utopia (segera terbit)

Door tinvthinks

5.7M 966K 181K

"Tunggu, jadi gue satu-satunya cewek di kelas ini?" Singkatnya, Dara si anak emas sekolah akan menduduki kela... Meer

START
01 || Perkenalan
02 || Bu Puspa
03 || Ketua Kelas
04 || Tanggung Jawab
05 || Kasus Alfa
06 || Alasan Dara
07 || Kasus Alfa (2)
08 || Kebiasaan
09 || Pembenci Topeng
10 || Tiny Cafe
11 || Kelas Unggulan
12 || Fake Friend
13 || Pak Rizky (Fucek)
14 || Hukuman (1)
15 || Hukuman (2)
16 || Hukuman (3)
17 || Kekesalan Kio
18 || Mabar, Kuy!
19 || Pasangan Kelima?
20 || Foto Polaroid
21 || Ikutan Bolos
22 || Good Day
23 || Haje Demen Sempak Kakak?
24 || Pengurus Kelas
25 || Asep dan Alerginya
26 || Tawuran
27 || Penyelesaian Masalah
28 || Percobaan Mengontrol Diri
29 || Petasan Bom Farzan
30 || Ketahuan, deh
31 || Diskriminasi Nilai
32 || Alfa, Cowok dengan Luka
33 || Perihal Plester
34 || Confess
35 || Si Tengil
36 || Kata Kio
37 || Kemeja Dio
38 || Jadi ini Mahardika
39 || Asep Anak Polos Rupanya
40 || Misi Dara
41 || FesGa
42 || Perkelahian yang Terulang Kembali
43 || Lagi-lagi IPA 2
44 || Di Luar Ekspektasi
45 || Kenyataan yang Menyakitkan
46 || Cerita di TPU
47 || Akhirnya Jalan Keluar
48 || Lega dan Bebas
49 || Ada Apa Sebenarnya?
50 || Konsep IPS 5
52 || Sebenarnya, Ini Ersya
53 || Siapa itu Kevin?
54 || Family Problem
55 || Tolong, ya?
56 || "Secepatnya."
57 || Kejutan Tak Terduga
58 || Keputusan Akhir Pak Tegar
59 || Obrolan dengan Kevin
60 || Akhirnya
61 || Terungkap Sudah

51 || Penampilan IPS 5

83.3K 15.6K 5.3K
Door tinvthinks

Suasana aula sudah sesak dipenuhi oleh para manusia. Mereka semua duduk teratur di kursi yang disediakan. Dan karena penampilan selanjutnya belum dimulai, mereka memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti bergosip dan bermain.

Dara menggigit kuku tangannya. Kakinya bergetar, keringat dingin terus mengalir di pelipis. Tanda-tanda yang cukup untuk membuktikan bahwa dirinya gugup. Selama bersekolah di sini, ia jarang berhadapan dengan banyak orang. Hanya saat menerima piala kala ia mendapat juara paralel atau memenangkan olimpiade saja. Dan sekarang, ia dipaksa tampil di depan banyak orang. Gugup, cemas, takut, campur menjadi satu.

Dio menghela napas pelan. "Gak bisa diem?"

"Gimana gue bisa diem? Lo gak inget---"

"Iya," sela Dio cepat. "Tapi kan ada kita."

Dara mengusap wajahnya yang sudah lembab karena keringat. Perkataan Dio tadi belum cukup untuk menenangkan dirinya.

Tadi Dara memutuskan untuk mengikuti permintaan Pak Tegar teman-temannya, asalkan ia tidak tampil sendirian. Jadilah sekarang Dio, Alfa, Asep, Andra, serta Revan menemaninya sebagai pengiring. Mereka sudah siap dengan alat musik masing-masing. Mereka juga sudah berlatih sebentar di kelas. Kecuali Dara. Cewek itu menolak untuk berlatih dengan suara keras. Ia hanya mengeluarkan suara kecil yang terdengar seperti bisikan.

"Parjan beli apa ye buat makan nanti?" celetuk Andra tiba-tiba.

"Tadi udah gue bilang secukup uang kas aja. Mau beli apaan dia gak bilang sih," jawab Dara mengingat dirinya menempatkan Farzan sebagai orang yang mengurus konsumsi nanti.

Alfa menyahut sembari tetap meregangkan jari-jarinya, "Parjan kan rada goblok. Paling tar ditambahin pake uangnya sendiri."

Dara mendelik, "Awas aja."

"Gue laper," Asep memegang perutnya sembari menyeletuk.

"Sama," sahut Dio melakukan hal yang sama. "Tiba-tiba."

"Tumben gugup," sambar Revan melirik kedua orang itu.

Dio berdecak. "Laper, Pan. Bukan gugup."

"Iyalah gugup. OTW nampil di depan crush," sahut Alfa seraya tertawa pelan.

Dara mengernyit aneh dan menggelengkan kepalanya. Bukan saatnya ia memikirkan hal itu. Yang harus ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar dirinya tidak merusak reputasi IPS 5. Bagaimana caranya agar dirinya tidak di---

"Ra, ayok! Kita udah dipanggil anjir!"

Seruan Andra membuyarkan lamunan Dara. Ia mengerjap pelan, baru sadar yang lain sudah stand by dengan peralatan masing-masing. Menghembuskan napas pelan, matanya tidak sengaja menatap Dio yang terlihat prihatin. Walaupun begitu, ia tidak bisa menarik perkataannya lagi.

"Oke."

Ketika naik ke panggung, mereka sudah disambut oleh teriakan heboh dari penonton. Dara tidak menyangka akan seramai ini. Sebelumnya ia hanya ikut menyaksikan setengah penampilan, karena setelahnya dirinya akan ke lab untuk berdiskusi tentang olimpiade.

Semua peralatan yang dibutuhkan sudah siap. Terima kasih karena klub musik mengizinkan mereka memakainya sebentar, walaupun harus menandangani surat jaminan 'tidak-akan-rusak' sebab apa yang dipinjam terbilang lumayan.

Mereka langsung bergerak menuju tempatnya. Dio bergerak mengambil biola sembari mengecek mic di depannya sebab dirinya juga mendapt bagian untuk menjadi pengiring lagu. Alfa bagian piano sekaligus vokalis yang menemani Dara. Andra masuk ke drum. Serta Asep di bagian bass. Dan jangan lupa si bintang utama, Dara datang menempati posisi sebagai vokalis utama.

Dara menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan perlahan, berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Bahkan ia tidak segugup ini ketika mengikuti olimpiade Matematika tahun lalu. Saat menatap ke depan, matanya tak sengaja menangkap Ersya dengan kameranya yang terus saja direcoki oleh Ardi dan Revan sebagai penengah. Harusnya ia tertawa sekarang, tapi bibirnya terasa kaku.

Lagi-lagi mengisi pasokan udara di paru-paru, Dara kini merasa agak tenang. Ia tidak perlu takut. Ada teman-temannya sekarang, ia tidak sendirian. Dara menoleh, melihat mereka satu persatu. Dan ketika berhenti ke Dio, cowok itu mengangguk meyakinkan. Walaupun dari airmukanya kentara tetangganya itu agak cemas.

Pertunjukan dimulai dengan suara biola Dio yang mengalun halus, disusul oleh bass Asep yang dipetik senada, mengeluarkan nada tidak asing dari salah satu lagu Lauv yaitu I Like Me Better. Dan di waktu yang tepat, Alfa menyusul dengan piano yang mengalun halus sembari bersiap bernyanyi bersamaan dengan berhentinya suara biola Dio.

"To be young and in love in New York City...."

Dio menyahut, "In New York City."

"To not know who I am but still know that I'm good long as you're here with me.
To be drunk and in love in New York City."

"In New York City."

"Midnight into morning coffee....
Burning through the hours talking....

Damn, I like me better when I'm with you....
I like me better when I'm with you....
I knew from the first time, I'd stay for a long time 'cause,
I like me better when....
I like me better when I'm with you."

Andra bersiap memainkan drumnya dan ketika menuju intro, ia mengikuti musik dengan santai. Warna nada mereka selaras, menciptakan musik yang nyaman di telinga. Para penonton sudah bereaksi. Mereka terlihat sangat menikmati penampilan dari IPS 5. Beberapa bahkan berteriak ricuh sembari bertepuk tangan, tak terkecuali Ardi, Ersya, dan Farzan dengan plastik belanjaannya.

Tetapi berbanding terbalik dengan Dara. Dan kini, mulai datang bagiannya. Ketika bagiannya mulai, Asep menghentikan permainan bass-nya bersamaan dengan biola Dio.

"I don't know what it is but I got that feeling."

"Got that feeling."

Suara Dara mengheningkan kericuhan. Mereka lantas tertegun dan tercengang. Tetapi kemudian suara tawa pelan dan bisikan sana-sini mulai terdengar.

"Waking up in this bed next to you swear the room. Yeah, it got no ceiling.
If we lay, let the day just pass us by....
I might get to too much talking.
I might have to tell you something."

Berusaha mengabaikan semuanya, Dara dengan berani melanjutkan ke bagian reff diiringi oleh Alfa.

"Damn, I like me better when I'm with you....
I like me better when I'm with you.
I knew from the first time, I'd stay for a long time 'cause,
I like me better when,
I like me better when I'm with you...."

Kembali lagi ke intro. Dara mulai merasakan seragam belakangnya basah karena keringat. Ia mengulum bibirnya, berusaha mengabaikan Ardi, Ersya, Farzan, dan Revan yang masih terlihat cengo. Tetapi masih bisa berteriak,

"WUHUU, DARAAA! KEREN, RA. BAHASA INGGRIS LO KEREN BENER ASLI DAH."

"SARANGEK BU KETUA!"

"FALS, TAPI GAPAPA."

Dara tersenyum kecut. Ingin rasanya ia menghampiri mereka dan memukul tangan yang bergerak heboh itu. Tetapi masih sadar ini di mana dan ia sedang apa.

"Stay awhile, stay awhile....
Stay here with me....
Stay awhile, stay awhile, oh....
Stay awhile, stay awhile....
Stay here with me."

"Lay here wITH ME...! EH, EH, EH, EH, EH, OOOH!"

"I like me better when I'm with you."

"Yes, I do, yes, I do, babe...."

"I like me better when I'm with you."

"Ooh, no...."

"I knew from the first time, I'd stay for a long time 'cause,
I like me better when....
I like me better when I'm with you."

Intro ketiga, Dara bersyukur pertunjukan mereka sudah nyaris selesai. Intro diiringi oleh suara-suara pengiring Alfa dan Dio. Meskipun setiap reff ia bernyanyi bersama dengan Dio, sayangnya suaranya masih bisa terdengar jelas. Tapi tak apa, ia baik-baik saja karena bersama mereka.

"Better when, I like me better when I'm with you."

"DARA SARANGEK, AY LOP YU, AYISITERU!"

"WOANJAY NGALAHIN PESERTA AFRIKA GOT TALENT."

"KEREN BENER, GUE TERPUKAU, TERCENGANG, TER-WOW."

Di akhir penampilan mereka semua menunduk dan disambut oleh tepukan tangan dan teriakan-teriakan pertanda mereka menikmati, meskipun Dara tidak yakin setelah tanpa sengaja melihat Bell tertawa menghina dengan teman-temannya. Tetapi ia berusaha menghiraukan itu sebab teriakan-teriakan para temannya lebih menarik untuk didengar.

Setelah MC mulai mengambil alih, Dara dan yang lain segera turun dari panggung. Peralatan mereka juga sedang dibawa turun karena dengar-dengar kelas IPA 3 akan menampilkan drama.

Dara duduk di kursi plastik tempat dirinya menunggu tadi. Berusaha menetralkan detak jantungnya yang masih berpacu, ia menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan. Mendadak perutnya terasa mual.

"Gak nyangka," celetuk Alfa. "Ketemu nih apa yang lo gak bisa."

Dara tidak langsung menyahut. Ia berdeham karena mendadak malu. "Diem."

"Pantes lo nolak sampe segitunya," sahut Asep sembari menggosok telapak tangannya. "Tapi gapapa, Ra. Lumayan, nambah pengalaman."

"Lo gapapa?" tanya Dio agak cemas seraya duduk di samping Dara.

Yang ditanya tersenyum pelan dan mengangguk. "Gue gapapa."

"INI DIAA, SANG BINTANG, IBU DARA!"

Seruan itu mengejutkan Dara. Ia menoleh hanya untuk mendapati Ersya, Ardi, Farzan, dan Revan datang menghampiri mereka.

"Ardi mau gue cekek, ya?" ancaman Dara hajya ditanggapi oleh cengiran tanpa dosa.

"Bahasa Inggris lo bagus, Ra," puji Ersya.

Lagi-lagi Dara tersenyum kecut. Yaa, ia berterima kasih atas pujian itu, tetapi hal tersebut tidak menutup fakta bahwa suaranya tadi sangat tidak bagus.

"Betul. Sebagus bahasa Indonesia lo."

"Ya dia kan tinggal di Indo, bego."

"Lo aja tinggal di Indo, tapi nilai Indo lo gak pernah beres," Ardi membalas Farzan dengan sewot.

"Ya gapapa. Intinya bahasa Jepang gue bagus," sahut Farzan kemudian kembali melanjutkan, "karena Revan sih."

"Najis sukanya kok Jepang," sambar Andra.

"Lah lo sukanya Prindapan India."

"Bokep India emang ada?"

"Ada, bego----"

"Stop goblok, ngomongin bokep ada waktunya juga anjir," sela Ersya langsung sebab tahu kalau tidak dihentikan, pembicaraan haram ini akan bercabang ke mana-mana.

"Gimana? Lega?" tanya Revan yang sedari tadi diam.

Dara mengangguk. Perasaannya sudah membaik sekarang, tidak seperti tadi yang terlihat cemas dengan apa yang akan terjadi. "Banget."

"Nih lo baik-baik aja. Terus kenapa tadi nolak sampe segitunya?" tanya Alfa penasaran.

"Dulu, pas ada acara 17-an di RT gue ada lomba nyanyi gitu. Terus gue iseng ikutan karena hadiahnya lumayan tapi gue lupa apaan. Tau-taunya gue tuli nada, terus diketawain se-RT," ungkap Dara mengingat kejadian di masa lalu. "Sampe RT lain tau, terus gue gak mau keluar rumah karena takut diejekin."

"Pantesan," ucap Asep. "Kalo lo diejek ada kita kok, Ra."

Ardi mengangguk setuju, "Lo gak bakal diejek sama sekolahan. Paling cuman kita-kita doang."

Dara hendak berdiri melayangkan cubitannya, tetapi cowok itu langsung kabur ke belakang Asep.

***

Mereka tidak mengikuti Pensi sampai selesai. Memutuskan untuk makan di kafe Jena, mereka kini menuju parkiran untuk mengambil motor masing-masing.

Farzan mengangkat dua kantung belanjaan besar berisi berbagai makanan dan minuman cepat saji. Ia membagi plastik menjadi dua dan memberinya pada Dio.

"Buat gue?"

"Kagaklah, ajege. Nitip, tangan gue cuman dua soalnya," jawab Farzan yang ditanggapi oleh dengkusan Dio.

"Kak Asep?"

Suara yang tidak asing itu mengalihkan perhatian. Jesa berdiri sambil memegang kedua tali tas dengan wajah malu-malu.

"Sini, Jes."

"ANJAY, AKANG ASEP."

"CWIT-CWIT. GAS TERUS JANGAN DIKASIH MOLOR."

"Kendor, bego. Molor darimana," seperti biasa, agaknya Ersya punya tugas cadangan sebagai pengoreksi kata anak-anak IPS 5 yang salah, terutama Ardi.

"Dara ayok sini ikutan, jangan mau kalah sama mereka," goda Andra menatap Dara yang tengah tertawa.

"Gak mau, Dra. Lo kadang gak waras."

"YAAAAA TERTOLAK."

"MAMPUS DIKATAI GAK WARAS. LO SIH BEGO, NORMAL DONG. NABUNG AKHLAK KEK GUE."

"Lo juga, Di. Ngaca dong," sambar Dara membuat mereka tertawa keras terutama saat melihat wajah Ardi yang sudah masam.

"Mundur gue, Ra. Munduuur."

Tiba-tiba saja terdengar suara nada dering entah darimana seketika menginterupsi. Sadar ponselnya berbunyi tanda ada yang memanggil, Ersya langsung mengambil benda persegi panjang itu dari saku celananya. "Kenapa, Jen?"

Hening sebentar, mereka ikut penasaran dengan apa yang dikatakan oleh sepupu Ersya itu, melihat raut wajah cowok tersebut berubah dengan perlahan.

"Terus sekarang di mana?"

"...."

"Sharelock."

"...."

"Bangsat."

Memutus panggilan sepihak, Ersya segera menyimpan kameranya di tas. Dengan wajah yang kentara menahan emosi cowok itu segera pergi tanpa mengatakan apa-apa.

"SYAA? ERSYA, MAU KE MANA?"

Dara berdiri cemas. Ia menolehkan kepalanya, menatap lainnya yang rupanya ikut panik.

"Ersya kenapa? Telepon Jena coba!" titah Dara khawatir.

"Kalo Ersya sampe ngumpat gitu, berarti...---"

"Bunda," potong Asep ikut marah. "Sialan."

"Hah? Bunda siapa? KASIH TAU GUE, JANGAN DIEM DOANG."

"Bunda Ersya. Bunda jadi korban ayah Ersya lagi."

Mendengar itu Dara segera mengambil tasnya dari Ardi dan segera berlari menyusul Ersya. Tidak perlu waktu yang lama baginya untuk memahami apa yang terjadi. Sekarang ia hanya bisa berharap Ersya tidak gelap mata dam kehilangan akal sehat karena emosi.

Karena sepertinya, ayah cowok itu tidak memandang siapapun.

***

ketebak ga tuh

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

800K 95.8K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
502K 38K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
9M 955K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
5.7M 314K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...