utopia (segera terbit)

Av tinvthinks

5.7M 964K 181K

"Tunggu, jadi gue satu-satunya cewek di kelas ini?" Singkatnya, Dara si anak emas sekolah akan menduduki kela... Mer

START
01 || Perkenalan
02 || Bu Puspa
03 || Ketua Kelas
04 || Tanggung Jawab
05 || Kasus Alfa
06 || Alasan Dara
07 || Kasus Alfa (2)
08 || Kebiasaan
09 || Pembenci Topeng
10 || Tiny Cafe
11 || Kelas Unggulan
12 || Fake Friend
13 || Pak Rizky (Fucek)
14 || Hukuman (1)
15 || Hukuman (2)
16 || Hukuman (3)
17 || Kekesalan Kio
18 || Mabar, Kuy!
19 || Pasangan Kelima?
20 || Foto Polaroid
21 || Ikutan Bolos
22 || Good Day
23 || Haje Demen Sempak Kakak?
24 || Pengurus Kelas
25 || Asep dan Alerginya
26 || Tawuran
27 || Penyelesaian Masalah
28 || Percobaan Mengontrol Diri
29 || Petasan Bom Farzan
30 || Ketahuan, deh
31 || Diskriminasi Nilai
32 || Alfa, Cowok dengan Luka
33 || Perihal Plester
34 || Confess
35 || Si Tengil
36 || Kata Kio
37 || Kemeja Dio
38 || Jadi ini Mahardika
39 || Asep Anak Polos Rupanya
40 || Misi Dara
41 || FesGa
42 || Perkelahian yang Terulang Kembali
43 || Lagi-lagi IPA 2
44 || Di Luar Ekspektasi
45 || Kenyataan yang Menyakitkan
46 || Cerita di TPU
47 || Akhirnya Jalan Keluar
49 || Ada Apa Sebenarnya?
50 || Konsep IPS 5
51 || Penampilan IPS 5
52 || Sebenarnya, Ini Ersya
53 || Siapa itu Kevin?
54 || Family Problem
55 || Tolong, ya?
56 || "Secepatnya."
57 || Kejutan Tak Terduga
58 || Keputusan Akhir Pak Tegar
59 || Obrolan dengan Kevin
60 || Akhirnya
61 || Terungkap Sudah

48 || Lega dan Bebas

78.2K 15.2K 3.8K
Av tinvthinks

Keadaan ruangan kepala sekolah senyap, hanya terdengar suara rekaman dari komputer kepala sekolah. Mereka semua fokus melihat ke arah video tersebut, kecuali IPA 2 yang terlihat gugup. Dara meliriknya dan tersenyum miring, mungkin mereka takut kedoknya sebentar lagi akan terbongkar.

Pak Jeno menghela napas berat. Beliau sudah melihat video tersebut dengan saksama dan menyatakan bahwa apa yang dikatakan oleh anak kelas IPS 5 benar adanya. Beliau menatap Dio dengan bangga, tidak menyangka cowok itu benar-benar serius dengan perkataannya kemarin.

"Ada satu lagi, Pak. Masalah Ersya yang dipukuli. Kita udah ke ruangan CCTV buat copy video-nya," ucap Dara menyodorkan ponselnya membuat Pak Jeno menatapnya kaget.

"Kok kalian...?"

"Maaf, Pak. Saya yang kasih tau," sahut Jesa perlahan maju ke depan dengan kepala menunduk. "Kalo Bapak gak mau saya jadi anggota OSIS, saya siap mundur, Pak. Soalnya saya gak tahan, ini emang gak adil."

Pak Jeno lagi-lagi menghela napas berat sembari memijit pelipisnya. Merasa pusing dan lelah dengan kelakuan anak-anak sekolahnya. Beliau kemudian melihat ke arah video yang ada di ponsel Dara. Dan ternyata memang benar, IPA 2 lah yang berbuat ulah duluan.

"Buat kalian. Bapak minta maaf, Bapak akui kesalahan Bapak. Tapi kalian masih tetap salah. Kalian berantem di area sekolah, rame-rame pula," ungkap Pak Jeno. "Hukuman skorsing kalian akan Bapak anggap gak ada, tapi kalian tetap dihukum dengan membersihkan area samping sekolah. Tempat kalian ngelakuin kesalahan."

Pak Jeno berdiri dan melangkah tepat ke depan anak IPA 2 yang menunduk takut karena kelakuan kotor mereka terbongkar. "Buat kalian, Bapak putuskan kalian di-skors," IPA 2 lantas mendongak tak percaya, "dua minggu."

"Pak! Jangan gitu dong! Masa' dua minggu?!" protes Eja tidak terima dengan hukuman yang diberi.

"Kasih keringanan dikit dong, Pak. Salah kita kan gak banyak juga," timpal salah satu temannya lagi.

"Loh? Kalian udah memfitnah orang lain, berbuat curang dan menghancurkan citra Festival Olahraga yang selalu sportif, berbuat onar pada orang yang tidak bersalah. Dan yang terakhir, playing victim. Menurut kalian harusnya seberapa berat hukuman kalian?' terang Pak Jeno dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Heh, kutu kupret. Kelakuan lo pada belom sepadan sama hukuman yang dikasih sama Pak Jeno, ye. Udah nyebar hoax, bikin kita ribet lagi. Untung kagak gue sentil noh bibir lo pada sekarang. Kalo gue sentil, abis bibir lo monyong-monyong bengkak melebihi Repan," omel Ardi tiba-tiba yang ditanggapi dengan geplakan di belakang leher oleh Revan yang sedari tadi hanya diam.

"Bener!" sahut Andra di sampingnya. "Kita hampir kena cincang gara-gara kelakuan lo pada. Dikasih hukuman yang ringan malah ngeluh. Kan enak, ngadem di rumah," cowok mengacungkan kedua jempolnya seraya tersenyum mengejek.

"Ah elah, ini duo orang stres napa gak bisa diem, sih," gerutu Ersya yang didengar oleh Dara.

"Biarin aja, Sya. Daripada mereka tertekan gara-gara diem mulu," sahut Dara tertawa kecil.

Pak Jeno mengibaskan tangan, memilih mengakhiri keributan ini. "Udah-udah, ini ruangan Bapak. Gak usah macam-macam kalian." Beliau menatap anak IPA 2 yang masih kesal dengan keputusannya, dan juga kelakuan IPS 5. "Kalian minta maaf sama mereka. Bapak gak peduli mau kalian tulus apa gak, yang penting kalian emang pantes minta maaf."

Eja dan teman-temannya lantas menggerutu kesal. Melengos pelan, si ketua kelas menyodorkan tangannya sembari memalingkan wajahnya. "Sorry."

"Ya. Kuy, cabut!" sahut Ardi singkat mengabaikan tangan Eja kemudian mengajak para temannya.

"Permisi, Pak! Hep e nais dey!"

***

"Jadi karena itu OSIS bisa nangkep anak-anak yang ngerokok di sana? Gila, pantesan gak ada yang mau nongki di sana lagi."

Jesa tersenyum tipis. "CCTV itu letaknya rahasia. Cuman kepala sekolah dan beberapa anak OSIS yang tau. Itu senjata OSIS yang paling kuat sejauh ini, jadi jangan bocorin ke siapa-siapa ya, Kak."

Dara tersenyum sembari mengangguk meyakinkan Jesa. Suasana kelas mereka sangat lengang. Tidak ada guru yang masuk, karena hari ini mereka memutuskan untuk membolos. Ah, bisa dibilang tidak membolos, sih. Sebab mereka tidak akan menambah catatan ke buku masalah kelas. Mungkin bisa dibilang, mereka libur secara solo? Hukuman yang diberi oleh Pak Jeno tadi mereka putuskan untuk melaksanakannya besok.

"Gue udah bilang ke Pak Bambang kalo si Jesa masih sakit," kata Ersya melapor setelah kembali dari ruang guru. Ia memberi kabar pada wali kelas Jesa bahwa cewek itu masih sakit. Kalau-kalau beliau melihat salah satu siswi-nya itu tadi datang ke sekolah. Jadi Jesa tidak perlu lagi repot untuk mengonfirmasi.

"Lo tiduran aja," suruh Asep.

Jesa tersenyum tipis dengan wajah letihnya. "Gapapa, Kak."

Asep segera memalingkan wajahnya. Mendadak salah tingkah akibat senyum tipis itu. Wajar saja, ia belum pernah sedekat ini dengan cewek yang ia suka. Jadi ketika mendapat keadaan yang mendadak ini, ia jadi gampang salah tingkah.

"Alhamdulillah ketemu juga anak-anak Bapak yang minim akal ini."

Suara berat yang berasal dari ambang pintu itu mengalihkan atensi. Pak Tegar menghampiri dan duduk di meja guru, spot ternyaman bagi beliau.

"Bapak nganggur?" tanya Farzan iseng.

"Aing nganggur, Jan. Jam sekarang kan jam Bapak masuk kelas ini. Tapi Bapak kesepian, gelisah, galau, merana," jawab Pak Tegar sembari tersenyum haru yang dilebih-lebihkan.

"Alay, Pak," celetuk Alfa yang dihadiahi dengan lemparan penghapus papan tulis oleh Pak Tegar.

Pak Tegar bersedekap. "Masalahnya udah selesai? Maap Bapak gak bisa bantu apa-apa. Bapak lagi gak bisa bagi waktu antara kalian sama urusan Bapak."

Revan dan Dara yang paham hanya bisa terdiam. Memikirkan bagaimana susahnya Pak Tegar membagi waktunya antara merawat ibunya yang mendadak kritis dan mengajar para siswa-siswi di sekolah membuat mereka terhenyak.

Pak Tegar memang dikenal sebagai guru yang paling humble terhadap para murid, saking ramahnya membuat banyak orang berspekulasi bahwa beliau hanya bermain-main dengan pekerjaannya. Termasuk Pak Pon yang memainkan peran sebagai tokoh antagonis di hidup Pak Tegar. Tetapi beliau tidak mau ambil pusing. Walaupun terlihat cuek dan bodo amat, mereka tahu beliau sebenarnya peduli. Terlihat dari Pak Tegar yang menghampiri mereka hanya untuk memastikan keadaan anak-anaknya, padahal seharusnya kini beliau berada di rumah sakit karena mengambil cuti selama beberapa hari. Mereka tidak sengaja melihatnya di kolom mading khusus pemberitahuan tentang guru.

"Udah beres. Sans aja, Pak," jawab Dio tenang.

"Pak, belanjain minum dong," pinta Andra seenaknya. Ia mendongak, mengelus lehernya sembari mengelus, "Aus."

"Kalian sama Bapak juga miskinan Bapak. Harusnya kalian dong yang belanjain Bapak."

"Yang wali kelas siapa, Pak?"

"Ya Bapak."

"Ya udah."

Pak Tegar mengembuskan napas pelan sembari mengelus dada, dalam hati berdoa meminta pertolongan dari yang Maha Kuasa agar beliau bisa lebih tabah menghadapi cobaan ini.

"Itu siapa? Cewek siapa yang kalian bawa? Kok gak kenalin duluan sama Bapak?" cecar Pak Tegar begitu melihat Jesa yang dengan kikuk melambai sembari tersenyum kaku.

"Emang kalo dikenalin duluan, dia bakal mau sama Bapak?" tanya Alfa jahil.

"Loh? Bapak kan berduit."

"Yaelah, tadi aja ngaku lebih miskin," gerutu Ardi sembari mendelik pada si wali kelas.

"Miskin tapi berduit," sahut Pak Tegar sembari tersenyum bangga. "Oke, Bapak serius. Itu cewek siapa?"

"ASEP!"

Mereka serempak menjawab, kecuali Asep yang memelototi mereka satu persatu, terutama Dara yang diduga sebagai pelaku utama.

"Aduh, aduh! Sep, kamu punya cewek kok gak cemewew-cemewew dulu sama Bapak?"

Revan menaikkan sebelah alisnya dengan heran. "Cemewew-cemewew?"

"Konsultasi," jawab Pak Tegar kalem. Beliau menatap Jesa dengan ramah. "Bapak Pak Tegar, wali kelas IPS 5 yang isinya orang kurang waras. Kamu siapa, Nak?"

"Jesa, Pak," jawab Jesa pelan membuat mereka menatapnya prihatin.

"Lo beneran gapapa? Kalo sakit bilang, kita gak gigit," Dio memastikan keadaan cewek tersebut.

Jesa menggeleng pelan lagi, membantah pertanyaan tersebut. Tapi sayang, Asep tidak bisa menahan diri lagi.

"Gue anter Jesa pulang dulu. Kasian, ntar sakitnya makin parah." Asep berdiri sembari mengajak adik kelasnya itu untuk ikut dengannya. Dengan perlahan ia menopang tubuh tersebut keluar dari kursi. Walaupun sedikit lambat, ia tetap sabar menahan kedua pundak cewek itu.

"Alhamdulillah adegan uwu lagi."

"Alhamdulillah Bapak nyaksiinnya pas lagi jomlo."

"Alhamdulillah saya juga."

"Alhamdulillah lo pada kagak sendirian."

"Hati-hati, Sep!"

"Jangan oleng, ya, Sep! Tujuan lo nganter anak gadis balik! Bukan belok ke mana-mana buat pacaran!"

"Iya-iya!" sahut Asep pasrah ketika sudah di luar kelas.

Koridor terasa sepi, hanya terdengar suara para guru yang mengajar dan suara keributan samar berasal dari kelas yang dilanda jam kosong. Asep bersyukur, sebab dengan itu ia bisa dengan mudah menuntun Jesa menuju parkiran.

"Kak Yuda."

"Hm?"

"Kalo gue salah tanggap maafin, ya."

Asep menolehkan kepalanya sekilas dan berdeham. "Kenapa?"

"Gue belum punya perasaan yang sama kayak Kakak."

Asep menghentikan langkahnya. Memang harusnya ia sudah siap dengan situasi ini. Ia masih sadar diri. Tapi ternyata rasanya masih agak menyakitkan.

Jesa tersenyum tipis sembari menatap Asep. "Gue gak kenal lo, Kak. Cuman tau nama. Makanya gue belum suka sama lo. Di mata gue, lo cuman Kak Yuda si kakak kelas. Gak lebih dari itu."

Asep menghela napas pelan. "'Belum'?"

"Gak ada yang tau apa yang bakal terjadi nanti, Kak. Sekarang sama nanti bisa aja berbanding terbalik, atau bahkan masih tetap sama. Kita hidup cuman dengan harapan tanpa ada kepastian yang jelas."

Asep mengangguk paham. Ia menolehkan kepalanya lagi, menatap Jesa yang tersenyum. "Gue mungkin bakal ke sini pas udah lulus nanti. Jadi...," ia mengalihkan pandangannya di sekitar mencari-cari apa yang ia butuhkan dan mencabut bunga kertas berwarna merah muda ke-ungu-an, "..., balikin ke gue kalo hati lo udah berubah," kemudian ia meletakkan bunga tersebut ke telapak tangan Jesa.

"Sekarang, gue anter lo balik."

"Gue bisa sendiri, Kak."

"Diem, Jes. Terlepas dari perasaan gue, suka gak suka gue bakal tetep nganter lo balik. Jadi gak usah banyak omong lagi."

***

wow baper ga sih
puas ga sih,
soalnya kan ips5 tipe tipe manusia-manusia yg males ngatain org gt ges
tp y hobinya ngejulid gt

OIYA OIYA MAU NANYA DONG DAKU
kalo semisal, misalnya nih misal,
utopia terbit jadi buku, kalian minat ga sih? kalian mau beli ga sih?????? ak parno

y ak nanya aj y, tb tb kepikiran gt jadi kalian jangan php ok. bilangnya mau pas beneran terbit gapunya uang. hdeh hdeh hdeh

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

2.1M 104K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
569K 21.1K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
little ace Av 🐮🐺

Tonårsromaner

507K 40K 26
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
609K 63.7K 39
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...