SAVAGE (End)

By Diahayu_Sn

963K 112K 12.5K

Dia Zetta. Gadis SMA dengan jabatan Nona Boss di sebuah geng yang semua anggotanya berisikan murid laki-laki... More

Prolog
1. Pertandingan
2. Pemilihan Ketua OSIS
3. Mata-mata
4. Terciduk
5. Pretty Savage
6. Bad Plan
7. Duel Geng
8. Perkelahian
9. Ancaman
10. Black Angel
11. Murid Baru
12. Behind The Scene
13. Fitting dress
14. Nightmare
15. Lady Rose
16. Moment
17. Camping
18. Tears And Angel
19. Drama di tengah hutan
20. Romantic Man
21. Arena Tembak
22. First date
23. Broken Heart
24. Don't Cry
25. Nostalgia
26. Invitation Party
27. Dark Insident
28. Something Wrong
29. Back To Love
30. Revenge
31. Nothing More than Liar
32. Rise up
33. Firasat
34. Nothing Drama
35. Boom!
37. Falconer Kingdom
38. Rain To Remember
39. Just The Worry
40. Step by Step
41. Broken Trust
42. Never Give Up
43. Adaptation
44. Sabotase
45. Stay With Me
46. Jealous
47. Just A Loser
48. Only Love to hate
49. Lost Everything
50. Happy Ending
Hiden Part.48 Who Is He
51. Everyone is Gone
52. She's Fine but Broken
End
Extra Part

36. Alfa Leon

10.1K 1.3K 257
By Diahayu_Sn

Play : Alone II- Alan walker ft. Ava Max

——————————————

🍂

Beberapa jam sebelum membatalkan pertunangannya dengan Alfa, Zetta tengah bermain catur dengan Marcel di bawah pohon mangga yang ada di sebelah basecamp seraya sibuk memikirkan Putra yang semakin menjauhinya. Bahkan, Putra absen di basecamp siang itu. Melihat Zetta yang banyak melamun ketika menjalankan bidak caturnya, Marcel tahu jika nona bosnya itu sedang memikirkan sesuatu.

"Lo tenang aja, Ta.... Putra dasarnya bukan pendendam. Dia cuma butuh waktu buat nenangin diri." Marcel mungkin memang fuckboy. Tapi, dia sedikit  banyak selalu memberi nasihat-nasihat klise pada Zetta. Dan, ya... Zetta itu open minded. Dia tidak mendengar nasihat dari siapa yang berbicara, tapi apa yang dia bicarakan. Maka dari itu, meskipun Marcel dicap sebagai fuckboy, Zetta tetap mau mendengarkan nasihatnya selama itu nasihat yang baik.

"Iya, gue juga yakin kalau Putra sebenarnya nggak mau kayak gitu. Pantes aja Putra punya vespa itu. Gue kira Putra sebenarnya emang kaya, ternyata Papi sama Mami di belakangnya. Ya gue seneng sih, Papi sama Mami perhatian sama keluarganya Bu Maya. Tapi, kenapa mereka nggak mau cerita ke gue coba?"

"Ya lo kira aja, Ta... Mereka nggak mau buat lo canggung di depan Putra."

"Iya juga sih. Tapi.... Ah, pusing gue. Gue butuh Vano nih."

"Lo pusing ngapain nyari Vano?"

"Buat hiburan lah, kalau sama Dave yang ada gue tambah pusing. Ngegas mulu anaknya." Dengan seenaknya Zetta meninggalkan Marcel dan permainan caturnya yang belum selesai.

Zetta menemukan Vano sedang tiduran di sofa basecamp dengan earphone menyumbat kedua telinganya. Kepalanya juga mengangguk-angguk mengikuti irama musik yang dia dengar. Zetta yakin, pasti Vano sedang mendengarkan musik underground. Gadis itu bahkan tahu apa saja favorit masing-masing anak buahnya.

Tanpa permisi, Zetta duduk di sofa bersama Vano, lantas mengambil sebelah earphone Vano dan menyumpalkannya di salah satu telinganya membuat Vano terperanjat. Laki-laki itu lantas mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Zetta. "Ganggu aja sih lo, Ta?"

"Kalau seneng itu bagi-bagi, pelit banget sih?" Zetta semakin mengangguk-anggukkan kepalanya menikmati alunan musik yang diputar oleh Vano.

"Kalau seneng suruh bagi-bagi. Kalau susah nggak mau dibagi-bagi," gerutu Vano membuat Zetta dengan spontan mendorongnya hingga jatuh dari sofa. "Yey, ya nggak mau lah lo kasih susahnya doang."

Vano pun bangkit dengan bibir yang mencibir. Sudah biasa mendapat respons tidak menyenangkan dari si bosnya yang labil itu.

"Ta... Jeta... Ta... Jeta...."

Ali datang datang dengan tergopoh-gopoh menyusul Zetta dan Vano yang ada di ruang tengah. "Kebiasaan banget sih lo, Ali baba! Kalau ngomong jangan lupa napas. Kalau mati siapa yang mau tanggung jawab coba?"

"Nah, lo kok bisa tahu yang mau gue omongin, Ta?"

"Emang apa?"

"Itu... Si Sapi'i mati!"

"Sapi siapa?"

"Ck, Sapi'i! Anak Falconer yang koma gara-gara dikeroyok Thunder beberapa minggu lalu!"

"Siapa tadi?"

"Sapi'i."

"Sapi kenapa?"

"Mati."

"Mati apa?"

"Mati beneran!"

"Beneran gimana?"

"Ya beneran, Ta! Mati. Innalillahi."

Zetta tidak tuli. Dia paham arah pembicaraan Ali dari awal. Tapi, mencoba menyangkal dirinya sendiri. Zetta lantas terkekeh hambar dengan mata yang mulai memerah. "Nggak mungkin. Nggak mungkin Sapi mati. Bercanda lo ya?"

"Sumpah, Ta... Beneran! Potong kuping gue kalau gue bohong!"

Zetta langsung menatap Vano yang mematung mendengar interaksi mereka. "Van, ambilin gunting! Gue potong kuping Alibaba."

Tak ada habisnya perdebatan Ali dan Zetta hingga mengundang Marcel menghampiri mereka. "Ta... Kita taziah sekarang. Jenazahnya sebentar lagi di makamkan."

Zetta langsung melemas. Sekujur tubuhnya bergetar mendengar berita buruk itu. Setelah beberapa minggu koma, akhirnya Sapi'i meninggalkan dunia untuk selamanya. Sekuat tenaga Zetta menahan air matanya. "Nggak mungkin Sapi mati. Nggak mungkin."

Marcel langsung merangkul bahu Zetta yang bergetar. Dia tahu Zetta adalah anak Falconer yang paling terpukul lantaran merasa paling bertanggung jawab pada semua anak buahnya. "Sabar, Ta... Kita do'akan Sapi'i semoga tenang di alam sana dan amal kebaikannya diterima di sisi-Nya."

Zetta menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Melepas tangan Marcel dari bahunya dan mengarahkan ke wajahnya. "Pukul gue, Cel! Pukul gue! Gue nggak pecus jadi leader!"

"Bukan salah lo, Ta... Ini semua gara-gara Thunder!"

Sorot mata Zetta menajam menatap Nichole yang tiba-tiba muncul.

"Gue, punya buktinya."

Nichole langsung memutar video yang menunjukkan remakan cctv pengeroyokan itu. Beberapa orang memekai topeng dan memakai jaket hitam yang menjadi identitas Thunder. Di sana juga ada saksi mata yang baru berani angkat bicara jika dia menemukan barang bukti berupa pin bergambar petir yang melambangkan geng Thunder di tempat keajdian.

Zetta terbelalak melihat bukti itu. Tangannya mengepal kuat menahan amarah yang meletup-letup. Tapi setelahnya, Zetta kembali melemas. "Kalau memang Thunder yang melakukan, tetap aja gue gagal jaga dia," lirih Zetta seraya menundukkan kepalanya.

"Bukan salah lo, Tha... Kita keluarga. Satu terluka semua yang merasakan sakit."

🍂

Di sekiling makam dengan batu nisan bertuliskan nama Muhammad Safi'i bin Masjidi, semua anggota Falconer termasuk Putra sibuk mengusap air mata masing-masing. Meskipun mereka laki-laki, mereka juga punya hati. Mereka juga merasa kehilangan sama seperti keluarganya.

Kematian adalah hal yang ditakuti Zetta semenjak dia kehilangan Bu Maya untuk selama-lamanya. Dia takut kelak grandpanya, grandmanya, papi, dan mami satu persatu meninggalkannya. Zetta tak sanggup membayangkan. Dia tidak ingin ditinggalkan. Kalau saja bisa menawar pada Tuhan, Zetta ingin dialah yang meninggalkan mereka, bukan mereka yang meninggalkannya.

Setelah penghormatan terakhir geng Falconer untuk Almarhum Sapi'i, mereka berjalan meninggalkan area pemakaman. Diantara mereka, Zettalah yang terlihat paling tidak semangat. "Ta... Kita balas Thunder!"

Zetta langsung menghentikan langkah kakinya dan terdiam sejenak membuat Marcel juga berhenti. "Cel, lo duluan aja sama yang lain. Gue mau langsung pulang."

"Yaudah, gue anterin sekalian."

"Nggak usah, Cel. Lo susun strategi dan cari bukti yang kuat buat jeblosin satu persatu anak Thunder ke penjara. Sekalian bahas acara tahlilan buat Sapi'i sama anak-anak."

"Lo gimana, Ta? Jangan bilang lo mau naik angkutan umum. Ingat, Ta... Mamilo nggak ngizinin lo naik kendaraan umum."

"Nggak, Cel... Gue dijemput Pak Maman."

Marcel pun mengembuskan napas pasrahnya. "Ya udah, hati-hati kalau gitu. Gue kumpulin anak-anak dulu."

Setelah melihat anggukan Zetta, Marcel pergi meninggalnya.

Untuk kesekian kalinya Zetta berbohong. Dia tidak dijemput Pak Maman, melainkan memesan taksi online. Meskipun dalam hatinya was-was, Zetta memaksa dirinya untuk tenang. Dia berharap bisa sampai basecamp Thunder dengan selamat. Dan, ya... Ketakutannya selama ini hanya dalam pikirannya saja. Nyatanya sopir taksi online itu baik padanya.

Persetan dengan traumanya, Zetta bergegas menuju Basecamp Thunder yang bertempat di sebuah rumah dua lantai itu dan siap untuk mengobrak-abriknya.

🍂

Plak!

Untuk kesekian kalinya Alfa mendapatkan tamparan di pipi tepat di bekas lukanya. Marvel dengan kencang menamparnya di hadapan Meysha sampai tersungkur di lantai. Beruntung, Bramantio dan Elsa belum pulang. Mereka masih berbincang-bincang di rumah Zetta.

"CUKUP PA!" Meysha tak kuasa menahan air mata melihat suaminya menyiksa anak kesayangannya.

Tangan lembut yang penuh kasih sayang itu menangkup wajah Alfa yang semakin kacau. "Kita dengarkan dulu penjelasan Alfa!"

"Penjelasan apa lagi, Ma? Sudah jelas kelakuan Alfa dan gengnya itu sudah mencoreng muka Papa-"

"Mama bilang cukup, Pa! Jangan karena perjanjian konyol keluargamu dan keluarga Sharena anakku kamu jadikan tumbal!"

Meysha benar-benar murka jika itu menyangkut anak semata wayangnya. "Meysha! Sudah aku bilang, jangan manjakan Alfa. Alfa itu laki-laki! Dia harus belajar tanggung jawab!"

"Cukup Marvel! Kalau kamu masih saja menyudutkan anakku. Biarkan aku dan Alfa pergi!"

Alfa terbelalak mendengar kalimat mamanya yang menusuk hati. Dia tidak ingin orang tuanya berpisah dan menjadi anak broken home. Dengan tangan lemas Alfa meraih wajah Meysha. "Ma...."

Marvel pun sama terkejutnya. Spontan pria itu seperti tertarik ke dunia nyata. Sadar kata-katanya melukai hati Meysha yang selembut sutra. "Ma.... Maafkan Papa," ujar Marvel dengan lirih, namun tak di dengar Meysha. Justru Meysha sepenuhnya menatap Alfa dengan linangan air mata.

"Kita tidak perlu Papa, Nak... Mama masih kuat penuhi kebutuhan kamu. Dan kamu tidak perlu mengikuti perjodohan-perjodohan konyol yang dibuat keluarga papamu."

"Ma.... Uhuk, uhuk!" Ketika ingin meraih wajah mamanya lagi tiba-tiba Alfa terbatuk dan hidungnya mengeluarkan darah membuat Meysha terbelalak.

"Alfa, kamu mimisan?" Dengan panik Meysha menyeka hidung Alfa dengan lengan baju yang dia kenakan.

Marvel juga sama terkejutnya dengan Meysha. Dengan sigap dia membantu Alfa untuk berpindah dari tempat itu. Namun, Meysha menepis tangannya. "Jangan sentuh anakku!"

"Ma... Papa minta maaf. Kita kesampingkan ego kita. Kondisi Alfa lebih penting."

Meysha yang memang berhati malaikat, dengan mudah mampu mengenyahkan egonya demi Alfa. Dan mereka menuntun Alfa yang sudah lemas menuju kamarnya.

🍂

Sambil membekap mulutnya menahan tangis, Meysha sangat mengkhawatirkan Alfa. Begitu juga dengan Marvel. Pria itu mengusap bahu istrinya untuk memberi efek penenang. Mereka saling menguatkan.

Setelah dokter yang memeriksa Alfa keluar dari kamar, Meysha dan Marvel memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan khawatir.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Alfa hanya kelelahan. Sebaiknya Alfa menghindari perkelahian. Alfa memiliki kekebalan tubuh yang minim dibandingkan anak-anak seusianya. Dan untuk saat ini, Alfa harus meminimalisir kadar stresnya."

Mendengar penjelasan dokter pria paruh baya itu, Meysha sedikit bisa bernapas lega.

"Papa menyesal mengizinkan Alfa mendirikan geng itu," ucap Marvel mengakui kesalahannya di hadapan Meysha.

Alfa terlahir prematur dengan berat yang kurang dari 2,5 kg membuat kekebalan tubuhnya sangat rentan.

Itulah alasan Alfa lebih mengandalkan anak buahnya setiap tawuran. Daya tahan tubuhnya yang tak sekuat laki-laki pada umumnya membuatnya merasa tak sempurna. Dan dia menutupi kekurangannya itu dengan sikap angkuh yang dia miliki.

Meysha duduk di bibir ranjang Alfa seraya mengusap pucuk kepala Alfa. "Bagaimana kondisi kamu, Sayang?"

"Mama nggak usah khawatir, aku ini kan ketua geng. Sakit gini doang nggak kerasa. Cuma muka gantengku aja yang ternodai."

Meysha menghela napasnya dengan pasrah. "Kamu tetap anak gantengnya mama kok. Sekarang kamu istirahat. Jangan mikir apa-apa dulu. Masalah pertunangan kamu sama Zetta tidak usah dipikirkan. Kamu tidak perlu tunangan dengan Zetta untuk mendapat mobil sport yang kamu mau. Mama akan belikan tanpa syarat."

Alfa terbelalak. Wajahnya mengisyaratkan ketidak setujuannya. Bukan mobil yang menjadi masalahnya. Melainkan hatinya. Hatinya sudah terlanjur tersangkut di Zetta.

Kalau pun tidak mendapat mobil sport keluaran terbaru atau saham Danendra 5% Alfa tetap ingin bertunangan dengan Zetta. Ya, Alfa akui dia menjilat ludahnya sendiri. Seorang Alfa Leon, keturunan Danendra luluh pada satu wanita.

🍂

Suara bel rumah yang terdengar membuat Meysha berjalan cepat untuk membukakan pintu. Di hadapannya berdiri seorang gadis cantik dengan memakai rok selutut dan cardigan hitam yang terlihat sopan dengan rambut hitam legam yang menjuntai panjang hingga pinggang. Anggun sekali. "Siapa ya?" tanya Meysha pada gadis itu.

Gadis itu sama sekali tak melunturkan senyumnya sedikit pun membuat Meysha juga membalas hal yang sama. "Saya Sere, Tante. Pa-- eh, maksudnya temannya Alfa. Tadi di sekolah Alfa minta saya datang ke rumahnya buat ngerjain tugas."

Meysha mulai menilai gadis itu dari cara bicaranya yang terdengar lemah lembut. Dan Meysha yakin kalau Sere adalah pacar Alfa karena tadi dia hampir keceplosan. Dan, ya... Meysha sepertinya menyukai gadis itu. Terlihat dari antusiasnya menyambutnya.

"Oh, temannya Alfa. Masuk, Nak... Alfa sedang sakit. Kamu jenguk, gih! Siapa tahu langsung sebuh."

Sere spontan membelalakkan matanya. "Alfa sakit? Tadi di sekolah masih baik-baik saja, Tante... Hanya saja memang wajahnya tadi kayak banyak lebam gitu. Padahal aku udah ngelarang Alfa berantem, tapi tetep aja anaknya bandel," gerutu Sere yang tiba-tiba berubah menjadi cerewet. Dan seketika Sere sadar ucapannya berlebihan, lantas membekap mulutnya sendiri.

Meysha justru terkekeh melihatnya. "Ya sudah, nanti kamu marahin lagi di dalam."

Sere mengangguk dengan senyum malu-malunya.

Sere sangat kagum dengan rumah Alfa yang penuh dengan kemewahan. Banyak warna emas yang mendominasi rumah itu hingga membuat Sere menghitung berapa kilo emas yang dibutuhkan untuk membangun rumah Alfa. Insecure sudah pasti. Tapi, Sere tidak mau Menjadi Cinderella yang hanya berharap pada pangeran yang mengejarnya, dia juga harus berusaha mengimbangi pangeran Alfa yang kaya raya.

Dengan perlahan, Sere membuka pintu kamar Alfa dan memanggilnya dengan lembut. "Al...."

Spontan Alfa memutar kepalanya menatap sumber suara. "Sere? Kok lo bisa sampai sini?"

"Kamu lupa ya kalau kamu yang nyuruh aku ke sini buat ngerjain tugas kelompok kita?"

Alfa menepuk keningnya. "Astaga... Gue lupa, Re. Sorry ya."

Sere hanya bisa mengulas senyum manisnya. "Iya, nggak apa-apa, Al... Kamu istirahat aja biar aku yang ngerjain. Tapi, boleh kan aku ngerjain di sini?"

"Boleh. Ngerjain di sini juga boleh kok." Alfa menepuk kasur di sebelahnya dan menggeser tubuhnya sedikit untuk memberi tempat pada Sere.

Sere mengangguk malu dan duduk di sebelah Alfa yang setengah terbaring.

Interaksi antara Alfa dan Sere tertangkap Meysha yang mengintip melalui celah pintu yang terbuka. Meysha pun mengulas senyumnya. Sepertinya dia memang menyukai Sere.

Nama Sere telah tercatat dalam pikiran Meysha. Meysha menandainya sebagai kandidat calon mantu idaman, mengenyahkan Zetta. Bahkan Meysha menilai Sere tak kalah baik dari Zetta.

"Alfa tidak akan sengsara sekalipun dia berakhir dengan gadis sederhana," ucap Meysha lirih tanpa terdengar siapa pun.

Dengan hati-hati Sere naik di ranjang Alfa, lantas duduk bersila. Roknya yang mulanya sedikit di atas lutut itu tersibak hingga setengah paha membuatnya kebingungan untuk menutupi. Alfa yang peka langsung menarik selimutnya dan menutupi paha Sere.

"Makasih, Al," ucap Sere tanpa mau menatap Alfa. Dia terlalu malu untuk menunjukkan wajahnya yang mulai terasa panas.

"Gue kan sering bilang, kalau butuh apa-apa bilang aja."

Sere hanya menjawabnya dengan anggukan seraya mengambil buku dari totebagnya. Dia sudah tak bisa berkata-kata setiap di dekat Alfa.

Melihat Sere yang serius mengerjakan tugas, Alfa mengamatinya dengan senyuman.

"Lo sayang kan sama gue?"

Sere benar-benar tidak bisa berkutik sama sekali berada di dekat Alfa hingga jawaban soal yang ada di kepalanya mendadak hilang. Mendengar pertanyaan manis itu membuat Sere terdiam dan membisu. Rona wajahnya memancarkan kebahagiaan yang tertutupi rasa malu. Dia pun mengangguk.

Alfa tersenyum menatap Sere dari samping yang sedang menunduk. Tangannya menyibak rambut yang menutupi sebagian wajahnya hingga membuat Sere semakin mematung, matanya terbelalak kaget.

"Bilang sayang coba?"

Sere langsung menutupi wajahnya dengan buku paket yang dia pegang. "Ih, Alfa... Aku malu."

Alfa terkekeh kecil. Meskipun dia tidak benar-benar menyukai Sere, apa mungkin dia bisa melukai gadis lugu itu. Keluarga Sere memang memiliki banyak masalah dengannya. Tapi, Sere tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Tegakah Alfa melukainya?

"Kok malu? Kan sama pacarnya sendiri. Gue nggak mau ya jatuh cinta sendirian."

Sere tergagap. Dia tidak ingin Alfanya sedih. Dengan cepat Sere menggelengkan kepalanya. "Aku juga cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu," jawab Sere dengan cepat.

Alfa tersenyum tipis mendengar ucapan Sere yang spontanitas itu. Dia semakin merasa bersalah. Matanya tertuju pada tangan Sere yang mencengkeram bolpoint untuk menghalau rasa gugupnya. Lantas, Alfa menggenggamnya hingga telapak tangan lebarnya menutupi seluruh kepalan tangan Sere.

"Eh." Sere lagi-lagi terbelalak mendapatkan perlakuan manis Alfa.

"Gue nggak suka diabaikan, apa lagi ditolak. Padahal gue udah terlanjur suka."

"Enggak, kok, Al. Kan aku nggak nolak kamu."

"Gue harap sih gitu,"

Dalam hati Alfa menyambungnya. Zetta....

Yaa, Alfa hanya memanipulasi pikirannya dan menganggap Sere sebagai Zetta. Dia berharap Zetta sekali saja bisa bicara manis seperti Sere. Tidak pernah berontak, selalu tunduk dengan perkataannya. Sayangnya, yang ada di hadapannya adalah Sere. Bukan Zetta.

"Alfa... Makan dulu." Meysha tiba-tiba datang dengan membawa nampan berisi makanan. Matanya terbelalak melihat kedekatan Alfa dan Sere. Alfa pun langsung melepas genggaman tangannya, dan Sere langsung berdiri.

Maeysha menahan Sete untuk mendekatinya. "Eh, nggak apa-apa, Sere... Lanjutkan saja belajarnya. Ini mama bawakan makanan buat kalian."

"Aduh, Tante-"

Ucapan Sere langsung dipotong oleh Meysha. "Eh, jangan panggil tante, panggil Mama."

"Ha?" Sere masih belum mengerti maksud Meysha.

"Sere, sekarang panggil saya Mama sama seperti Alfa. Teman-teman Alfa juga manggilnya Mama kok."

Sere lagi-lagi mengangguk dengan polosnya. "Iya, Ma... Tapi, Mama nggak perlu repot-repot bawain makanan buat Sere juga."

"Kalau kamu tolak, Mama sedih lho...."

"Eh, Mama jangan sedih dong... Iya, Sere mau makan kok, Ma...."

"Good girl." Meysha langsung memberikan nampannya pada Sere. "Makanannya harus habis, Mama masih ada urusan. Kalau sudah selesai baru belajarnya dilanjut," ujar Meysha seraya melenggang pergi.

Sere menekuk bibirnya menatap Alfa seolah dia berpura-pura kesal.

"Udah... Siniin nampannya!"

Sere pun menurut dan membawa nampannya pada Alfa. Alfa langsung mencampur makanan keduanya menjadi satu dan meminta Sere menyingkirkan satu piring yang sudah kosong itu. "Kok dicampur? Kamu emangnya kuat makan segitu banyak?"

"Kuat dong, kan berdua sama lo."

"Ha?"

"Udah... Nggak usah banyak 'ha he ha he', sini suapin!" Alfa memberikan satu sendok untuk Sere.

Dengan hati-hati Sere menyuapkan sesendok nasi pada Alfa. "Nasi doang nih? Lauknya mana?" goda Alfa membuat Sere semakin salah tingkah.

"Eh, iya... Maaf." Sere langsung mencampur nasinya dengan lauk dan kembali menyuapkan pada Alfa.

Setelah itu, Alfa juga melakukan hal yang sama pada Sere. Sere tak tahu lagi bagaimana meredam kupu-kupu dalam perutnya. Perlakuan Alfa sungguh membuatnya tergelitik. Dia suka, tapi juga malu.

Hari sudah mulai petang dan Sere masih dalam perjalanan pulang diantar sopir Alfa. Sepanjang jalan tak berhenti tersenyum mengingat perlakuan Alfa tadi. Laki-laki itu sangat manis. Bahkan mampu membuat Sere melupakan kesepiannya ketika ditinggalkan ayah dan kakanya 

"Non, ini belok kanan apa kiri?" tanya sopir Alfa yang mengantar Sere pulang. "Kiri pak, ada gang depan berhenti di situ aja."

To be continue,

Ada yang oleng ke kapal Alfa-Sere?
Dinamain apa nih kapalnya?

Aserehe?

Apa

Sereal?


Next part mau diupdate kapan?

See you, next part 💞

Continue Reading

You'll Also Like

2.6K 1.5K 44
Dengan senyumnya yang selalu ia perlihatkan kepada semua orang diluar sana, tak memungkiri bahwa Ara juga memiliki luka yang masih membekas dihatinya...
36.4K 3.8K 59
(REVISI SUDAH SELESAI. SELAMAT MEMBACA!) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA]🙏🏻💝 {Completed} # 1 suram (17 November 2020) # 1 stronggirl (13 Oktober 2021) #...
15.4K 1.3K 70
Alisha Nathalia. Gadis cantik yang disayangi dan dijaga dari kejauhan. Tak segan membunuh siapa saja yang akan menjadi halangan atas kebahagiaannya...
4.9M 140K 58
TELAH DITERBITKAN. (FOLLOW DULU SEBELUM BACA) ❗CERITA INI ADALAH CERITA PERTAMA AUTHOR JADI MASIH BANYAK PENULISAN YANG KURANG TEPAT. ❗TIDAK SEMPAT D...