19 ☽ : CHAPTER XVIII

838 183 56
                                    

Setiap orang harus memutuskan apakah ia akan berjalan di bawah cahaya altruisme kreatif atau dalam kegelapan egoisme yang merusak.

───MARTIN LUTHER KING

















































BUGH!!!

















"SIYEON!!!"


















jaemin yang baru saja keluar dari toilet langsung buru-buru pergi ke arah suara berasal. masa bodoh dengan hyunjin yang ia tinggalkan di kantin.

"dari toilet lantai dua!"

ia semakin mempercepat larinya ketika mengingat suara teriakan perempuan yang terdengar tadi. dan terlebih lagi, nama siyeon yang ia teriakan.

'ciittt'

suara alas sepatunya yang bergesekan dengan lantai menggema ke penjuru lorong kelas ketika ia berhenti secara mendadak.

tubuhnya mematung tatkala melihat siyeon yang sudah terkapar tak sadarkan diri di lantai dengan bagian depan kepala yang───setengah hancur?

setidaknya itulah yang berhasil jaemin tangkap ketika melihat mayat siyeon.









"NAKYUNG───, eh?"

"renjunn...," nakyung bergumam pelan sebari berlari kebelakang punggung laki-laki tersebut untuk bersembunyi, sementara renjun sendiri masih terdiam di tempat sambil menatap tidak percaya ke arah pintu toilet.

"gak, GAK! SIYEON!!!" teriak orang yang tengah di tatap tidak bersahabat oleh teman-temannya itu.

dengan segera ia menghampiri mayat siyeon lalu mengambil alih tubuh gadis itu. tidak peduli dengan seragam putihnya yang sudah berubah warna menjadi merah pekat.

"yeon, m-maafin gue." ucapnya yang masih sesegukan karena menangis.

"percuma, tangisan sama kata maaf lo gak bakal ngembaliin siyeon."

jeno menoleh sebentar ke arah renjun, lalu kembali memandangi wajah siyeon. ini memang murni kesalahannya, andai dia tidak langsung mengayunkan balok kayu itu, siyeon pasti masih di sini.

hyunjin yang sebenarnya sudah ada di sana hanya bisa menatap jeno iba. ia tidak berani berkata apa pun, takut salah bicara dan hanya memperburuk keadaan.




KRINGGG!!!KRINGG!!!




bel tanda usainya putaran ronde kali ini sudah terdengar, beberapa pemain yang masih tersisa seperti jaemin, renjun, dan nakyung memilih pergi lebih dulu. menyisakan jeno dan hyunjin yang masih saling membisu disana.

"huuuh, " terdengar hyunjin menghela nafas panjang setelah dua menit berlalu.

"ayo ke aula." ujar hyunjin singkat lalu berjalan lebih dulu, meninggalkan jeno yang masih diam disana dengan mayat siyeon.

hening beberapa saat, sampai akhirnya lelaki bermarga lee itu membuka suara, "gue pengecut ya yeon?" tanyanya pada mayat siyeon, seolah jiwa gadis itu masih ada disana.

"iya gue tau kok kalau gue itu pengecut. bahkan lo selalu bilang gitu dulu waktu kita masih di dunia kita. iya, dunia kita tinggal, rumah kita, orang-orang yang kita sayangi, pokoknya apapun itu yang jadi sumber suka maupun duka kita."

押° 𝐖𝐞𝐫𝐞𝐰𝐨𝐥𝐟  ✔Where stories live. Discover now