Berpisah untuk Bersatu - 12

725 98 35
                                    

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsallam.. Loh, non Mput kok sudah pulang? Gimana non Rara?." tanya bik Minah setelah membuka kan pintu untuk Putri.

"Alhamdulillah kak Rara gapapa, bik. Emh Putri pulang karna kakak yang suruh, katanya malam ini mereka yang jagain kak Rara, mereka mau Putri istirahat." ucap nya sambil tersenyum.

Bik Minah mengangguk. "Emh, non mau bibik buat kan minum apa?."

"Gk usah bik, Putri mau langsung tidur aja." ucap Putri menolak tawaran bik Minah halus. Bik Minah mengangguk kemudian pergi setelah pamit pada Putri.

"Berapa kebohongan lagi, Put?."

Putri menatap nanar punggung bik Minah yang lambat laun menghilang dari pandangan nya, beratus - ratus kali dia mengucap maaf di dalam hati nya karna telah membohongi kakak dan asisten rumah tangga nya, entah siapa lagi yang akan dia bohongi. Berbohong untuk menutupi kebohongan lain.

"Mah, pah, apa kalian tau? Semakin Putri dewasa, Putri semakin merasa di asing kan oleh mereka, kakak kakak Putri. Kak Lesti marah sama Putri, kak Rara iri sama Putri, kak Selfi? Mungkin dia juga akan ikut benci sama Putri setelah kak Lesti cerita." Putri bergumam sambil menatap langit malam yang gelap, dia seolah olah sedang berbicara dan mengadu pada orang tua nya yang telah lama pergi. "Bahkan tadi Putri di suruh pulang sama kak Lesti, Putri kira malam ini Putri bisa tidur bersama mereka, walaupun di rumah sakit." Putri terkekeh kecil di akhir kalimat nya.

Semakin lama angin nya semakin dingin, akhirnya Putri memutuskan untuk masuk ke kamar nya dan beristirahat.

Keesokan paginya di rumah sakit..

Lesti dan Selfi baru saja selesai sarapan, mau tak mau mereka harus sarapan di ruang inap Rara karna Rara yang tak mau ditinggal oleh kakak kakak nya.

"Putri kok lama ya kak." ucap Selfi menatap kakak nya sekilas.

"Mungkin sebentar lagi dia datang."

"Assalamualaikum.."

Mereka semua menoleh, dan ternyata Putri lah yang datang.

"Waalaikumsallam."

"Rara, adek kamu kan udah datang, jadi kami mau berangkat sekarang ya, takut terlambat." ucap Lesti yang tau tau sudah bangkit dari duduk nya dan berjalan ke arah Rara.

"Iya kak." Rara tersenyum lalu mencium tangan Lesti dan Selfi, mereka balik mencium kening Rara.

"Putri, jaga kakak mu baik baik." ucap Lesti setelah Putri mencium tangan nya dan Selfi. Putri hanya mengangguk.

"Assalamualaikum." ucap Lesti dan Selfi.

"Waalaikumsallam."

Setelah pintu itu di tutup, suasana mendadak canggung. Mengingat pertengkaran kecil yang tercipta kemarin membuat mereka ragu untuk saling menyapa.

Putri yang saat itu masih enggan berbicara dengan Rara hanya diam dan langsung duduk begitu saja di sofa. Kecewa? Wajar, kesal? Manusiawi. Tentu tak mudah bagi Putri untuk melupakan ucapan kakak nya kemarin, kata perkata yang keluar dari mulut kakak nya masih terekam begitu jelas di ingatan nya. Namun bodoh nya dia masih saja mau melindungi kakak nya itu dari kemarahan Lesti dan Selfi.

"Mput!!!!!."

Rara dan Putri jelas terkejut dengan pekikan itu, Putri berdecak sebal saat melihat manusia menyebalkan sekaligus kesayangan nya itu sudah berdiri di ambang pintu, siapa lagi kalau bukan Tasya. Dengan cepat Putri menghampiri Tasya dan membawa nya keluar.

