(No) WAY BACK HOME 2 [END]

By helloaseyoo

77.9K 5.7K 3.2K

Season kedua dari cerita (No) Way Back Home! Disarankan untuk membaca Season 1 lebih dulu. And Don't forget t... More

1. Wish You Were Here
2. Dying
4. Irreplaceable
5. 'Daddy'
6. Gone
7. Him
8. Can I Be Him?
9. Sisters
10. THE PARK's
11. Second Chance?
12. The Plan
13. I'll Let You Know
15. Parks Time
16. Become Friends?
17. Anxious
18. Another Moment In Life
19. Remind of...
20. People Make Mistakes
21. Trouble
22. Him and His Love
23. Unexpectedly
24. Siblings
25. Owe?
26. Jealous
27. No Worries
28. Just A Dream
29. Feeling (Part I)
30. Feeling (Part II)
31. Hard Time
32. Wake Up, Please
33. Please, Remember Me!
34. Become Frustrated
35. Don't Push Me
36. Long Time No See
37. Not Fall For Her
38. Faith and Fate
39. Hope It Will Help
40. Feel That Way
41. Don't Fight The Feeling
42. Begin Again

3. Good Night!

1.1K 138 94
By helloaseyoo

Daegu, Tuesday.

Di dalam sebuah ruangan kerja yang di desain dengan begitu nyaman dan modern, seorang pria dengan marga Park tengah berkutat di depan laptopnya dengan ekspresi wajah yang serius.
Sesekali dia mengerutkan dahinya.

Pria itu sedang mencari referensi untuk membuat menu makanan baru yang rencananya akan dia masukkan ke dalam daftar menu di HanSé Caffé

Tok... Tok...

Mendengar suara ketukan dari pintu ruangannya, Loey hanya menoleh sesaat kemudian bersuara memerintahkan orang yang mengetuk pintunya untuk masuk.

"Masuklah!" Ujarnya dengan suara tegas.

Pintu itu pun terbuka dan menampakkan sosok wanita berbalut setelan blazer dengan warna senada.

"Annyeonghaseyo, Sajangnim?" Sapa wanita yang rambutnya dikuncir kuda tersebut.

"Hmm... Sooyoung-ah, wae?" Loey menjeda kesibukannya dan fokus pada karyawannya.

"Aku hanya ingin menyerahkan file ini. Pengajuan untuk pembukaan cabang baru HanSé Caffé di Incheon. Semuanya sudah lengkap ada di dalamnya. " Gadis bernama Sooyoung itu menyerahkan sebuah map biru pada Loey.

Bisnisnya memang baru berjalan sekitar setengah tahun yang lalu. Tapi Loey berhasil mengembangkan usahanya dan melebarkan sayapnya dari Daegu ke kota lain.

Keputusan mundur dari jabatan Produser musik sudah sangat bulat bagi Loey. Dia meninggalkan Seoul dan kembali ke Daegu setelah sadar dari komanya. Saat itu Loey sama sekali tidak memiliki tujuan hidup apapun. Yang dia pikirkan hanya Rosie dan Hana. Badannya semakin kurus karena seringkali melewatkan makan. Dua kali dia hampir meregang nyawa karena merasa hidupnya tak memiliki arti apa-apa lagi tanpa anak dan istrinya. Beruntung itu semua digagalkan oleh orang lain dan juga kakaknya sendiri.

Melihat adiknya terpuruk seperti itu, Yoora pun berusaha menghibur Loey. Dia terus memberikan semangat pada Loey sehingga pria itu tidak merasa begitu hampa dan kesepian. Yoora juga seringkali memberikan kata-kata positif agar Loey bisa bangkit lagi setelah cobaan yang menerpa hidupnya ini dengan bertubi-tubi.

"Hidup itu berjuang Loey-ah. Putus asa bukanlah pilihan. Kau ingat kata-kata dari Eomma ini kan?"

Seperti itu yang diucapkan oleh Yoora. Dan detik itu juga Loey merasa mendapat tamparan keras. Semangat dalam dirinya mulai terisi. Memang benar, putus asa bukanlah sebuah pilihan. Hanya seorang pecundang yang tidak bisa bangkit dan menemukan jalan keluar atas masalahnya. Loey tidak mau menjadi salah satu dari mereka. Dia akan buktikan pada dirinya sendiri bahwa dia bukanlah pecundang.

Beberapa minggu Loey memutar otak untuk mencari kesibukan yang dapat menghasilkan uang. Dia juga sempat berdiskusi ini dengan sang kakak. Hingga Yoora memberikan ide cemerlang yang langsung Loey terima. Membuka usaha kafe.

Dengan bekal ilmu dan tabungan yang dia punya, Loey pun berhasil mendirikan usahanya dan merekrut beberapa karyawan untuk mempekerjakan mereka. Diluar dugaan, HanSé Caffé kini sudah memiliki 3 cabang dalam satu kota. Omsetnya pun semakin bertambah setiap bulannya. Itu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Loey.

Tidak pernah ada yang menduga dengan nasib seseorang. bertahun-tahun lalu, dia pernah menjadi seorang barista biasa di kafe kecil pinggir kota. Kemudian Tuhan memberikan jalan lain dan menjadikannya seorang Produser musik sesuai dengan hobi dan keahliannya. Dimana namanya melambung tinggi dan terkenal di industri permusikan karena karya-karya yang diciptakannya. Dan sekarang, Loey mendapatkan kesempatan lain untuk menjadi seorang pengusaha kafe miliknya sendiri. Setelah dirinya benar-benar memutuskan hengkang dari peran pentingnya selama di balik layar.

Selucu itu memang Tuhan nasib seseorang. Seperti... tidak masuk akal.

"Terima kasih Sooyoung-ah."

"Ne, Sajangnim. Aku akan kembali ke ruanganku."

"No, wait!" Loey menahan wanita tersebut.

"Ne?"

"Apa kalian sudah selesai menginterview calon karyawan baru?" Tanya Loey.

Sooyoung mengangguk dengan senyuman di bibirnya. "Sudah."

"Baiklah. Bagaimana hasilnya?"

"Kami akan diskusikan ini lagi. Apa anda tidak ingin ambil andil untuk menyeleksi mereka?" Tanya Sooyoung dengan jelas.

Loey menggeleng. "Aku serahkan pada kalian saja. Pilih yang terbaik dan loyal."

"Baiklah. Anda tidak perlu khawatir, Sajangnim. Kalau begitu aku permisi dulu."

Loey meresponnya dengan anggukan. Kemudian pria itu menyadari sesuatu yang harus dia sampaikan pada Sooyoung.

"Sooyoung-ah!"

Sooyoung berhenti tepat di ambang pintu dan berbalik badan menghadap Loey. Raut wajah wanita itu berubah agak kesal sekarang. Dan Loey menyadarinya.

"Ne, Sajangnim?" Suara Sooyoung seperti dipaksa melembut. Seperti orang yang menahan emosinya. Ah, wanita itu memang agak pemarah dan sensitif.

"Mianhae, aku tidak bermaksud mengerjaimu." Loey terkekeh.

"Aku hanya ingin meminta tolong."

"Apa yang bisa kubantu?"

"Tolong panggilkan Yoona-ssi kemari. Ada yang ingin kudiskusikan dengannya."

"Ah, arraseoyo. Akan aku panggilkan. Apa ada lagi yang ingin kau sampaikan barangkali sebelum aku melangkah pergi dari ruangan ini?"

Loey tersenyum. "Tidak ada. Hanya itu. Terima kasih."

🍁🍁🍁

Los Angeles, Monday.

Seharian ini, Hana benar-benar melewati jadwal tidur siangnya. Dan memilih untuk terus bermain dengan Mark.
Gadis kecil itu merajuk saat Rosie membawanya ke kamar untuk menidurkannya siang tadi. Jadi, dari pada Hana terus menangis. Akhirnya Rosie membiarkan putrinya bersenang-senang dengan pria bernama Mark itu.

Hingga matahari tenggelam dan langit di Kota Hollywood ini tampak gelap. Barulah Rosie menyadari kantuk putrinya itu mulai menyerang.

Tapi memang dasar Hana, lagi-lagi dia hanya ingin menempel dengan Mark. Gadis mungil itu tidak ingin turun dari gendongannya. Mungkin sudah terlalu nyaman.

Good night... Good night...
It's time now to sleep
The moon's watching over you and your dreams~

Lebih dari setengah jam Mark berusaha menidurkan Hana yang sejak tadi menempel padanya. Dengan lagu nina bobo yang dinyanyikan oleh pria itu, Hana pun berhasil untuk memejamkan matanya dan pulas.

Tangan kekar Mark terus membelai lembut rambut Hana yang halus.

"Dia tertidur, Mark." Kata Rosie lirih.

"Really?"

Rosie mengangguk. Sebenarnya dia benar-benar tidak enak hati pada Mark. Karena selalu direpotkan oleh Hana. Tiap kali Mark mengunjungi mereka, Hana tidak pernah absen untuk menghabiskan waktu bermain dan menonton kartun bersama dengan pria itu. Gadis kecilnya sangat lengket sekali dengan Mark. Tak jarang jika pria itu hendak pulang, Hana malah menangis karena tidak mau ditinggal.

"Bawa dia ke kamar. Kau pasti pegal." Ujar Rosie yang mengetahui sejak tadi pria itu menggendong Hana hingga gadis kecil itu tertidur. Jujur, kalau Rosie sendiri dia sudah pasti akan menyerah. Tak sanggup menahan pegalnya.

Menuruti apa kata Rosie, Mark pun mulai melangkahkan kakinya menuju kamar milik Rosie dan Hana.

Good night... Good night...
It's time now to sleep~

Mark menyanyikan lagu nina bobo lagi dengan lirih ketika dirinya mulai membaringkan tubuh mungil Hana di atas kasur dengan hati-hati.

"Sst... ssstt..." Pria itu menepuk-nepuk lembut bokong Hana saat gadis kecil itu merasa terkejut.

The moon's watching over you and your dreams~

Rosie yang melihat sikap lembut Mark itu dengan reflek mengulum senyumnya.

Ketika Hana kembali tenang dan pulas dalam tidurnya, Mark pun meninggalkan kecupan di kepala si mungil Park dan membisikkan kalimat 'Good night' di telinga Hana.

Ekspresi wajah Rosie berubah menjadi tampak sendu. Bukannya tidak suka melihat Mark sedekat ini dengan putrinya. Hanya saja tiba-tiba hati Rosie terasa mencelos. Ketika bayangan seseorang yang tak lain adalah mantan suaminya menyusup ke dalam pikirannya.

"Rosie?"/ "Mark?" Keduanya saling memanggil dalam waktu bersamaan. Dan tiba-tiba membuat suasana  terasa canggung.

"Kau dulu." Kata Rosie.

"Kau saja. Apa yang ingin kau katakan?"

"Tidak. Kau dulu saja." Rosie keukeuh mempersilahkan Mark untuk berbicara lebih dulu.

"Well, Okay. Tadi aku mendapat pesan dari Ally. Dia memintaku untuk menginap disini karena Ally tidak akan pulang malam ini. Dia akan tidur di kantornya setelah menyelesaikan lembur." Kata Mark jelas.

Rosie tampak tercengang hingga mulutnya tidak bisa terkatup rapat.

"Rosie, hello?" Mark melambaikan tangannya di depan wajah Rosie.

"Kau mendengarkanku?"

"A-ah, iya. Aku mendengarkan." Jawab Rosie gugup.

"Kau keberatan?"

"Aniya. Bukan itu."

"Kau khawatir aku berbuat macam-macam?" Mendengarkan pertanyaan Mark, Rosie terdiam seolah memang dia mencemaskan hal itu.

"Aku akan tidur di ruang tengah. Kau boleh mengunci pintu kamarmu jika tidak percaya padaku."

"M-maafkan aku kalau kau merasa tersinggung." Ujar Rosie ragu-ragu.

"Tidak. Menurutku itu wajar. Memang sudah seharusnya selalu bersikap waspada. Tapi aku bersumpah, aku bukan pria jahat yang berani macam-macam." Mark memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie yang dia kenakan.

Rosie mengangguk paham.

"Oh iya, tadi kau ingin bicara apa padaku?"

"Umm... T-tidak jadi. Lagi pula ini bukan hal serius."

"Hmm...okay then. Kalau begitu, selamat malam!" Mark melangkahkan kakinya keluar dari kamar tersebut meninggalkan Rosie yang masih berdiri di sisi ranjang dengan membeku.

Pria tinggi itu turun menyusuri tangga dengan berlari kecil. Kemudian dia membaringkan tubuhnya di atas sofa beludru berwarna abu-abu yang empuk. Dia tertidur dengan lengan dilipat di atas dadanya. Tangannya terasa pegal. Mungkin karena menggendong Hana terlalu lama tadi.

"Mark..." Seseorang memanggilnya ketika dia baru saja memejamkan mata. Di dekatnya, Rosie sudah berdiri dengan membawa selimut dan bantal untuk pria itu.

"Kau melupakan ini." Rosie mengulurkan tangannya dan memberikan bantal juga selimut itu pada Mark.

"Aku tidak lupa. Sengaja biar kau yang mengantarkannya padaku." Nada bicaranya terdengar seperti orang yang tengah menggoda.

Tidak tahu harus merespon bagaimana, Rosie pun hanya tersenyum getir.

"Gomawo." Mark menerima dua benda itu.

"Ne. Aku kembali ke kamar dulu."

"Rosie, wait!" Pria itu berseru.

"Wae?"

"Good night!" Ucap pria itu seraya tersenyum dan menunjukkan giginya yang rapi dan terawat.

"Good night." Sahut Rosie sambil melambaikan tangannya sekali. Entahlah, dia merasa agak canggung malam ini.

Setelah itu, Rosie kembali ke kamarnya. Dia tidak berniat untuk langsung tidur. Lagi pula baginya ini masih sore. Walaupun kemarin dia sudah tepar sejak jam 7 malam. Hari ini berbeda. Karena dia tidak merasakan lelah seperti biasanya. Seharian, Mark lah yang sibuk mengurus Hana. Mulai dari menyuapinya makan, bermain, mandi sore, dan menina bobokan si mungil Hana itu.

Pokoknya kalau Mark sudah datang kemari dan menetap seharian, Rosie bisa bersantai lebih bebas. Bukannya memanfaatkan kebaikan pria itu, hanya saja Rosie tidak mau menyia-nyiakan kesempatan seperti ini. Lagi pula, Mark tidak datang setiap hari. Paling sering juga 2 atau 3 kali dalam seminggu. Dan satu lagi, Rosie tidak pernah meminta Mark untuk melakukan itu semua. Dia sendirilah yang selalu menawarkan diri untuk melakukannya. Ditambah, Hana yang sudah terlanjur akrab dengan Mark.

Tangan wanita itu terulur untuk mengelus wajah anaknya yang begitu halus. Wajah lucu itu yang selalu membuat Rosie tersenyum dan merasa gemas setiap harinya. Satu-satunya sumber kekuatan bagi Rosie selama satu setengah tahun terakhir ini dan akan terus seperti itu sampai akhir hayatnya.

"Hana-ya, apa kau bahagia sayang?" Kata Rosie dengan suara lirih nan lembut.

Jujur, setiap hari Rosie berharap ada satu pesan masuk yang berasal dari Loey. Bukan apa-apa, hanya saja dia mengharapkan itu untuk Hana. Dia ingin putrinya bisa mengenal Ayahnya dengan baik. Namun tidak tahu kenapa, Rosie berpikir Loey seolah menghilang bagai ditelan bumi. Ada apa gerangan hingga pergi tanpa jejak dan justeru menimbulkan jutaan pertanyaan negatif dalam benak Rosie.

Semua kerabat dekatnya yang tinggal di Seoul pun saat sedang berkirim pesan dengannya, tidak pernah sekalipun menyenggol topik tentang kabar pria itu. Padahal dia berharap mereka akan membahas tentang mantan suaminya itu baik sengaja maupun tidak sengaja. Karena bagi Rosie, menanyakannya lebih dulu secara langsung pada mereka tentang Loey itu adalah hal yang mustahil. Dia tidak mau orang-orang berasumsi bahwa dirinya menyesal dan berharap untuk kembali bersama.

Tapi malam ini saat melihat wajah putri mungilnya itu, membuat hati Rosie seolah memerintahkan hal sebaliknya. Menahan ego dan mengesampingkan rasa gengsi yang selama ini berkuasa dalam diri wanita itu.

Rosie meraih ponselnya yang dia letakkan di atas nakas kamarnya. Kemudian jarinya mulai menelusuri daftar kontak yang dia simpan.

Hana's Daddy
Calling...

Jantungnya seketika berdetak tidak normal sedetik setelah dia menekan tombol 'panggil'.

Dan detik berikutnya harapan yang baru saja dia lambungkan begitu tinggi terjatuh begitu saja saat suara dari operator memberitahukan bahwa nomor Loey tidak aktif.

Tidak putus asa, Rosie kembali menghubungi mantan suaminya.
Namun lagi-lagi respon yang dia dapat sama seperti tadi.

"Kumohon, demi Hana. Ayolah... Memangnya kau tidak rindu anakmu?" Lagi, Rosie kembali meneleponnya.

Perasaan tidak enak tiba-tiba menyelubung ke dalam hatinya. Dugaan negatif satu per satu mulai bermunculan di kepalanya.

"Tidak. Tidak mungkin dia melakukan itu." Gumam Rosie ketika dia membayangkan Loey mati bunuh diri karena frustrasi.

Untuk menepis praduga jeleknya, wanita itu memutar otak, mencari ide lain. Dan satu-satunya ide yang muncul adalah meminta tolong pada seseorang.

'Lisa-ya, aku butuh bantuanmu.' Sebuah pesan singkat dia kirimkan pada sang maknae Blackpink itu.

🍁🍁🍁


Continue Reading

You'll Also Like

1M 87K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
110K 10.8K 69
DIBUAT ATAS DESAKAN DARI WARGA TIK-TOK YANG MENGINGINKAN CERITA HALU CHANROSÉ DEBUT DI LAPAK OREN. TERIMA KASIH ATAS SUPPORTNYA SELAMA INI. LOVE YOU...
158K 15.5K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
27.8K 3.3K 49
Niatnya kabur karena di jodohkan oleh kedua orangtuanya, Krystal malah dipertemukan oleh Kai. Bahkan wanita itu malah tinggal bersama dengan Kai di a...