||09||

3.7K 887 212
                                    

Nicholas menampakkan diri. Di ambang pintu kamar mandi. Sibuk mengeringkan rambut basahnya. Bagai di iklan susu El-Man, saat si aktor mengibas rambut ke belakang habis naik dari kolam. Itu versi keren, kalau Nicholas versi ayan.

"Aduh! Puyeng!!"

Pandangan Nicholas berkunang-kunang, goyah ke kiri-kanan. Pusing menerjang, efek nafsu tinggi memutar kepala. Tujuan biar guyuran air cepat tandas, malah kepala serasa ketelindas.

Berubah jadi iklan obat sakit kepala.

Agak terhuyung-huyung Nicholas berjalan keluar balkon. Menyampirkan handuk. Ia tak langsung masuk, sesuatu menarik perhatiannya. Keributan dua anak.

"Gila, ya? Sore-sore begini pada ribut." Heran, Nicholas geleng-geleng.

"Gara-gara bajingan kayak kalian hidup gue tersiksa! Kalian enggak pantas disebut manusia! Kelakuan lebih mirip setan biadab!!"

Bugh!  Bugh!
Bugh! Bugh!

"Mati! Mati! Mati! IKUT GUE MATI!! SEKARANG!!"

BUGH!! BUGH!!

"SETAN PENGGANGGU!!"

"Owalah, lagi kesurupan, toh," tangkas Nicholas dingin.

Cowok itu berdiri diam di depan pagar pembatas balkon. Enggak berekspresi sedikit pun, nyaris biasa saja. Berpikiran untuk melerai pun tidak. Hanya menonton. Padahal salah satunya udah babak belur. Nicholas menyeringai kecil.

"Ngeri."

Dia bergidik seram masuk kamar. Mengunci pintu kemudian menutup gorden. Lucu saat dianya mendapat lirikan tajam. Nicholas terkekeh pelan.

"Dugaan gue bener, kost-kostan ini enggak aman. Ada kejanggalan," gumamnya sambil melipat baju di kasur.

Nicholas mendekati lemari di sisi kamar. Satu tangan membawa tumpukan baju, tangan kanan bekerja membuka pintu lemari.

"ANJIR!!"

Baju di pegangan terlempar jatuh, berserakan di lantai. Nicholas panik, menyibak-nyibak rambut heboh. Seekor laba-laba hinggap di kepalanya. Nicholas berusaha keras menepis, dan berhasil jua. Akibatnya pusingnya tambah parah.

"Rasain, nih, jurus injekan maung kerasukan!"

Tapak kaki mengambang, Nicholas tahan mau menginjak. Aneh begitu melihat mata hitam laba-laba itu. Tak berdaya habis terkena tamparan maut Nicholas tadi.

"Kayak enggak asing," pikirnya menerka-nerka. "Ah, iya, tatapan tajam tadi. Sama-sama hitam jelaga."

Sendal jepit menapak keras. Selesai digunakan membunuh laba-laba, Nicholas buang ke bak sampah pojok kamar.

"Cuman sendal jepit, doang. Besok beli lagi yang mereknya Supram."

Nicholas menarik napas dalam. Menatap nanar pakaiannya berantakan lagi. Usahanya terbuang percuma. Double kerja.

"Anjir! Sempaknya bolong!! Pas bagian tengah-tengah lagi."

Celana dalam warna hitam dicampakkan jauh-jauh. Perasaan Nicholas menghendaki ada yang aneh. Ia menilik ke belakang. Sempak yang dibuangnya barusan mendarat di atas kardus cokelat dekat pintu.

Nicholas teringat akan satu hal. Asal-asul dari datangnya kardus itu.

"Sunoo biadab banget emang. Seenak jidatnya nitip barang ke orang lain. Enggak bertanggungjawab, bukannya dikasih ke pemiliknya, kenapa jadi gue yang kerepotan?!?"

KOST LAND ||KAMAR 13||Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu