DRACO : THE TROUBLEMAKER

By Kundekun

239K 35.7K 6.8K

Berteman baik dengan Pansy membuat Veena terbiasa terhadap sifat buruk anggota Slytherin. Bahkan dia selalu... More

#1
#2
#3
#4
#5
#6
#7
#8
#9
#10
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
#34
#35
#36
#37
#38
#39
#40
#42

#41

3.3K 523 77
By Kundekun

HALO? ADA YANG KANGEN?


***

Dengan memakai jaket yang tebal seraya menenteng sebuah koper, Veena berpamitan pada teman-temanya yang setia mengantarnya hingga depan rumah si pria besar yang disapa dengan panggilan  Hagrid.

Syukurlah hari ini tidak turun salju, sehingga perjalanannya takkan begitu terganggu. Hanya saja cuaca di peralihan musim seperti ini masih cukup dingin untuk seorang gadis rumahan seperti Veena.

"Hanya ini barang yang akan kau bawa?" Tanya pria berbadan besar nan gemuk itu yang sibuk menyalakan motor kebesarannya.

"Ya, maaf sudah merepotkanmu, Hagrid." Balas Veena seraya menyerahkan koper kepadanya.

"Ahahaha! Tak perlu sungkan, Veena. Memang sudah tugasku untuk mengantarmu pulang dengan selamat. Sekarang naiklah, kita akan segera pergi." Tutur Hagrid menyuruh gadis itu untuk segera menaiki jok penumpang yang berada di pinggirnya.

Sebenarnya Veena bisa saja pulang sendirian tanpa diantar oleh pria besar ini, lagipula dia memiliki Nemean, si singa bersayap putih yang dapat terbang secepat kilat. Namun keputusan dari Prof. Dumbledore hukumnya mutlak dan tak bisa diganggu gugat, jadi ia harus menuruti perkataanya.

"Kalau begitu aku pergi dulu, teman-teman. Terimakasih sudah mengantarku sampai kemari." Ucapnya dengan senyuman sepenuh hati.

"Semoga lekas sembuh, Veena." Tutur Goyle seraya melambaikan tangannya.

"Ingat, Veena! Makan yang banyak adalah kunci hidup sehat!" Sahut Crabbe yang entah mengapa kian hari semakin gemuk, berbanding terbalik dengan Goyle yang kini rutin melakukan diet.

"Jangan hiraukan dia, Veena. Crabbe hanya ingin membuatmu gemuk seperti dirinya! Cukup makan sewajarnya saja dan istirahat yang teratur!" Ujar Blaise seraya menjitak kepala Crabbe dari belakang.

"Aku akan langsung menjengukmu saat pulang nanti, pastikan kau sudah sehat kembali saat aku datang, oke?!" Tegas Pansy sembari berkacak pinggang.

Veena tertawa mendengar sahutan anak-anak itu. Mereka sangat berlebihan sampai berpamitan seakan-akan dirinya hendak pergi jauh dan takkan pernah kembali, padahal ia hanya mengambil waktu libur lebih awal.

Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa perhatian itulah yang membuat Veena senang berteman dengan anak Slytherin, mereka memang terbilang jahat kepada anak asrama lain, khususnya Gryffindor. Tapi sebaliknya, mereka sangat baik dengan sesama Slytherin.

"Draco, kau tak ingin menyampaikan sesuatu?" Tanya Blaise menyikut lengan pria pirang itu, karena dirinya hanya diam saja melihat gadis dambaannya pergi.

Draco hanya mendelik ke arah Blaise seraya mengendikkan bahu, "Tidak ada, dia hanya pulang ke rumahnya, bodoh. Apa yang kau khawatirkan?" Jawabnya santai sembari memutar bola matanya malas.

"Ck, dasar." Blaise berdecak kesal.

Tak ingin membuat Hagrid menunggu lebih lama, Veena pun mengatur posisi duduknya kemudian memakai helm yang diberikan, terdengar gerungan keras yang dihasilkan knalpot motor besar tersebut. Lalu dengan sekali tarikan gas, motor ajaib itu pun terbang tinggi dan melesat di udara.

***

Sudah seminggu semenjak dirinya pergi lebih dulu dari Hogwarts, Veena tengah membayangkan kini teman-temannya sedang menaiki kereta api dalam perjalanan pulang. Semoga mereka bisa sampai ke rumah dengan selamat.

Sedikit terbesit rasa penasaran akan hasil pertandingan Triwizard yang sempat dilewatkan olehnya. Tentu dari keempat peserta, gadis berkaca mata itu mendukung Harry untuk keluar sebagai juara. Namun entah mengapa perasaan tidak enak selalu menganjal di hatinya.

Ketika pria yang memiliki bekas luka berbentuk petir itu menjenguknya di ruang kesehatan, Veena tak sengaja melihat pandangan masa depan melalui matanya. Hanya sekilas dari biasanya memang, tapi nampaknya itu adalah sesuatu yang sangat penting. 

Ia melihat sosok Mad Eye yang tengah berada dalam ruangan bersama Harry yang nampak sangat gelisah. Dan tak lama kemudian Prof. Dumbledore datang untuk menyelamatkannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Gumam Veena merasa terggangu dengan apa yang dilihatnya kala itu.

Tak ingin melamun lebih lama, Veena pun kembali fokus pada buku bacaanya. Lembar demi lembar ia perhatikan dengan seksama, memastikan tak ada tulisan yang terlewat dari indra penglihatannya. Sedangkan tangan kanannya sibuk mengayun-ayunkan tongkat sihirnya, mengikuti gerakan yang tertulis dalam buku tersebut.

"Anapneo... Episkey.... Ossio Dispersimus.... Vulnera Sanentur," gumam Veena pelan seakan tengah berbisik. Buku tebal yang tergeletak di atas meja belajarnya itu adalah buku yang berisikan Healing Spell, kumpulan mantra sihir yang berguna untuk menyembuhkan luka ringan maupun serius.

Belakangan ini waktu kosong Veena selalu digunakan untuk mempelajari sihir tersebut, ia tak tahu alasan dan motivasi yang mendadak muncul dalam dirinya. Namun yang pasti, Veena merasa suatu hari kelak ia akan sangat membutuhkannya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar, sehingga membuat Veena terpaksa menghentikan kegiatannya, "Masuklah!" tuturnya lembut mempersilahkan masuk.

"NONA VEENA! NONA VEENA!!" Teriak Gloomy si peri rumah yang memiliki wajah sendu dengan tatapan panik di matanya, "Lihatlah! Lihat! Berita di Daily Prophet ini akan mengejutkanmu!" Ujarnya seraya memberikan segulung kertas

"Tenanglah Gloomy, memangnya ada ap–"

Ucapan Veena lantas berhenti saat melihat headline yang tertulis di halaman utama Daily Prophet. Disana tertulis 'Pertandingan Triwizard Memakan Korban Jiwa'

Dengan cepat ia membaca keseluruhan berita yang tertulis disana, dan matanya kembali terbelalak saat mendapati nama korban yang tertera di sana.

"Ce–cedric Diggory?" Tangan Veena refleks menutup mulutnya tak percaya. Dia sangat yakin pria berdarah Hufflepuff itu bukanlah orang yang dapat terluka dengan mudah, dia cukup kuat untuk disandingkan dengan Harry, "Tapi bagaimana bisa?"

Veena kembali fokus membaca koran Daily Prophet yang berada di genggamannya, kedua matanya bergerak sangat cepat melihat jajaran kalimat yang perlahan membuatnya berkeringat dingin, "Voldemort telah kembali?"

Gloomy memainkan ibu jarinya sambil menatap gelisah kepada Veena,  "Nona Veena... Gloomy mendengar kabar dari Dobby, tadi pagi kediaman Mr. Lucius didatangi orang-orang dari Kementrian Sihir."

"Kementrian Sihir? Untuk apa mereka pergi ke kediaman mereka?!"

Gloomy sedikit bergidik saat majikannya itu perlahan meninggakan suara, "Um.... ini karna Mr. Potter, Ia mengatakan dalam wawancaranya bersama Daily Prophet. Bahwa..... Anu... Itu," Gloomy kembali menunduk sembari memainkan jemarinya, "bahwa.... Mr. Lucius memiliki sangkut paut dalam kebangkitan Dark Lord."

"Lalu? Apa yang mereka lakukan padanya?!" tanya Veena yang semakin gelisah.

"Mereka membawa Mr. Lucius untuk diinterogasi dan menindak lanjuti kasus ini di kejaksaan sihir." Jelas Gloomy dengan suara yang semakin menciut.

Hhhaaa...

Helaan nafas yang panjang memperlihatkan dengan jelas bahwa kini beban pikiran gadis itu bertambah satu. Ia tak menyangka Mr. Lucius dapat tertangkap secepat ini. Veena tak menepis dakwaan yang diungkapkan Harry.

Karena kenyataanya kepala keluarga Malfoy itu memang kaki tangan dari Dark Lord itu sendiri.

"Lalu Draco? Bagaimana dengan Draco?" Lirihnya sembari memijat kepalanya yang terasa ingin pecah.

Gloomy menggeleng lemah bersama wajah yang sendu, "Gloomy tak tahu, Nona. Namun kemungkinan besar, ia ikut menghadiri persidangan ayahnya."

Tak sadar Veena menggigit kuku ibu jarinya yang biasa dirinya lakukan disaat cemas, "Kuharap Draco baik-baik saja." tuturnya pelan.

"Ah! Nona Veena!" Gloomy tersentak saat mendapati jari tuannya itu mulai mengeluarkan cairan merah, "Grandma sudah bilang jangan lakukan kebiasaan itu!" Tegasnya seraya menarik tangan kanan Veena.

"Oh?" Ia pun melirik ibu jarinya, "...ahahah, nampaknya aku berdarah lagi." Veena tertawa kaku seakan melihat darah sudah menjadi biasa bagi dirinya.

***
DRACO MALFOY POV

Libur di awal tahun kali ini benar-benar kacau. Aku tak mengira Kementrian Sihir akan sangat cepat menindak lanjuti kasus ini.

Terkutuklah si brengsek Potter yang mengungkapkan penyaksiannya dalam koran harian yang cukup meresahakan. Dia mengaku bahwa Father ikut andil dalam penyerangan pada Cedric Diggory, juga membantu dalam proses kebangkitan Dark Lord.

Dan terimakasih berkat pamor Daily Prophet, berita hangat itu seketika meluas bak sebuah api yang menjalar di ladang jagung. Sehingga membuat kediaman kami dikepung oleh kementrian sihir di pagi buta.

"Draco, kau yakin bisa pergi ke kejaksaan sihir seorang diri?" Suara yang lemah dibaluti rasa khawatir itu kembali keluar dari mulut Mother. Entah sudah kesekian kali ia menanyakan hal itu.

Father kini tengah diinterogasi di kejaksaan, dan aku sebagai anak semata wayangnya harus datang menghadiri persidangan tersebut, sebagai perwakilan dari keluarga Malfoy.

Ku raih tangannya dan mengelusnya pelan, "Tidak perlu cemas, Mother. Aku bisa mengatasi ini seorang diri. Mother fokus saja dengan pertemuan bersama Death Eater." tuturku berusaha menenangkannya.

"Pertemuan kali ini pasti akan membahas suatu rencana yang besar. Kau harus menyiapkan dirimu, Draco."

Ya, Aku sudah tahu betul akan hal itu. Keluargaku ini memiliki kontrak yang sangat sakral dengan Dark Lord, hingga membuat kami dipercaya untuk menjadi tangan kananya, dan jika sesuatu terjadi kepada Father, itu artinya aku harus siap menjadi penggantinya.

"Kau tak perlu khawatir, Mother. Aku sudah beranjak dewasa, sekarang aku siap untuk mengemban tugas darinya." Balasku yang justru membuat raut mukanya semakin sedih.

"Draco, sampai kapanpun kau selalu terlihat seperti bayi dimataku. Membuatmu terlibat di sisi gelap ini membuatku merasa bersalah." Tangannya yang hangat itu mulai mengelus pipiku dengan tatapan yang penuh rasa khawatir.

"Tidak apa, Mother. Ini sudah menjadi takdirku," ku genggam tangannya lalu menarik nafas dalam-dalam, "Kalau begitu aku berangkat."

***

Setelah melalui seluruh proses di kejaksaan. Hasil persidangan pun memutuskan bahwa Father dinyatakan bersalah.

Dengan kekuatan sihir yang secepat kilat, berita itu lantas muncul di segala koran keluaran terbaru. Sehingga untuk pertama kalinya, aku yang memiliki marga Malfoy merasa malu.

Semua sorot mata memandangku dengan tatapan curiga. Cahaya lampu dari kamera para wartawan seolah-olah tak ingin membuatku lolos begitu saja.

Tapi percuma saja, seberapa keras pun usaha mereka, aku hanya akan memberikan tatapan datar dan menutup mulut akan kejadian ini.

"Jika aku pulang sekarang pasti wartawan dan jurnalis menyebalkan itu akan berekerumun di depan rumah," Gumamku berbicara seorang diri di depan gerbang teleport, "Lebih baik aku pergi ke tempat lain saja."

Sihir teleport pun seketika mengantarku kesebuah rumah yang dikelilingi tanaman yang masih layu karena tertutup salju.

"Hhaa... Sepertinya aku benar-benar gila." Gusarku sembari mengacak rambut. Mengapa diantara sekian tempat, aku malah berpikir untuk mengunjungi rumah Veena?

Ku menghela nafas yang panjang, lalu membulatkan tekad untuk melangkah lebih dekat ke pintu utama. Ku raih tombol bel berwarna putih, dan suara gemerincing pun memenuhi rumah tersebut.

"Sebentar..." Balas seseorang dari balik sana, aku bisa mengenal dengan jelas suara tersebut.

Clek

Suara pintu pun terbuka, yang menampilkan seorang gadis cantik yang kurindukan, "Oh?! Draco?" Ucapnya terkesiap. Bahkan dalam ekspresi bagaimana pun dia tetap terlihat manis.

"Hai, Veena. Sudah lama tidak bertemu." Andai aku bisa lebih jujur dengan perasaanku, di saat ini aku sangat ingin memelukmu.

TO BE CONTINUE



Continue Reading

You'll Also Like

91.1K 12.8K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
122K 1K 6
isinya jimin dan kelakuan gilanya
48.8K 5.3K 20
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
1M 61.9K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...