||21||

1.8K 443 27
                                    


















Sejujurnya, dari lubuk hati paling dalam, Daniel dilanda perasaan yang sama pula. Perihal kejanggalan dari Kost Land ini. Bukan cuma peristiwa menghilangnya anak-anak kost yang misterius pun terjadi secara beruntun, tapi sifat dan perilaku mereka terhadap orang baru perlu diberi peringatan. Songong banget!

Bahkan semenjak ia menginjakkan kaki di tanah pekarangan kost-kostan itu untuk pertama kali, Daniel sudah menaruh curiga. Auranya tak mengenakan. Kurang nyaman. Tambah lagi peraturan-peraturan sini, bener-bener nggak berakhlak. Diucapkan, nggak boleh berkeliaran di atas jam 12 malem. Nyatanya sering kali Daniel dengar derap langkah sendal selop sliweran di depan kamarnya tengah malem, itu ganggu! Berlaku buat bocah baru, doang, hah?!

Dari sekian aturan utama yang tak boleh sekalipun dilanggar, Daniel tertarik dicampur aduk rasa penasaran sama... Kamar 13. Instingnya berkata ada rahasia yang disembunyikan di balik sana. Rela dibuat larangan sebagai pelanggaran berat bila diam-diam dimasuki, siapa yang nggak curiga?

Terus-terusan diperingati, pakai kata mati pula, justru jiwa kekepoan Daniel makin tertantang. Semangat membara ingin membongkar kemisteriusan kamar itu, tapi hasilnya minus.

Daniel ingat tragedi saat ia mengorek informasi dari satu penghuni yang ramah baru dikenalnya. Nggak terduga, ada aja halangan dan rintangan yang menghadang.

Hanbin kejang-kejang, Seon yang membantu, ketidaksengajaan Daniel mendengar hal yang seharusnya tak boleh didengarnya, terucap sendiri dari mulut Seon. Amanatnya, Daniel jadi tahu. Hati-hati milih teman, siapa tahu dia muka dua.

Sekarang? Sumber informasi Daniel hilang. Nggak tahu kemana. Lebih anehnya lagi, sikap yang mereka ambil. Nggak ada. Diam dan awasi satu sama lain, dan berlanjut seperti biasa seolah bukan masalah besar.

Soal tulisan merah di tembok kamar, diusulkan, "minta pertolongan ke luar." Digubris, "nggak ada yang peduli, percuma, sekalipun kita lapor polisi, yang ada kita dikatain gila. Bersihin, sikat, pakai deterjen, ilang 'kan."

Makin memburuk keadaan. Semacam teror. Positive thinking, mungkin mereka ada urusan penting yang mengharuskan mereka pergi tiba-tiba, tanpa pamit? Tapi masalahnya...

"Bang Jaebeom, kemana?"

Dia bagian kawanan anak baru, Daniel cs. Setidaknya kasihlah pesan pemberitahuan. Ini malah ponselnya ditinggal. Di kamar orang lagi. Kecurigaan Daniel makin tak terbantahkan.

Aneh, semua, pengisi kost, termasuk keempat temannya. Mereka berbeda, tak biasa. Terhitung sejak hadirnya mereka di kost-kostan. Daniel sadar, tampak seperti gumpalan kecemasan pada sinar mata mereka yang berusaha diredam.

"Rusak, deh, rencana yang gue susun!" Kesalnya. "Kemana lagi tuh orang? Nggak bertanggung jawab!"

Dipikir semakin dalam, pusing myliaran keliling kepala Daniel. Surai hitamnya diacak sambil mendesis bibir. Langkahnya berlanjut menelusuri halaman kost yang luas. Diamati dengan cermat bangunan kost ini tampak terawat. Punya ruang tidur dan mandi masing-masing yang bagus tanpa mesti berbagi. Namun, keganjilan ada menyertainya, begitu mengusik.

Duag! Duag! Duag! Bunyi pukulan keras. Asalnya dari gerbang utama. Hari menjelang sore, hampir menggelap, Daniel was-was berjalan menghampiri sosok yang disibukkan dengan memalu dua papan kayu lebar yang dibentuk menyilang pada muka gerbang mahoni tua setinggi tiga meter itu. Tujuan ia melakukannya Daniel tak memahami. Terbilang aneh dan menyeramkan.

Gerakan palunya mengambang di udara. Menyadari kehadiran seseorang, ia menengok. Tampak ekspresi cengo Daniel memenuhi pandangan.

"Ngapa lo?" Tanyanya dengan tak suka.

KOST LAND ||KAMAR 13||Where stories live. Discover now