka berdekatan seperti ini, namun Kira merasakan debaran jantungnya lebih cepat dan lain. Ia merasa gugup dan tersipu.

          "Kenapa kau diam saja, hmm?" Anthony bertanya lagi karena Kira hanya diam saja.

          Kira mendongak ke atas, menatap lekat tepat pada iris mata Anthony. "Menyenangkan. Bagaimana denganmu?" Kira mengeratkan kedua lengannya pada leher Anthony.

          Anthony menyeringai dan melakukan hal yang sama. Dia menarik Kira lebih mendekat pada tubuhnya sehingga tiada tersisa jarak antara kedua tubuh mereka. Tangannya memeluk pinggang Kira dengan erat. Hal itu membuat mengerjap-ngerjapkan matanya karena terkejut. Ditambah ia bisa merasakan tonjolan keras yang menempel diperutnya.

          "Cukup sibuk." Jawab Anthony.

          Kira merasakan usapan lembut pada pinggangnya dan itu membuat tubuhnya seketika meremang. Ia melirik Anthony dan terkejut melihat tatapannya yang lain. Tatapan matanya begitu intens dan semakin membuat Kira tersipu. Kira menarik napas pelan.

          "Kau cantik sekali malam ini." Puji Anthony entah yang ke sekian kalinya. Kira harus dibuat tersipu lagi oleh ucapan Anthony. Malam ini Anthony begitu romantis dan memperlakukan Kira dengan baik. "Kau tahu aku begitu menyukaimu, Kira."

          "Aku tahu. Aku juga menyukaimu, Anthony."

          Kemudian mereka berdua terdiam. Mereka hanya saling bertatapan selama beberapa saat lamanya.

          "Aku merindukanmu." Ucap Anthony pelan.

          Mendengar itu, tanpa bisa ditahan, Kira tersenyum dengan lebar. "Aku juga merindukanmu." Jawab Kira sama.

          Kira memejamkan matanya perlahan saat melihat Anthony mendekatkan wajahnya. Detik selanjutnya, bibir Anthony mendarat tepat pada bibir Kira dan segera memagut bibir Kira.

          Alunan musik piano terus bersuara. Beberapa pasangan semakin memenuhi lantai dansa dan berdansa dengan santai. Di antara itu, Kira dan Anthony saling memadu kasih. Tak memedulikan orang-orang di sekitar. Mereka semakin larut dalam ciuman hasrat kerinduan mereka.

          Ciuman mereka semakin lama semakin dalam. Tangan Anthony yang berada di leher Kira, mengelusnya perlahan, membuat tubuh sang pemilik menegang. Dan Kira membalasnya dengan menekan tengkuk Anthony agar semakin memperdalam ciumannya. Mereka tahu mereka bergairah.

          "Kira." Anthony menarik diri, memutuskan kontak bibir mereka. Kira menatap Anthony bertanya-tanya dengan napas yang memburu. "Aku pikir, kita harus melewatkan hidangan penutupnya."

          Kira tak tahu menjawab apa, karena selanjutnya, ia ditarik Anthony keluar dari restoran dengan cepat. Mobil Anthony melaju dengan perlahan menuju apartemen Anthony. Sepanjang perjalanan pun, Anthony tak pernah sedetik pun melepas tangan Kira. Dia memaksa menyetir dengan satu tangan saja.

          Mereka sampai di tempat parkir basement gedung apartemen Anthony. Kira membuka pintu lebih dulu namun kembali tertutup setelah Anthony tiba-tiba menariknya kembali lalu bibirnya sudah mendapatkan bibir Anthony lagi. Anthony mencium bibir Kira.

          Kira tertegun hanya sesaat setelah itu ia mulai mengendalikan diri lalu membalas ciuman Anthony. Ia membalas lumatan bibir Anthony seraya melingkarkan tangannya pada leher Anthony.

          Posisi Kira sudah berpindah di pangkuan Anthony yang masih duduk di jok kemudi mobil. Kira duduk mengangkang di atas pangkuan Anthony sambil berciuman dengan Anthony. Ia bisa merasakan milik Anthony yang menekan pantatnya. Ia tahu Anthony bergairah dan ia pun merasakan hal yang sama.

          Di antara ciuman mereka, Anthony berhasil melepas jasnya berikut dengan kemeja putihnya. Kira mengerang saat Anthony menggigit kecil bibir bawahnya lalu kembali melumat bibirnya dengan ganas. Kira bisa merasakan Anthony tampak begitu frustrasi menginginkan Kira.

          Ciuman Anthony semakin panas dan dalam. Kira dibuat kewalahan dan hampir kehabisan napas. Namun di sisi lain, Kira semakin bergairah karena ciuman Anthony. Gaun yang dipakai Kira pun, sudah tersingkap hingga ke atas pinggang, dan sebuah tangan besar mulai mengelus paha Kira.

          "Ah!" desah Kira hingga ciuman mereka terlepas.

          Tangan Anthony menyelusup masuk ke paha dalam Kira dan mengelusnya. Kira harus menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan yang diberikan jari Anthony. Ditambah, bibir Anthony kini mendarat di leher jenjangnya dan semakin memberikan sensasi panas pada tubuh Kira.

          "Ah! Anthony!" seru Kira dengan deru napas yang memburu. Jari jemari Anthony pada pangkal pahanya semakin membuat Kira kesulitan. "Ahh!" desahnya lagi.

          "Kau begitu basah, Kira." Bisik Anthony di lehernya lalu dia kembali mencium dan menggigiti leher Kira. "Kau begitu cantik, Kira." Bisiknya lagi.

          Kira tak memperhatikan hal yang lain selanjutnya. Yang ia ingat hanyalah Anthony terus memberikan kenikmatan padanya dan bagaimana Anthony membawa dirinya ke puncak kenikmatan yang tak pernah Kira rasakan sebelumnya.

          Di tempat parkir yang sepi dan gelap, di malam hari musim panas, Kira tak pernah membayangkan akan menghabiskan malam yang panas dengan Anthony di dalam mobil.

--------------------

.

.

.

Jenna Ronan

--------------------

Pucuk dicinta ulam pun tiba

Cinta saya kemana coba? :(


BTW. Makasih udah setia nungguin semuanya. :) *HUG*

Continue Reading

You'll Also Like

1M 47K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1M 14.1K 34
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.4M 267K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
201K 1.1K 24
[21+] Diadopsi oleh keluarga kaya raya bukan bagian dari rencana hidup Angel. Namun, ia anggap semua itu sebagai bonus. Tapi, apa jadinya jika bonus...