bagian tujuh

40.9K 4.5K 771
                                    

Sejak hari dimana Bella secara terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Anggara, sejak saat itu juga Anggara merasa gadis itu selalu muncul dimana-mana. Belum lagi, Bella benar-benar mengiriminya pesan setiap hari lewat nomor yang dia berikan pada Anggara.

Anggara sedikit mengakui bahwa gadis itu memang pintar mempermainkan laki-laki.

Senyum gadis itu memang membuat pandangan orang terkunci padanya. Anggara hari itu berada di perpustakaan, duduk di ruangan paling sepi, membaca buku-buku yang menarik perhatiannya.

"Anggara," gadis itu muncul lagi, membuat Anggara mendongak, tersenyum ramah. "Bella." sapanya.

Bibir gadis itu tampak lebih cerah dan mengkilap dari biasanya. Bella duduk di kursi yang berhadapan di depan Anggara. "Kamu baca apa?" tanyanya.

Anggara memperlihatkan sampul bukunya. "Anatomi fisiologi."

Bella menopang dagunya dengan tangan. "Berat banget bacaan kamu," gumamnya. "Cariin aku buku dong, yang seru, aku mau nemenin kamu baca buku di sini."

Anggara tersenyum tipis, lalu bangkit dari kursinya. Berjalan menuju rak novel fiksi yang tidak jauh berada dari tempat itu. Bella mengikuti dari belakang.

"Anggara," laki-laki itu menoleh, lalu, tanpa dia duga, tangan gadis itu menarik kerah bajunya, membuat kepala Anggara tertunduk. Selanjutnya, bibir Anggara merasakan bibir gadis itu menempel pada bibirnya. Matanya membesar.

Hal itu terjadi cukup lama, sebelum Bella mengecup kilat sekali lagi bibir laki-laki itu, lalu menjauhkan dirinya.

Anggara terdiam beberapa saat, tanpa sadar menjilati bibirnya, merasakan rasa buah yang begitu segar dari bibir gadis itu.

Mata Anggara sepenuhnya menatap gadis itu, sudut bibir Bella melengkung, membuat jantung Anggara mulai berdetak dari kecepatan biasa.

Dia telah membuat sesuatu dalam diri Anggara terusik. She kissed the devil.

***

"Lo bener-bener, ya! Gimana bisa lo ninggalin kita?! Kenapa lo bisa dapat kunci mobilnya? Kan ada di tas gue!" Yana mengomel dengan  wajah kesal. "Dan lo harus tahu, Bel, waktu gue sama Milea pergi ke kafe setelah kencan itu, tas kita berdua di jambret waktu baru turun dari taksi! Sumpah, mana ponsel, uang sama kartu-kartu gue sama Milea disana, untung aja bisa pulang akhirnya setelah negosiasi sama sopir taksinya nanti bayar dirumah." gadis itu mengerang frustasi.

Mereka berbicara di lorong gedung kesenian, menunggu Milea yang kelasnya berakhir beberapa menit lagi.

"Gue ambil kuncinya pas lo asik senyum-senyum sama anak kedokteran itu," ujarnya. "Lo tahu nggak sih gara-gara kalian maksa gue ikut acara begituan Anggara hampir marah sama gue!"

Yana mendengkus kesal. "Sekarang semua barang gue hilang, Bel, untung aja orang tua gue mau urusin kartu-kartu gue, kalau nggak tambah ribet masalahnya. Lo Lahat, ih! Ninggalin kita!"

Milea keluar dari kelasnya, diikuti beberapa orang, gadis itu mendekati temannya dengan wajah letih. "Minum kopi? Gue butuh kopi."

Yana menggeleng. "Gue lagi diet."

"Gue setelah ini ada janji makan siang sama Anggara, dia jemput beberapa menit lagi." jawab Bella menatap arlojinya.

"Bella? Astaga, makin cantik aja lo." seorang laki-laki mendekat, membuat tiga gadis itu mengernyit. "Dia Bella, mantan gue waktu kelas sepuluh di SMA." cowok itu menunjuk Bella dengan jari, seperti memamerkan gadis itu pada teman-temannya yang berdiri tak jauh darinya.

The Devil CharmingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora