Berpisah untuk Bersatu - 09

780 92 30
                                    


"Dek."

Putri yang kini berada dalam pelukan Lesti mendongak dan menatap sang kakak yang juga tengah menatap nya.

"Kakak boleh tanya?."

"Tanya apa?."

"Apa alasan kamu bercita - cita menjadi dokter?."

Putri tersenyum mendengar pertanyaan kakak nya. Dia kemudian menatap langit malam yang begitu indah dengan taburan bintang dan cahaya bulan purnama yang terang. Suasana malam ini seakan menggambarkan isi hati nya yang juga tengah indah karna dapat kembali merasakan kehangatan dekapan sang kakak.

"Masa lalu yang membuat Putri bercita - cita ingin menjadi dokter."

"Maksudnya?."

Putri kembali menatap Lesti dan tersenyum manis.

"Apa kakak ingat saat kak Rara sakit karna ngga kuat dingin?."

•••

"Suster, tolong adik saya!? Dia demam, sus. Tolong kami."

Lesti, Selfi dan Putri sudah memohon - mohon pada suster dan dokter yang berlalu lalang di rumah sakit itu. Rara membutuhkan pertolongan dokter sekarang, apa tidak ada satu pun manusia berhati baik yang mau menolong nya?

"Suster tolong hiks!!."

"Maaf dek, saya sedang bekerja."

"Suster, adik saya butuh pertolongan medis, tolong obati dia sebentar." ucap Selfi menarik - narik lengan suster itu.

Suster suster yang ada disana sama sekali tak mempedulikan mereka, bahkan tak ada sedikit pun rasa iba melihat Rara yang berada di gendongan Lesti. Mereka seakan tak melihat itu.

"Apa kalian semua tuli??!! Kakak saya sakit, dia harus di obati!!." teriak Putri yang sudah sangat geram melihat suster dan dokter disana yang begitu acuh pada saudara nya.

"Dek, kalau kalian mau obati saudara kalian ini, kalian urus dulu administrasi nya. Nanti kalau sudah di obati dan ternyata kalian tidak mau bayar bagimana?." ucap salah satu suster disana.

"Baiklah, ambil gelang dan kalung ini!! Sekarang, apa kakak saya bisa anda periksa suster dan dokter terhormat??!." ucap Putri penuh penekanan sambil memberikan gelang dan kalung nya pada suster itu.

"Dek, kenapa kamu kasih itu? Itu kan__"

"Putri gk mau kak Rara kenapa - napa, barang itu gk ada artinya dibanding kakak aku!."

"Ehm, baiklah. Kalau begitu ikut saya."

Setelah nya, Rara pun akhirnya bisa di periksa oleh dokter.

Semenjak saat itu lah Putri ingin menjadi dokter, dia mau membantu orang kurang mampu yang sakit dan butuh pengobatan dokter.

•••

"Itulah alasan kenapa Putri mau jadi dokter, kak."

"MasyaAllah.." gumam Lesti lalu kembali memeluk Putri dan mencium pucuk kepala Putri cukup lama.

Hari itu, Putri benar benar senang karna kakak sulung nya ada di samping nya selama itu. Hal yang sangat jarang di dapatkan dari ketiga kakak nya.

Biar lah hari ini dia hanya bisa menghabiskan waktu dengan kakak sulung nya saja, namun dia yakin suatu saat nanti kedua kakak lain nya akan ikut bergabung dalam pelukan hangat ini.

"Alhamdulillah hari ini aku bisa habiskan waktu aku dengan kak Lesti, semoga nanti aku bisa kumpul dengan ketiga kakak aku, aamiin.."

Putri menatap kakak nya yang tengah memejamkan mata nya, menikmati hembusan lembut angin yang menerpa diri nya.

"Kebahagiaan Putri ada pada kalian, kakak kakak Putri. Kebahagiaan Putri sederhana bukan? Tapi kenapa yang sederhana justru lebih sulit di dapat."

"Angin nya makin dingin, kita masuk yuk!?." ajak Lesti menatap adik nya yang sepertinya sangat betah menatap wajah nya.

Putri mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah nya bersama sang kakak. Setelah itu mereka berpisah, pergi ke kamar nya masing masing.

Tepat saat mereka masuk ke kamar, Rara dan Selfi datang secara bersamaan. Sedari tadi mereka sudah heran karna melihat mobil kakak sulung nya yang sudah terparkir lebih dulu di garasi. Namun saat bertanya pada bik Minah dan bik Sari, mereka mendapatkan jawaban bahwa kakak beradik itu telah tidur.

"Tumben banget kak Lesti pulang duluan." gumam Rara yang kini tengah duduk di sofa ruang tengah bersama Selfi.

"Mungkin memang kerjaan nya udah selesai, dek." sahut Selfi tanpa menoleh ke arah sang adik. "Eh iya dek, tadi pagi Putri dateng ke butik gk bawa sarapan?." tanya Selfi yang mengubah posisi duduk nya dan menatap Rara

"Datang, kenapa memang?."

"Kamu sarapan sama dia?."

Rara menggeleng.

"Kok ngga sih."

"Rara sibuk. Kakak sendiri gimana?."

"Hmmh.. Sebetulnya tadi kakak mau temani dia, tapi ada tamu."

"Yaudah lah, cuma sarapan juga. Lagian kita bukan anak kecil yang suka di anterin sarapan begitu."

"Apa kamu gk bisa hargai Putri sedikit aja? Dia bela - belain datang ke tempat kerja kamu, tapi kamu malah tolak ajakan dia."

"Ck! Kak, udah lah! Ini nih yang Rara gk suka dari kakak, kakak selalu belain dia. Jangan karna Putri adek bontot nya kakak, kakak jadi manjain dia. Dia juga, jadi adek manja banget, harus terus sama kakak nya."

Selfi menatap Rara tak suka. Bagaimana bisa seorang kakak menilai adik nya seperti itu. Menurut Selfi keinginan Putri yang selalu ingin bersama kakak kakak nya itu wajar, karna memang nyata nya mereka tak pernah ada waktu untuk Putri, jadi wajar jika seorang adik menuntut kebersamaan dari kakak kakak nya.

Merasa percakapan mereka sudah tak sehat lagi, Selfi akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar nya dan mengistirahatkan tubuh nya yang terasa sangat lelah.

To Be Continued 💕.

Berpisah untuk Bersatu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang