Langit Antarex

By Ulyayani0504

3.2K 1.1K 1K

Tawuran?apa yg bisa kalian bayangin klo denger kata itu.Pastilah tindakan bodoh cowok cowok brandalan.Ya,disi... More

1.Tawuran
2.Rahasia
3.Perselisihan
5.Pertandingan
6.Di comblangin
7.Sebuah Rindu
8. Lab IPA
10. Cinta
11. Cemburu
12. Ada apa?
13. Raka?
14. Dia
15. Gila
16. Senja with El
17. Then Tawuran
18. Deep Wound
19. Next Ambition
20. Antara Lelah dan Pasrah
21. Dear Rindu
22. Unconscious
23. Entah ini rasa atau kecewa
24. Pasar Malam
25. Rasa Nyaman
26. Friends
27. Serangan
28. The other side
29. When reluctant to switch
30. Masalah ( Satu )
31. Masalah ( Dua )
32. Controversy
33. Tragedi Jembatan
34. Can be solved

9. That night

114 62 42
By Ulyayani0504

Happy Reading🥰

Flash back......

Langit sedang asyik memainkan gitar kesayangannya. Cowok berusia sekitar sepuluh tahun itu nampak sangat fokus dengan gitarnya sampai tidak mendengar ada seorang gadis memanggilnya.

"Lang....Lang....!!" Panggil gadis itu garang.

Langit tak menoleh. Mendengar pun mungkin tak dilakukan cowok itu. Gadis itu mengerucutkan bibirnya karena kesal dengan sikap tidak perduli Langit. Langit selalu melupakan apa saja demi memainkan gitar kesayangannya. Tentunya termasuk dirinya.

"Langit!!" Panggil gadis itu sekali lagi. Namun masih tak ada pergerakan dari cowok itu.

Gadis itu geram lantas merampas gitar yang ada di pangkuan Langit. Langit tersentak kala mendapati gadis itu meraih gitarnya dengan bibir mencibir.

"Apa sayang?" Tanya Langit.

"Kamu kalau di panggil apa gak denger sih? Budak!!" Gerutu seseorang yang di panggil sayang itu.

"Sayang gak usah marah dong." Kata Langit sambil menyentil hidung mancung gadis itu.

"Ih paan tuh sayang sayang kan kita masih sd. Gak boleh gitu. Ntar dimarahin papa mu lagi."

"Kan love artinya sayang. Emang kenapa kalau kita masih kecil? Gak boleh?"

"Panggil love aja. Kan lebih gimana gitu. Hehee."

"Love!!" Panggil Langit sambil memegangi tangan Love.

Love terkesiap,matanya sibuk meneliti sorot mata Langit yang benar benar teduh. Bagi Love Langit sangatlah dewasa dan menyenangkan. Hal itulah yang membuat dirinya mengagumi sosok anak laki laki di depannya.

"Langit bakal selalu ada buat Love. Apapun yang terjadi. Love janji kan bakal jaga persahabatan ini?"

Love mengangguk pasti dan tersenyum manis sangat manis. Langit menanggalkan jari kelingkingnya berharap Love mau meraihnya.

"Love janji bakal jaga persahabatan ini." Kata love sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Langit yang menandakan ia berjanji.

Langit tersenyum senang bahkan sangat bahagia. Kemudian memeluk tubuh Love dengan sangat bahagia. Ia hanya berharap Tuhan mau menjaga persahabatan mereka sampai kapanpun.

Back reality....

"Langit!!" Panggil mamanya membuat dirinya kaget dan tersadar dari lamunannya.

"I...iya ma." Sahut Langit sedikit gelagapan.

"Kok bengong. Cepetan!! Udah di tunggu papa kamu tuh di mobil." Kata mamanya lagi.

"Oke ma. Bentar Langit mau ambil kunci motor."

"Loh kok naik motor? Gak bareng mama aja?"

"Nggak ma, Langit naik motor aja."

"Yaudah buruan sana. Ntar telat."

"Oke ma."

Langit beranjak dari duduknya beralih masuk ke kamarnya untuk mengambil kunci motor. Ia memang tidak ingin pergi ke acara ultah mamanya Chaca bersama papa nya. Bisa bisa ia akan di dekat dekat kan dengan Chaca bila bersama papanya. Langit benci hal itu.

##

Langit memarkirkan motornya di parkiran yang sudah di sediakan di rumah Pak Dharma,ayah Chaca. Di rumah besar milik keluarga pak Dharma pasti sudah ramai sekarang terbukti parkiran sekarang sudah penuh bahkan Langit sempat susah mencari tempat untuk memarkirkan motornya.

"Langit sini!!" Panggil Chaca yang sudah berdiri tak jauh dari tempat Langit memarkirkan motornya.

Langit mendengus pelan lantas menghampiri Chaca yang kini tengah mengenakan dress merah maron selutut dengan setelan sepatu yang senada.

"Ayo masuk!" Ajak Chaca sembari menggandeng tangan Langit.

Langit tak menolak karena ia memang tak bisa menolak. Ia mengikuti langkah Chaca memasuki rumah Chaca.

"Gue bareng temen temen gue aja." Kata Langit saat melihat teman temannya berdiri di pojok ruangan.

"Ohh gitu ya. Yaudah gak papa deh ntar gue nyusul kesana." Chaca mengalah. Karena memang setelah ini ia akan berkumpul bersama mama dan papanya untuk memulai acara.

"Wihhh,lo dateng juga Lang!!" Seru Risky histeris seolah olah kedatangan Langit adalah sebuah hal langka atau fenomena yang mengguncang dunia. Alata bukan?

"Ya mesti dateng lah. Pasti bokap dia yang maksa dateng. Kan lo tau sendiri Bokap Langit sama nenek lampir Chaca kan deket." Jawab Marshall agak kesal.

"Tuh cewek ganjen amat sih. Suka maksa maksa." Imbuh Devile mulai nyinyir.

"Udah nyinyirnya?" Tanya Alex agak sensi.

Devile,Risky,serta Marshall mengangguk. Sementara Langit dan Bima hanya mendengar percakapan teman temannya itu tanpa ingin ikut membahas persoalan yang dianggap mereka tidak penting itu.

"Kenapa lo Lex? Sensi amat!" Gerutu Risky.

Siapa yang tau kalau si Alex ini suka dengan Chaca. Namun ia tak berani mengatakan apapun tentang perasaannya ini kepada siapapun, walau dengan teman temannya sendiri. Ia sadar jika Chaca hanya mencintai Langit bahkan ia selalu mengejar ngejar Langit. Ya walau Langit tampak tak perduli dengan cinta Chaca tapi tetap saja Chaca tidak akan pernah suka dengannya.

"Udah laper lo?" Tanya Devile.

"Iya nih gue laper, kuy serbu tuh makanan di meja!!" Kata Alex berbohong menyembunyikan rasa yang ia berikan kepada Chaca.

"Ya Lo mah makan mulu pikirannya." sambar Marshall sambik terkekeh.

"Kirain lo sensi karna suka sama tuh mak lampir." Celetuk Risky berhasil membuat Alex batuk seketika.

"Kenapa lo?" Devile curiga.

"Kuy,buruan makan apa minim gitu tenggorokan gue kering nih bercanda mulu dari tadi." Sahut Alex akhirnya mengalihkan perhatian teman temannya dari dirinya.

"Yaudah. Ayo lah. SERBU!!! Teriak Devile seperti orang yang hendak perang saja. Ada ada saja. GAJE.

##

El memutuskan untuk pulang dari club malam dengan berjalan kaki. Hal itu dikarena ketiga temannya tak ikut bersamanya ke kelab malam ini. Jadilah dirinya jalan kaki. Motor yang biasa membawanya kemana saja harus rela ia jual demi pengobatan mamanya.

Di pertigaan jalan tiba tiba saja ada sebuah motor yang berhenti tepat di depannya. El sontak kaget bukan kepalang.

Seorang cowok berhelmet turun dari atas motor besar berwarna hitam yang baru saja menghadang El. Perlahan cowok itu membuka helm nya menampakkan satu wajah yang tak asing lagi bagi El. Itu Raka,ketua tawuran SMA Tripura, musuh besar SMA Bharada.

"Halo cantik." sapa Raka manis.

El menaikkan satu alisnya. Kenapa cowok itu tiba tiba ada di hadapannya?

"Ngapain lo ganggu gue?" kata El sinis.

"Udah malem sendirian aja!" goda Raka.

El memasang wajah jijik dalam menanggapi godaan Raka. Lalu membuang muka dan hendak beranjak pergi dari sini secepatnya.
Namun hal itu urung dilakukannya karena Raka menarik tangannya sebelum ia sempat pergi.

"Lepasin gue!!" Pekik El.

Raka tak melepas atau bergerak sedikit pun. Ia malah tertawa keras keras. El menaikkan alisnya sekali lagi apa cowok itu gila disuruh lepas malah tertawa.

"Lo waras??"

"Iya lah sayang, waras banget malah."

Sayang? Dih apa apaan nih. Sayang sayang pala lo peang. Ingatkan kepada Raka bahwa El jijik dengan segala kata yang keluar dari mulut Raka,termasuk panggilan sayang barusan.

"Sayang!!sayang!! Sayang jidat lo!" bentak El geram. Cowok itu ternyata lebih parah dari Risky yang terkenal alay.

"Ikut gue yuk sayang!"ajak Raka semakin menjadi.

El dapat mencium aroma alkohol dari mulut cowok itu saat ia menarik El untuk lebih dekat ke arahnya. El yakin Raka pasti mabuk sekarang. El mencoba melepas genggaman Raka.

El menendang perut Raka membuat cowok itu melepas tangannya. El berusaha kabur dari sana. Namun Raka kembali memegang tangannya dari belakang. El kembali dalam genggaman Raka.

Sekali lagi El manendang perut Raka. Raka melawan namun berhasil diringkus oleh El hingga Raka tersungkur di atas aspal dengan keadaan lemah.

Bagi El Raka hanyalah cowok lemah dan banci yang beraninya cuma sama cewek.

El segera berlari meninggalkan Raka yang sepertinya masih tersungkur. El mempercepat larinya kala mendengar teriakan dari Raka. El semakin jauh dari Raka. Bahkan sudah sangat jauh.

"Tinnnnn!!"

bunyi klakson yang di bunyikan keras keras membuat El terlonjak kaget. Hampir saja El menabrak sebuah motor yang melaju kencang di depannya. Saking kagetnya El jatuh ke bawah.

Dari balik topinya,ia memperhatikan sang pengendara turun dari motor itu . Untung saja orang itu menghentikan motornya kalau tidak bisa di bayangkan apa yang terjadi jika orang itu menabraknya.

Orang itu membuka helmetnya menampakkan wajah familiar bagi El. Langit Antarex,ya itulah yang bisa El lihat kala helm oarang itu benar benar terbuka.

El membulatkan bola mata hanzelnya.
Langit mengulurkan tangannya mencoba membantu El. Apa El harus menggapainya? Sejak kapan El jadi segugup ini? Eh kenapa harus gugup? El membuang jauh jauh rasa yang begitu aneh untuk di dengarnya itu. Ia tak pernah gugup.

El meraih tangan Langit lantas bangkit dari posisinya.

"You okey?" Tanya Langit dingin.

El mengangguk malas. Emang dasar ya El gak tau terima kasih. Udah ditolong masih aja enggak menghargai. Terima kasih atau gimana juga tidak di lakukannya.

"Ngapain tengah malem lari lari gak jelas?"tanya Langit sedikit ketus.

"Bukan urusan lo."sahut El tak kalah ketus.

Melihat peluh yang keluar di dahi cewek itu,Langit tau cewek pasti habis di kejar kejar orang. Bukan sok tau ya nyatanya kan emang seperti itu Raka mengejar El.

"Alamat!"kata Langit datar.

"Alamat paan?"tanya El bingung.

"Alamat rumah lo."

"Buat apa? Gak penting!!"

Alamat? Apa Langit mau mengantarnya pulang? El berharap demikian karena keadaan yang memaksanya. Raka pasti sedang mengejarnya sekarang dan El juga harus segera pulang ke rumahnya. Sementara rumahnya masih sangat jauh untuknya jika harus berjalan kaki.

"Jalan Anglung 5 no.8,Perum Anglung permai."jawab El malas.

Setelah mendengar jawaban dari El,Langit menaiki motornya dan mengenakan helm nya. Beberapa detik kemudian motor besar Langit melaju melewati El.

Hah? Cuma tanya alamat. El kira Langit peka kalau dirinya butuh tebengan. Dan berniat mengantarnya pulang. Tapi ternyata itu hanya harapannya saja. Mana mungkin Langit mau mengantar cewek tidak tau terima kasih seperti dirinya.

El menutup matanya pasrah.

"Buruan naik!!"perintah sebuah suara berat yang beberapa detik tadi menyapanya.

El membuka matanya tidak percaya. Ternyata tadi Langot hanya putar balik. Repot repot putar balik hanya untuk mengantarnya.Langit mengantarnya? Kenapa El malah jadi tidak enak hati? Bukankah ini yang ia harapkan tadi?

El menaiki motor Langit ragu. Setelah memastikan El naik dengan aman di jok belakangnya,Langit memacu motornya cepat. El masih diam,diam karena canggung mau berbuat apa.

Haruskah ia memeluk tubuh Langit? Bersandar di bahunya? Dan terbenam dalam kehangatan cowok itu. Tapi sungguh aroma papermint milik cowok itu sungguh menenangkan.

##

"Turun!!"

El memajukan bibirnya kala mendengar ungkapan sinis cowok yang mengantarnya.

"Iya!!" Sahut El jengkel.

Setelah turun dari motor Langit, El memasang wajah kesal. Ia tak perduli dengan ekspresi apapun yang akan di timbulkan oleh cowok itu. Ia benar benar kesal dengan sikap cowok itu.

Kenapa tidak kesal? Langit yang ingin mengantarnya tadi,El tidak memintanya. Ya walaupun itu harapan El tadi. Tapi tetap saja tidak ada hak Langit untuk membentaknya seperti tadi.

"Sana pulang!!"perintah El kasar.

"Udah di tolong masih aja gak tau terima kasih. "Kata cowok itu jengkel juga menghadapi sikap El yang tak tau berterimakasih.

"Ya udah pulang!!!"perintah El sekali lagi.

"Besok gue jemput lo. Jam setengah tujuh standby disini!" Kata Langit datar. Walau datar,hal itu tetep berhasil membuat El kaget sekaligus heran. Sejak kapan cowok itu jadi baik seperti ini, ya walau terlihat tidak ikhlas dari ekspresinya.

"Hah!! Jemput? Gak perlu gue bisa berangkat sendiri." Tolak El.

"Inget perintah gue Gak usah lo bantah. Karena gue gak suka penolakan! Paham?"

Sebenarnya El jengkel. Siapa dia memangnya? Sampai sampai gak boleh membantah perintahnya. Tapi mengingat uang tabungannya menipis,El mengangguk setuju. Itung itung ngirit.

"Terserah lo deh. Gue capek mau istirahat. Mending lo pulang sekarang!"

Tanpa sepatah kata apapun Langit kembali menghidupkan motornya yang sempat ia matikan tadi. El memandangi kepergian Langit.

**

Hallo reader,

Aku up lagi nih. Semoga cerita ini berkesan buat kalian.

So vote and komen nya di tunggu ya!!

Jan lupa ikuti terus alurnya biar paham sama ceritanya yang masih amburadul ini. Semoga suka..

So thanks for reading

Salam hangat

Yani☺

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4M 240K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
368K 26.7K 25
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
774K 52.5K 42
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

576K 26.9K 49
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...