utopia (segera terbit)

By tinvthinks

5.8M 969K 181K

"Tunggu, jadi gue satu-satunya cewek di kelas ini?" Singkatnya, Dara si anak emas sekolah akan menduduki kela... More

START
01 || Perkenalan
02 || Bu Puspa
03 || Ketua Kelas
04 || Tanggung Jawab
05 || Kasus Alfa
06 || Alasan Dara
07 || Kasus Alfa (2)
08 || Kebiasaan
09 || Pembenci Topeng
10 || Tiny Cafe
11 || Kelas Unggulan
12 || Fake Friend
13 || Pak Rizky (Fucek)
14 || Hukuman (1)
15 || Hukuman (2)
16 || Hukuman (3)
17 || Kekesalan Kio
18 || Mabar, Kuy!
19 || Pasangan Kelima?
20 || Foto Polaroid
21 || Ikutan Bolos
22 || Good Day
23 || Haje Demen Sempak Kakak?
24 || Pengurus Kelas
25 || Asep dan Alerginya
26 || Tawuran
27 || Penyelesaian Masalah
28 || Percobaan Mengontrol Diri
29 || Petasan Bom Farzan
30 || Ketahuan, deh
31 || Diskriminasi Nilai
32 || Alfa, Cowok dengan Luka
33 || Perihal Plester
34 || Confess
35 || Si Tengil
36 || Kata Kio
37 || Kemeja Dio
38 || Jadi ini Mahardika
39 || Asep Anak Polos Rupanya
40 || Misi Dara
41 || FesGa
42 || Perkelahian yang Terulang Kembali
43 || Lagi-lagi IPA 2
44 || Di Luar Ekspektasi
45 || Kenyataan yang Menyakitkan
46 || Cerita di TPU
48 || Lega dan Bebas
49 || Ada Apa Sebenarnya?
50 || Konsep IPS 5
51 || Penampilan IPS 5
52 || Sebenarnya, Ini Ersya
53 || Siapa itu Kevin?
54 || Family Problem
55 || Tolong, ya?
56 || "Secepatnya."
57 || Kejutan Tak Terduga
58 || Keputusan Akhir Pak Tegar
59 || Obrolan dengan Kevin
60 || Akhirnya
61 || Terungkap Sudah

47 || Akhirnya Jalan Keluar

72.4K 14.7K 4.6K
By tinvthinks

Rumah dengan cat warna abu-abu dan pagar merah itu terlihat kontras dengan rumah lainnya yang rata-rata dicat warna terang. Dengan bantuan Asep kini mereka bisa ada tepat di depan rumah yang diyakini merupakan rumah Jesa, walaupun memakan waktu lumayan banyak karena mereka terus salah masuk gang.

"Jabatan Jesa di OSIS apaan?"

"Seksi dokumentasi," jawab Asep cepat dan segera melanjutkan ketika mereka menatapnya dengan jahil, "Gue pernah nyari tau dikit."

"Sep, lo panggil gih," suruh Ardi yang sudah duduk di pinggir jalan karena lelah.

"Masa' gue?"

"Ya jadi sape anying."

"Dara, lah."

Dara melongo heran seraya menunjuk dirinya sendiri tetapi kemudian ia menggeleng. "Jangan gue dong. Gue gak kenal banget sama Jesa. Lo aja deh, Sep," tolaknya dan kembali menunjuk Asep.

Dengan banyak pertimbangan akhirnya Asep mengalah. Ia maju selangkah, membuka mulutnya hendak memanggil tetapi kemudian kembali terkatup. Diam sejenak, kembali membuka mulut tetapi akhirnya terkatup lagi. Begitu terus sampai akhirnya Farzan bosan dan memilih untuk melakukannya duluan,

"ASSALAMUALAIKUM! JESAAA! OH, JESAAA!"

"Rumah nih takde orang!"

Ersya lantas menoyor kepala Ardi yang seenaknya menyahut. "Bukan lo yang dipanggil bego. Waras dikit dong."

"Oke, Ca."

Hening beberapa saat sejenak, tidak ada yang keluar dari rumah tersebut. Dara mengernyit heran dan ikut memanggil lagi,

"PERMISI!"

"JESA BUKA DONG ATAU GAK KITA GEBREK NIH?" Ardi membuka suara yang langsung dihadiahi tamparan di leher oleh Alfa.

"Eh, tunggu!" sela Dara membuat semuanya mengalihkan pandangan ke arah ketua kelas tersebut. "Sekarang 'kan masih hari sekolah. Jesa sekolah dong?"

Penyataan itu membuat mereka semua bungkam sembari menatap ke arah rumah dengan cat warna abu-abu tersebut. Dara menghela napas, ia kira prosesnya akan berlangsung dengan cepat. Ternyata tidak juga.

"Sep, lo gak punya nomor---"

"Iya?!"

Sahutan keras itu mengalihkan pandangan mereka semua. Suara itu bukan dari rumah abu-abu yang mereka kira sebagai rumah Jesa, melainkan dari rumah bercat kuning dengan pagar hitam. Setelah menggeser posisi sedikit, kini mereka mendapati Jesa yang menatap mereka kebingungan.

Andra melongo seraya menunjuk Jesa dan rumah cat abu-abu tadi secara bergantian. Mereka semua diam melongo seraya mencerna kejadian apa yang baru saja terjadi. "Kok lo di situ? Rumah lo kan di sana...?"

"Maksudnya, Kak?" tanya Jesa heran.

Tepat sebelum Dara kembali membuka mulutnya, mereka mendengar pintu dari rumah cat abu-abu itu bergerak seperti ada yang hendak membukanya dari dalam. Hal itu membuat mereka semua bergerak was-was.

"KAK, MASUK CEPAT KE SINI!" suruh Jesa cepat dan secara serempak dengan raut wajah panik mereka semua segera berhambur pergi ke rumah Jesa. Setelah memastikan semuanya ada, si pemilik rumah langsung menutup rumahnya.

Hening sejenak, beberapa saat kemudian mereka mendengar seruan yang lebih ke ancaman.

"ORANG ISENG LAGI... ORANG ISENG LAGI! GAK ADA HABIS-HABISNYE, YE! AYE CINCANG BADAN LU PADE, AWAS AJE!"

Teriakan itu membuat mereka menahan napas, suasana tegang menyergap. Dengan perlahan Jesa bergerak ke luar untuk mengintip, ternyata sudah aman. Si tetangga yang tampaknya galak itu sudah kembali masuk ke rumah.

"Udah aman, Kak."

Embusan napas keras terdengar. Mereka semua akhirnya lega karena si pemilik rumah cat abu-abu itu sudah masuk kembali ke rumahnya. Untungnya mereka tidak sampai ketahuan.

"Ya Allah, salah rumah," keluh Ardi kemudian menggeplak bagian belakang leher Asep. "Sesat nih!"

"Alamat palsu," desis Revan lagi.

"Ke sana ke mari, membawa alamat," secara spontan Farzan bersenandung sembari bergoyang sedikit membuat Ardi dan Ersya menyahut,

"Asek-asek, jos!"

Jesa terkekeh pelan kemudian menunjuk sofa yang ada di ruang tamunya. "Duduk dulu, Kak."

Mereka semua akhirnya duduk setelah dipersilahkan oleh Jesa. Cewek itu ikut duduk dan menatap mereka semua. "Kenapa, Kak?"

"Lo kenapa gak sekolah?" tanya Asep membuat mereka menatapnya tak percaya, kecuali Jesa yang malah kebingungan.

"Gue sakit, jadinya---"

"Kok bisa?"

Andra berdecak kagum sembari merangkul cowok paras bule tersebut. "Wih, mau gas nih, Sep?"

"Sstt, diem!" desis Dara pada Andra setelah melihat Jesa yang kebingungan.

Cewek itu memang terlihat kurang sehat. Wajah pucat dan tubuh yang dibungkus oleh pakaian tebal membuktikan hal itu. Belum lagi raut yang lesu dan penuh dengan keringat dingin. Sepertinya ia terserang demam.

"Gue kecapekan pas FesGa kemarin, Kak. Jadinya sakit---"

"Kenapa bisa? Kan ada waktu istirahat," sosor Asep lagi dengan raut wajah datar, tetapi kentara sekali bahwa cowok itu cemas dengan keadaan Jesa.

"Tudep aja dulu, Sep. PDKT-nya tunda dulu. Laper nih perut gue udah ber-sangkakala," sela Ardi tidak sabaran sembari mengelus perutnya yang keroncongan.

Asep mengembuskan napas pelan dan melirik Dara, meminta cewek itu mengambil alih.

"Lo seksi dokumentasi OSIS, kan, Jes? Boleh minta apa yang lo rekam pas FesGa gak?" tanya Dara seraya merengsek mendekat pada Jesa.

Adik kelasnya itu mengernyit bingung. Dengan rasa tidak enak ia menjawab, "Tapi itu cuman anak OSIS yang boleh liat."

"Kita butuh banget, Jes. Bentar doang, cuman mau mastiin sesuatu," sahut Ersya mencoba membantu Dara. Ia juga bertukar posisi dengan Farzan, membuat cowok itu menggerutu sesaat. "Gak lama."

Jesa mengaitkan kedua tangannya dan memainkan jari-jarinya. Ia tidak tahu harus apa, di satu sisi hal itu memang hanya boleh dilihat anggota OSIS, ya walaupun nanti akan diposting di akun media sosial sekolah setelah diedit sana-sini.

