bagian delapan

43.2K 4.5K 662
                                    

"Aku nggak mau, ya, Ga, kamu sampai bunuh dia," Bella meringis melihat pacarnya bertingkah seolah semuanya baik-baik saja, namun, bertahun-tahun bersama Anggara, dia tahu laki-laki itu tengah menahan gejolak iblis dalam dirinya. "Sayang." panggil Bella sekali lagi.

Anggara menghentikan aktivitasnya yang tengah memotong bawang, laki-laki itu berbalik, Anggara tersenyum, menatap Bella yang menunggu reaksi pacarnya.

"Aku tanya sama kamu, kamu nggak merasa tersinggung dia bicara begitu?" jari Anggara menyampirkan rambut Bella.

"Ya, jelaslah, tapi aku—," Anggara menghentikan ucapannya. "Dan dia hina kamu, itu terdengar jelas di telinga aku, Bel."

Bella terdiam, Anggara merangkum wajahnya dengan tangan. "Aku bukan orang yang baik hati, apalagi untuk orang yang berani menghina kamu."

Bella menghela nafas, mengigit bibirnya. "Ga, pertunangan kita bentar lagi, lho, Ga, aku nggak mau, ya, kamu berbuat aneh-aneh." Bella cemberut, walau kesal setengah mati, hingga ingin menjambak rambut Ivan sampai botak, Bella tidak mau jika Anggara yang melakukan pembalasan dendamnya.

"Aku nggak sebodoh itu, sayang, aku bisa bunuh dia tanpa pakai tanganku sendiri," ucapan mengerikan Anggara tidak sesuai dengan senyum yang dia tampilkan.

Bella meringis, dia merengek. "Ga!"

Anggara mencuri ciuman di pipi gadis itu, sebelum menjauh. "Kamu manis, aku bakal kurangin hukuman cowok sialan itu." Anggara sudah kembali melanjutkan aktivitasnya. "Kamu nonton aja sana, atau tidur dulu, biar aku yang masak sendiri."

Bella menghela nafas, walau bertahun-tahun bersama, tetap saja Bella terkadang tidak dapat mengerti jalan pikiran laki-laki itu. Dia hendak pergi menuju kamar, namun, mata Bella malah terpaku pada sesuatu.

"Anggara," nafas Bell memburu, Anggara yang menyadari apa yang terjadi hanya diam saat gadis itu menatap punggungnya. "Kenapa kamu nggak bilang?" mata Bella berkaca-kaca.

Anggara tidak menjawab dan Bella langsung menariknya menuju ruang utama.

***

"Kenapa kamu bisa setenang ini, Ga? Ini pasti sakit, darahnya bahkan banyak." Bella benar-benar cemas saat melihat cairan merah menembus kemeja putih yang dikenakan Anggara.

"Aku udah obatin, tapi mungkin lukanya belum kering," ucap Anggara berusaha menenangkan.

Setelah Bella berhasil menutupi luka di punggung Anggara, dia bergerak ke depan laki-laki itu. "Seenggaknya kamu bilang sama aku, Ga." bisik Bella.

"Maaf, aku berniat bilang sama kamu, tapi aku lupa."

Bella menarik nafasnya yang terasa sesak. Dia langsung duduk di pangkuan Anggara dan memeluk laki-laki itu, membuat Anggara langsung menangkap tubuhnya, ikut melingkarkan tangan pada tubuh mungil Bella.

Dari segala hal tentang Anggara yang mengejutkan dirinya, keluarga laki-laki itu yang paling membuat Bella kehilangan kata. Ibu kandungnya meninggal saat dia masih kecil, lalu Ayahnya menikah lagi. Ayah Anggara adalah seorang politikus sekaligus pengusaha sukses. Tampak luar biasa, namun di balik itu semua, dia pria yang tempramental, sejak kehilangan Ibunya, Anggara tidak punya pertahanan lagi.

Dia sering diberi hukuman fisik jika melakukan kesalahan, Ibu tirinya tipe wanita yang tak jauh beda dari Ayahnya, hanya saja dia tidak pernah menyentuh Anggara, dia lebih pada bersikap tidak peduli dan selalu bersikap apa yang terjadi di rumah itu bukan sesuatu yang besar.

Anggara sudah terbiasa berpura-pura sejak kecil. Apalagi setelah Ayahnya menjadi pejabat negara. Keluarga mereka makin disorot.

Sejak SMA, Anggara mulai pergi hari rumahnya, memilih tinggal sendiri. Bella bahkan pernah melihat secara langsung Anggara dipukul oleh Ayahnya. Bagaimana tatapan dingin Ayah Anggara saat itu.

Dalam segi keuangan, Ayahnya sangat loyal. Namun, siapapun tahu, uang tidak akan dapat memperbaiki luka mental yang Anggara dapatkan.

Maka dari itu, Bella selalu cemas saat Anggara bertemu Ayahnya. Walau sekarang laki-laki itu sudah dewasa, nyatanya dia masih mendapatkan kekerasan dari Ayahnya sendiri.

"Aku sayang kamu." Bella makin mengeratkan pelukannya, tidak sanggup membayangkan bagaimana kehidupan Anggara dulu.

Anggara mengusap rambut gadis itu, menahan punggung Bella. "Aku lebih sayang kamu." bisik Anggara.

Lalu, momen itu terhenti saat suara perut Bella berbunyi. Gadis itu beringsut, malu dan Anggara terkekeh. "Kayaknya aku nggak sempat lagi masak, kita delivery aja."

Anggara segera mengambil ponselnya, memesan makanan, namun, matanya melihat pesan dari nomor tidak dikenal, namun Anggara tahu siapa pemilik nomor tidak dikenal itu.

+62XXXXXXXXX : Kenapa kak Anggara ngeblok aku?

+62XXXXXXXXX : Aku nggak bakal nyerah!

+62XXXXXXXXX : Aku bakal datang ke pertunangan kak Anggara dan aku bakal buat kacau acara kakak!

Anggara mengeraskan rahang. Laki-laki itu menatap Bella yang masih tenang dalam pelukannya, Anggara menghela nafas kasar.

"Kenapa?" tanya Bella.

Anggara mematikan ponselnya, menggeleng. "Lapar banget." bisiknya pelan. Bella tidak tahu bagaimana dinginnya tatapan laki-laki itu saat ini.

***

Note :

Baca cerita ekslusif lainnya di karyakarsa yaa

The Devil CharmingWhere stories live. Discover now