"Ada apa sih, Sya? Kamu gk sadar ya ini rumah sakit?." omel Putri pada Tasya yang berteriak sesuka hati nya saat masuk ke ruang inap Rara.

"Maaf Mput." seperti biasa, Tasya hanya memberikan cengiran nya jika teman nya itu mengomel. "Kamu gk kuliah?." tanya nya tanpa basa basi.

"Emh.. Engga, aku mau jagain kak Rara."

"Manja banget sih kakak kamu." celetuk Tasya.

"Namanya juga orang sakit, ya harus ada yang jaga dong, gimana sih."

"Harus kamu terus? Kak Lesti sama kak Selfi kan bos, bisa dong mereka luangin waktu buat jagain kak Rara beberapa hari, kenapa harus kamu yang rela gk kuliah?!."

"Aku disuruh jagain kak Rara karna memang aku yang salah, kak Rara kayak gini juga gara gara aku."

"Gara gara kamu? Gk percaya aku."

"Hmmh.. Nanti aku cerita sama kamu, tapi sekarang kamu berangkat dulu gih, nanti telat terus di hukum baru tau rasa!."

"Aku disini aja nemenin kamu, ya?!."

"Gk usah aneh aneh deh, udah sana berangkat."

"Ck, iya iya. Assalamualaikum.."

"Waalaikumsallam."

Setelah memastikan teman yang selalu membuat nya jengkel itu pergi, Putri kembali masuk ke dalam dan kali ini dia duduk di kursi yang berada di samping ranjang Rara. Dia mengambil mangkuk berisi bubur yang tersimpan di atas nakas dan mengaduk nya.

"Kenapa belum di makan?." tanya Putri tanpa menatap Rara, sedangkan Rara hanya diam melihat pergerakan Putri yang tiba tiba itu. "Ini sudah cukup siang tapi kakak belum makan, ck!." omel nya kemudian tangan nya bergerak untuk menyuapi Rara, namun Rara masih diam memandang wajah adik nya.

"Aaak.." Putri kembali bersuara saat kakak nya itu tak merespon nya sama sekali. "Kak.."

"Eh, emmh.. Ya?."

"Buka mulut nya, apa kakak gk mau makan?." Rara tersenyum tipis kemudian membuka mulut nya dan menerima suapan dari Putri.

Setelah itu kembali hening, bahkan sampai makanan itu habis pun keduanya masih enggan untuk memulai obrolan.

"Maaf.."

Suara lirih itu membuat Putri yang tengah mengupas buah untuk Rara menghentikan aktivitas nya, dia mengerjapkan mata nya dan menghembuskan nafas nya pelan lalu mendongak dan menatap Rara, dia kemudian tersenyum.

"Maaf, untuk apa?."

"Kamu gk mungkin gk marah sama aku karna ucapan aku kemarin, aku minta maaf." Rara menunduk sambil memainkan jari nya, seperti anak kecil yang meminta maaf pada ibu nya.

"Putri gk marah sama kakak." ucap Putri lalu meraih tangan Rara dan mengelus nya lembut.

"Kalau kamu gk marah, kenapa kamu diemin aku tadi?."

"Ehm, Putri.. Putri kesel sama kakak. Putri kesel sama kakak karena kakak udah ceroboh, kakak gk bisa jaga diri kakak sendiri sampai berakhir di rumah sakit seperti ini. Ya, Putri kesel karna itu." Putri kembali memasang wajah sebal nya setelah mengucapkan itu, dia melepaskan tangan Rara dan kembali mengupas buah.

Apakah sekarang dia berbohong? Ya, setengah. Dia mendiamkan Rara bukan hanya karena itu, tapi dia lebih kecewa pada Rara. Tapi sekarang dia mencoba untuk menghilangkan rasa kecewa nya itu dan fokus dengan kesembuhan kakak nya. Dia tidak boleh egois sekarang.

Rara terkekeh melihat Putri yang tiba tiba menekuk wajah nya dan mengerucutkan bibir nya, sifat adik kecil nya kembali lagi, haah!

- To Be Continued 💕 -

Berpisah untuk Bersatu ✔Where stories live. Discover now