"Lo tau kan sebenernya IPA 2 curang?" tanya Dio kemudian.

Jesa menggelengkan kepalanya. "Gue gak tau. Gue gak tau apa-apa tentang takraw atau olahraga, Kak."

"Bolanya kena tangan gak?"

"Ituu lo liat kan si jamet megang jaring? Liat dong, masa gak liat."

"Sama satu lagi, lo liat kan ada yang nginjak garis tengah?"

Jesa mengerjapkan matanya karena bingung harus mengatakan apa. Rentetan pertanyaan itu membuatnya mendadak linglung tidak tahu harus apa. Dengan raut wajah bingung ia kembali bertanya, "Eum, apa kak...?"

Ketiga orang yang tadi langsung bertanya serempak menepuk dahi masing-masing. Mereka tidak mengira ternyata Jesa se-lemot ini.

"OHH! GUE PAHAM!" seru Jesa tiba-tiba membuat Farzan tersentak. "Iya gue liat. Kecuali yang garis tengah. Gue gak liat itu. Tapi video-nya mungkin ngerekam itu."

"Ya, udah. Mana videonya?" tanya Dara senang karena merasa Jesa sudah membuka peluang bagi kelasnya.

"Di sekolah."

"OKE! LET'S GO!" seru Ardi bersemangat kemudian melangkah hendak pergi tetapi dengan cepat Andra menarik celana cowok itu dan menyuruhnya kembali duduk.

"Jangan tarik celana gue anying. Tar melorot gimana?"

"Udah keliatan BTW. Kuning. Gambar Patrick, ya?" balas Andra tanpa dosa.

"Patrick tuh pink goblok."

"Lah? Kemaren gue liat di tempat penjual kolor, ada tuh kolor pink gambar Patrick."

"Tolol," sela Ersya langsung menutup mulut Ardi yang hendak menyahut. Ia lalu melihat ke arah Dara yang melongo kebingungan dan memintanya untuk lanjut.

"Tapi satu lagi," ucap Dara mengalihkan pandangannya ke para teman sekelasnya. "Soal Ersya."

Mereka semua diam, memikirkan jalan keluar untuk permasalahan itu. Sedari tadi mereka hanya berpikir tentang masalah FesGa tanpa mengingat kejadian yang terkait dengan Ersya itu.

"Emang kalian berantemnya di mana, Kak?"

Alfa menaikkan sebelah alisnya menatap Jesa, "Lo tau?"

"Anak PB mana sih yang gak tau," jawab Jesa. "Di mana, Kak?"

"Samping sekolah. Dekat warung."

"Eh?" reflek Jesa. "Di situ kan ada CCTV."

"HAH?"

***

Walaupun tidak enak badan, Jesa memutuskan untuk ikut ke sekolah. Ia ingin membantu Dara dan teman-temannya karena tahu bahwa hal ini sangat tidak adil. Ia terima apapun resikonya, entah itu dikeluarkan oleh OSIS ataupun yang lain. Kini kakinya melangkah menuju ruangan OSIS untuk mendapatkan video yang kemarin direkam.

Sembari menunggu Jesa menyelesaikan tugasnya, IPS 5 memutuskan untuk berkunjung sebentar ke kelas IPA 2. Sedikit menyapa sebelum melihat mereka merasakan apa yang seharusnya.

Cibiran dan bisikan terdengar sepanjang lorong. Seisi sekolah benar-benar menjadikan hal ini sebagai bahan gosip. Tapi ia tidak peduli lagi, perkataan mereka tidak jauh beda dengan sampah.

"Wih, wih!" ujar Eja heboh ketika Dara dan yang lainnya sudah tepat di ambang pintu. "Kan diskors, kok malah dateng ke sekolah? Mau caper apa gimana?"

Hinaan yang agak keras itu mengundang semua mata melihat mereka. Orang-orang berhenti melangkah dan malah menyaksikan mereka. Mungkin untuk mencari bahan gosip yang asik, atau hanya sekadar untuk hiburan.

"Gue baru sadar anying," celetuk Ardi. "Mulut lo kek mulut cewek."

Eja terkekeh sinis menanggapi hal itu. Ia menghampiri dan menatap mereka remeh. "Jalan buat keluar sekolah bukan di sini kali."

"Oiya lupa. Di sini kan tempat pembuangan sampah," balas Andra dengan wajah polos yang menyebalkan di mata Eja.

"Mau apa lo?"

"Lo kenapa, sih, sampe segitunya? Pake bayar wasit segala biar bisa menang. Sebar fitnah sana-sini," papar Dara kemudian ia melangkah maju. Melihat Eja dengan tatapan sengit. "Lo cupu banget tau gak?"

"Lo ngomong itu pake bukti gak, Ra? Kalo enggak kan sama aja lo nge-fitnah gue sama temen-temen gue," balas Eja dengan wajah yang menyebalkan.

Dara terkekeh sinis lalu menunjuk dada Eja, berusaha mengintimidasi. "Lo kira kita bakal kalah sama kalian? Emang kita kayak kalian? Cupu."

"Dara! Jangan seenaknya dong ngatain kelas kita cupu!" entah darimana tiba-tiba saja muncul cewek dari belakang Eja. Cewek itu bersedekap dan terang-terangan menatap Dara tidak suka. "Mentang-mentang kelas lo isinya cowok ganteng semua, lo jadi sesukanya gitu? Gak dewasa banget tingkah lo, Ra."

"Dewasa itu kalau berani ngakuin kesalahannya dan minta maaf dengan tulus. Bukan malah berlagak sok padahal aslinya lembek. Lucu banget, udah tau salah bukannya nyesel malah ngelunjak," ungkap Dara tenang tanpa ada maksud memancing keributan.

Ia kemudian melihat ke arah cewek tadi. Cewek itu masih bersikap seperti tadi. "Gak usah ngatain gue. Ngaca dulu, pantas gak lo kayak gitu? Gak usah banyak gaya, lo bukan siapa-siapa gue dan gak punya hak apapun buat ngukur kedewasaan gue."

Teman-temannya kompak tersenyum puas mendengar hal tersebut. Mereka berhasil. Tidak salah juga mereka mengajarkan bagaimana bersikap tegas, berani, dan sedikit bar-bar. Dara selama ini memang cewek yang pemberani, tetapi kadang perkataannya masih terlalu halus. Setidaknya bagi mereka.

Eja mendengkus sebal, melihat Dara dengan tajam. Kentara sekali wajahnya tengah menahan emosi. "Mending lo sama temen-temen lo pergi. Gue muak liat kalian."

"Yang seharusnya muak itu kita. Lo gak pantes muak sama kelakuan lo sendiri," desis Dara lagi.

"Gue gak bakal segan buat mukul orang yang mancing gue, Ra. Termasuk lo."

"Eitss, hadepin kita dulu."

Serempak mereka maju ke depan, melindungi posisi Dara yang entah bagaimana bisa ada di tengah dengan Dio tepat di depannya. Kalau menyangkut hal ini, sudah sepantasnya menjadi urusan anak cowok.

Dio tersenyum dan menepuk pundak Eja. Dengan wajah ramah ia berbicara, "Kita juga gak bakal segan nambah luka di muka orang yang berani nyentuh 'punya' kita, Bro."

Dara melihat sepertinya akan ada perkelahian lagi. Dengan itu ia cepat-cepat bertukar posisi lagi dengan Dio. Masa' baru kelar satu masalah, mau nambah satu masalah lagi? Ia tidak mau.

"Kita mau kalian ikut ke ruangan Pak Kepsek. Biar masalahnya selesai dengan adil."

"Kalian siapa nyuruh-nyuruh kita?"

"Orang-orang yang bikin kalian iri," jawab Dara cepat tanpa ragu, membuat Eja mematung seketika. "Bener, kan? Orang iri biasanya suka ngelakuin sesuatu yang kotor buat jatuhin rivalnya."

Eja diam. Dari luar memang sepertinya cowok itu terlihat santai, tapi Dara tahu sebenarnya cowok itu sedang tertekan. Entahlah, ia tidak tahu seberapa kuat mental Eja. Yang pasti, perkataannya semua tadi memang benar adanya.

"Jesa udah dapet. Ayok," ajak Ersya kemudian setelah mengecek notifikasi yang masuk ke ponselnya. Jesa sudah berhasil mendapatkan video-nya, walaupun harus berdebat dulu dengan rekan seksi dokumentasi lainnya. Adik kelasnya itu menyuruh mereka menghampirinya karena merasa tidak kuat untuk berjalan lagi ke ruangan kepala sekolah.

"Kalo lo gak mau dibilang pengecut, ikut kita."

***

yang bilang ngegantung kayak hubungan gue, deketan sini biar enak bekepnya ^^

baiklah, aku sedang berbaik hati. ketik emot favorit doi atau crush kalian untuk double update.

oiya lupa kalian jomlo 🥰🥰
untung aku ada kak jaemin 🥰🥰

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 98.3K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.7M 237K 38
Tidak ada yang bisa menebak sifat Drystan sebenarnya. Cowok itu ... terlalu hebat berkamuflase. Drystan bisa bijaksana, galak, manja dalam satu waktu...
2.4M 132K 29
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
393K 27.9K 26
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...