[1] Ice

3.9K 522 64
                                    

[Mengingatkan kembali; cerita ini adalah fiksi yang murni datang dari pemikiran absurd saya, jadi sangat kecil kemungkinannya 'hal-hal' pada cerita ini ada atau terjadi di kehidupan nyata.]

✨Selamat membaca✨

••••

[13.35]

PRANG

Suara berisik dari dapur membuat atensi penghuni rumah teralihkan. Sebagian dari mereka refleks menghampiri suara keributan, sedangkan pemeran utama cerita ini hanya merotasikan sepasang matanya malas. Percayalah, kejadian ini bukan pertama kalinya.

Ketika beberapa penghuniㅡempat orangㅡ sampai di dapur, mereka disuguhkan dengan cangkir yang pecah dan berserakan di lantai. Si pelaku pemecahan hanya tersenyum tanpa dosa.

"Hehe, maaf kak, gak sengaja." Katanya dengan memasang pose peace.

Dua dari empat orang itu memilih bubar tanpa merespon, harusnya mereka tahu siapa pembuat onar di hari ini. Si bungsu tentu saja.

Sedangkan dua yang lain hanya menggeleng dan  tersenyum tipis. Mereka memutuskan untuk mengatasi kekacauan yang dibuat oleh termuda itu.

"Kali ini apa lagi yang pecah? Gelas? Piring?" Tanya seseorang dengan rambut orange yang memilih tidak mendatangi keributan.

"Cangkir. Motif dugong, kayaknya punya lo." Ujar yang baru datang.

Si laki-laki pemilik rambut jeruk itu terbelalak. "PARK JISUNG! INI UDAH KE BERAPA KALI LO MECAHIN CANGKIR GUE!" Teriaknya sembari berjalanㅡnyaris berlariㅡke dapur, bermaksud membantai laki-laki yang telah merusak cangkirnya.

Sebelumnya dia sempat berhenti dan melirik ke arah sang pengadu barusan. "Oh, for your information, MOTIFNYA LUMBA-LUMBA BUKAN DUGONG, KAK HYUCK!"

Setelah berteriak begitu dia melanjutkan pelabrakannya, meninggalkan laki-laki yang dipanggil Hyuck yang sekarang tengah tertawa renyah.

Renjun yang tengah menguping memilih tidak peduli, sudah Renjun duga bahwa penghuni rumah ini tidak bisa tenang, bahkan di hari libur. Dan yang lebih gila adalah dia memilih membaca bukunya di ruang tengah, dimana dia bisa mendengar kekacauan ini dengan jelas.

Karena Renjun sudah mulai mendapatkan kewarasannya, maka dari itu sekarang dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya yang tenang. Setidaknya saat ini keadaan kamarnya akan tenang karena roomatenya yang berisik
tengah berada di sini.

Melihat Renjun yang hendak pergi membuat Hyuck yang notabenenya adalah sang roomate menatap heran. "Mau kemana?"

"Kamar." Jawab Renjun tanpa melirik.

Lee Donghyuck hanya mendecih pelan. "Cih, kamar mulu, ngumpul sama kita dong kali-kali."

Renjun menghela nafasnya sebelum menatap laki-laki bermarga Lee di depannya itu. "Gak. Kalian berisik, gue mau baca buku."

Tidak heran. Hyuck memang sudah menduga jawabannya.

Melihat lawan bicaranya terdiam membuat Renjun bergegas untuk pergi dari sana. Sejujurnya dia tidak nyaman berada terlalu lama dengan orang asing, itu artinya termasuk penghuni rumah ini.

Oh ya, dia sangat tidak nyaman dengan salah satu penghuni rumah ini, yaitu adalah laki-laki yang tengah duduk di samping Donghyuck. Entah kenapa Renjun merasa jika dia selalu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Itu menyeramkan.

Melihat punggung Renjun yang telah menghilang di balik tembok pembatas membuat Donghyuck mengumpat dan memukul angin. Selalu saja begini!

Laki-laki itu bagaikan bongkahan gunung es, dingin dan tak tersentuh. Padahal kan si matahari hanya ingin sekedar menghangatkannya, bukan ingin mencairkannya. Dia selalu bertindak seakan semua orang adalah ancaman dan memilih untuk tidak mendekatinya.

[0.2] BAD DREAM | NCT DREAM ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora