REGRET [END]

By Aindsr

204K 17.4K 1.8K

[PART MASIH LENGKAP] [PROSES REVISI] Kamu tau, kenapa penyesalan selalu datang di akhir dari suatu keadaan? ... More

β—‹ 1
β—‹ 2
β—‹ 3
β—‹ 4
β—‹ 5
β—‹ 6
β—‹ 7
β—‹ 8
β—‹ 9
β—‹ 10
β—‹ 11
β—‹ 12
β—‹ 13
β—‹ 15
β—‹ 16
β—‹ 17
β—‹ 18
β—‹ 19
β—‹ 20
β—‹ 21
β—‹ 22 [END]
β—‹ EXTRA PART

β—‹ 14

6.6K 724 27
By Aindsr

Hari ini, tepat dua minggu Arsya berada dirumah sakit jiwa. Setelah kejadian dirinya mengamuk dirumah sakit tempat ia dirawat kemarin, dokter dan psikiater Arsya telah berunding untuk mengirim Arsya ke rumah sakit jiwa, agar gadis itu bisa mendapatkan perawatan yang sesuai terkait kejiwaannya yang sedang terganggu.

Sempat ada perdebatan alot antar tenaga medis dengan keluarga Arsya. Surya tidak mengizinkan dokter dan psikiater Arsya untuk mengirim putrinya itu ke rumah sakit jiwa, karna putrinya itu tidaklah gila. Ratih juga meyakini bahwa Arsya hanya sedikit terguncang akan keadaan yang baru saja ia alami. Dokter dan psikiater terus memberikan pengertian, sampai pada akhirnya mereka hanya bisa pasrah demi kebaikan putri mereka.

Sejak Arsya melangkahkan kakinya ke dalam rumah sakit jiwa, saat itu juga ia berubah menjadi seorang gadis yang pendiam. Amat sangat pendiam. Ia tidak mengamuk, berbicara sendiri, bertingkah aneh, dan juga tidak pernah membalas ucapan-ucapan yang dilayangkan kepada dirinya. Ia lebih banyak melamun, dan mematung. Tubuhnya kurus, juga lingkaran hitam yang ada dibawah matanya sangat menunjukkan bahwa dirinya kesulitan untuk tidur dan beristirahat dengan nyaman dan tenang.

"Kakak..."

Surya melangkah mendekati Arsya yang duduk di atas ranjang dengan memeluk kakinya erat. Pria paruh baya itu duduk di depan putrinya, dan menatap Arsya dengan sendu. Ini kali pertama Surya, mendatangi putrinya secara langsung. Selama dua pekan ini, ia hanya melihat Arsya dari jendela. Ia tidak tega menatap putrinya dengan kondisi seperti ini. Setelah semua keluarga menyerah untuk menarik perhatian gadis itu dan mengajaknya bicara, barulah Surya bertekad untuk menemui putrinya meskipun hatinya sangat hancur. Ia merasa gagal menjadi seorang papa yang baik untuk Arsya. Tidak ada orang tua yang tidak sedih, saat melihat anaknya menderita.

Surya mengusap rambut panjang milik Arsya dan mencium kening gadis itu. "Maaf, papa baru temuin kakak sekarang. Papa gak tega melihat putri kesayangan papa seperti ini." ucapnya dengan nada bergetar.

Sila yang melihat mereka dari jendela, mengusap air matanya yang menetes. Dibelakangnya ada Nana dan Bela yang mengusap punggung Sila. Ini adalah masa-masa terberat bagi mereka yang menyayangi Arsya. Mereka dihadapkan pilihan untuk pura-pura kuat didepan gadis itu, atau menjauh karna rasa tidak tega.

Surya menundukkan kepalanya dalam. Punggung lebarnya bergetar, diiringi isakkan yang sangat pilu. Di dunia ini, tidak ada yang pernah membuat Surya menangis dan merasakan kesedihan yang amat sangat dalam kecuali Arsya. Arsya adalah segalanya bagi Surya. Surya yang menunggu kelahiran Arsya dengan semangat. Hidupnya lebih berarti kala suara tangis Arsya menggema, yang menandakan bahwa gadis itu telah lahir didunia ini. Gadis yang selalu membawa kebahagiaan untuk hidupnya, mengobati rasa lelah, sakit, dan kecewa akan kondisi mereka dulu. Arsya yang membuat Surya bertahan didunia ini. Arsya selalu ada disamping Surya, saat dirinya terpuruk dan sedih akan perceraiannya dulu. Arsya juga yang menyemangati Surya untuk mencari kebahagiannya. 

"Papa ... papa gak tau mau bicara apa sama kamu. Hati papa sakit, kak. Dada papa juga sesak melihat putri kesayangan papa harus berada ditempat ini."

Arsya mengalihkan pandangannya ke arah Surya yang semakin larut dalam tangisnya. Tangan pria paruh baya itu juga sudah turun, dan menggenggam tangan Arsya dengan erat.

"Kenapa kamu memendam semuanya sendiri? papa selalu ada untuk kamu. Papa selalu mengusahakan kebahagiaan kamu. Tapi, saat papa tau kalau selama ini kamu tidak pernah bahagia, papa sedih. Papa gagal menjadi seorang papa yang baik buat kamu."

Arsya menatap kedua mata Surya yang merah. Sedangkan Surya, ia menatap putrinya dengan tatapan terluka dan penuh penyesalan.

"Kenapa kamu tidak pernah sedikit pun bilang sama papa, kalau hidup kamu semenderita ini?" Surya masih menatap Arsya yang terdiam.

"Kenapa kamu menyiksa diri kamu sendiri seperti ini?"

Setetes air bening jatuh dari sudut mata Arsya. "Aku gak mau tambahin beban papa."

Surya terkejut saat Arsya membalas ucapannya. Terlebih, gadis itu memanggilnya 'papa'. Apa putrinya itu sudah kembali?
Sila, Bela, dan Nana juga terkejut,  tak urung perasaan bahagia menyelimuti hati mereka.

Surya menarik Arsya dalam pelukannya, yang dibalas Arsya dengan sangat erat. Air mata gadis itu kembali luruh. Ia rindu pelukan hangat ini. Pelukan yang selalu menenangkan Arsya saat petir menyambar langit, saat Arsya menangis, saat Arsya takut tidur sendiri, dan pelukan yang memeluk tubuhnya kala suara palu yang diketukkan sebanyak tiga kali menggema di ruang persidangan perceraian papa dan mamanya. Tubuh tegap inilah yang menjadi rumah untuk ia pulang, yang menjadi sandaran untuk ia kembali mendapatkan energi untuk menjalani hidup beratnya.

"Arsya gak bisa tambahin beban dipundak papa. Arsya sayang sama papa, Arsya minta maaf kalau buat papa sedih seperti ini."

Surya menggelengkan kepalanya yang ia letakkan di atas kepala Arsya. "Kamu putri papa. Papa tidak akan merasa terbebani saat putri papa ini bercerita tentang kehidupannya yang jauh dari papa. Kamu adalah segalanya buat papa. Papa tidak akan pernah sanggup melihat kamu menderita, apalagi meninggalkan papa untuk selamanya. Jangan lagi kak, jangan pernah berfikiran untuk mengakhiri hidup."

Arsya sedikit terkejut saat papanya tau akan upaya percobaan bunuh dirinya dulu. Mungkin Tante Ana, Beny, atau Nana yang telah menceritakan hal ini pada papanya. Arsya melepaskan pelukan papanya, dan mengusap air mata yang membekas dipipi papanya.

"Aku bersyukur punya papa."

"Papa yang bersyukur punya kamu. Kamu adalah hidup papa."

"Aku mau pulang sama papa."

Surya mengangguk dengan semangat. "Tanpa kamu minta pun papa akan bawa kamu pulang bersama papa. Papa tidak akan membiarkan putri papa menderita lagi. Papa juga tidak akan mengizinkan kamu kembali tinggal bersama mama kamu."

Surya kembali menarik Arsya dalam pelukannya. Akhirnya, setelah dua minggu perjuangan mereka untuk membantu Arsya pulih, kini telah terkabul berkat kasih sayang tulus dan ikatan batin yang sangat dalam antara Surya dan Arsya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa ikatan batin seorang ayah pada anak perempuannya begitu kuat. Kasih sayang yang tulus membantu mereka sembuh dari luka yang pernah ada.

***

"Arsya pulang sama mama kan?"

Gadis yang ditanya pun hanya diam tak menjawab. Sore ini, ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, dengan syarat gadis itu tidak boleh banyak berfikir yang berat, dan menjaga pola makannya. Ia juga diharuskan konsultasi dua kali seminggu pada Tante Ana, selaku psikiater Arsya.

Sila melirik Ratih yang menatap Arsya dengan sendu. "Mbak, aku mohon izin bawa Arsya pulang ke rumah kami."

Ratih menatap Sila tak terima. "Enggak! Arsya akan pulang sama saya!"

"Saya tidak butuh izin kamu untuk membawa putri kandung saya sendiri pulang ke rumah saya."

Ratih, Sila, dan Arsya menatap Surya dan Reno yang berdiri didepan pintu kamar Arsya. Mereka baru saja datang setelah mengurus berkas kepulangan Arsya.

"Tapi mas, selama ini Arsya memilih tinggal sama aku. Kamu gak bisa maksa gitu dong!"

Surya melirik Arsya sekilas. "Tanya sendiri, siapa yang akan dia pilih hari ini."

Arsya turun dari ranjangnya, dan memakai sandal jepit yang biasa ia pakai selama di sini. Ratih segera mendekati Arsya, dan menggenggam tangan gadis itu.

"Kamu pulang sama mama kan?"

Arsya melepas genggaman tangan mamanya. "Maaf."

"Enggak Arsya, kamu gak boleh tinggalin mama. Maafin mama. Pulang kerumah mama ya, nak?"

"Aku butuh waktu, ma. Karna waktu adalah obat dari segala jenis luka yang ada dihatiku."

Ratih mengatupkan bibirnya. Ia sadar betul, apa yang telah terjadi pada Arsya adalah kesalahannya.

"Sulit untuk aku mempercayai lagi, seseorang yang telah menghancurkan kepercayaanku ... meskipun itu ibu kandungku sendiri." Ucap Arsya tanpa menatap Ratih.

Ratih menatap punggung Arsya yang berjalan ke arah pintu.

"Aku bisa memaafkan semua masa lalu yang telah terjadi. Tapi aku belum bisa ikhlas. Semua terlalu menyakitkan untuk aku. Aku gak bisa hanya salahin ayah di sini, karna jelas dari segi manapun, mamaku lebih mendominasi. Pertemuan kalian dan perasaan kalian yang belum sepenuhnya mati, membuat kalian bersikap tega terhadap orang-orang disekeliling kalian." ucap Arsya dihadapan ayahnya.

Reno diam tak bisa membalas ucapan Arsya. Ia pikir tak ada satupun balasan yang bisa ia berikan pada Arsya. Karna nyatanya, semua apa yang Arsya ucapkan adalah benar adanya.

"Ayo pa, bun, kita pulang."

Sila dan Surya mengangguk. "Ayo, sayang."

Arsya menghentikkan langkahnya, saat jarak dirinya dengan ayahnya masih beberapa langkah. Ia berbalik menghadap punggung ayahnya. "Ayah."

Reno membalikkan tubuhnya, dan menatap Arsya dengan tersenyum hangat. "Terimakasih udah mau anggap aku jadi putri ayah sendiri. Titip salam buat Safia, bilang ke dia kalau aku sangat menyayangi dirinya."

Reno menganggukkan kepalanya. Matanya memerah, dadanya berdenyut sakit. Bertahun-tahun Arsya hidup bersamanya, dan hari ini ia harus melepaskan Arsya dengan terpaksa.

Ratih mengejar Arsya yang sudah hilang dari pandangannya. Reno menahan Ratih dan menenangkan istrinya itu.

Arsya mengusap pipinya dengan kasar. Ayah Reno adalah sosok ayah yang baik untuknya. Tidak mudah menjalani semua ini. Lagi-lagi Arsya harus merasakan perpisahan yang menyakitkan. Ia lebih baik tidak bertemu dengan seseorang, yang pada akhirnya mereka akan berpisah.

"Barang-barang kamu sudah dibawa sama Nana dan Bela. Mereka sudah sampai dirumah."

"Iya, pa."

"Kamu sedih?"

Arsya menggeleng, lalu terkekeh pelan. "Aku sudah terbiasa dengan perpisahan."


***

Setelah sekian lama, akhirnya bisa up juga. Maaf ya baru bisa up. Ini kalo otaknya gak dipaksa mikir juga gak bakalan up 😭

Stress doang, eh enggak stress banget .....

Jangan lupa vote dan comment.

Mon maap kalo ada typo.

See you next part ❤





Semarang, 26 Februari 2021
Salam Indah♡

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 6.1K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
936K 21.1K 49
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
5.8M 280K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...
22.3K 586 119
Bagaimana rasanya jika kalian menjalin hubungan dengan seseorang yang sangat kalian cintai, tapi takdir berkata lain, Adel Chyntia Sari, biasa disebu...