16 ☽ : CHAPTER XV

692 191 17
                                    

yang sider yok bangun yok, angkat jarinya buat bintang di pojoq

































































"sudah kumpul semua bukan?" tidak ada yang menjawab. baiklah, anggap saja itu jawabannya 'iya'.

"selamat! kali ini guardian berhasil melindungi orang yang tepat! sebuah kemajuan yang bagus," ujar irene dengan senyum merekah. menimbulkan kesan cantik dan menyeramkan secara bersamaan.

"kenapa status karakter heejin sama chaewon gak tertulis di layar? bukannya kalo ada yang mati statusnya langsung muncul?" sela jeno ketika irene berbicara.

irene diam sejenak lalu mengangkat bahunya acuh, "itu salah mereka, saya kan sudah bilang kalau tidak ada jalan keluar lain."

"maksudnya? jadi keadaan mereka gimana? mereka masih hidup atau sudah mati?!" siyeon yang geram akhirnya angkat bicara.

kenapa sih dia gak langsung kasih tau intinya? emang susah? batin siyeon.

irene menghela nafas, "ya tergantung takdir mereka seperti apa. ketika mereka berada di antara dua dimensi berbeda cuma ada dua kemungkinan,"

"yaitu yang pertama, mereka terlempar ke dimensi lain atau sebut saja dunia lain. dan yang kedua, mereka langsung mati karena berada di dimensi yang tidak semestinya."

"tapi sejauh yang saya tau sih akan langsung mati. karena kecil kemungkinan bisa pergi ke alam semesta lain di saat dirimu yang lain hidup disana. bisa terjadi ketidak seimbangan antara dunia satu dengan dunia lainnya."

memang rumit tapi nyata. dan akhirnya mereka semua hanya bisa berdoa untuk keselamatan kedua temannya. ah, tidak semua sih. hanya beberapa yang sungguh-sungguh berdoa.

"jangan buang-buang waktu lagi, sekarang ayo mulai diskusi!" seru irene dengan suara yang lantang lagi nyaring. seperti biasa, selalu membuat orang terkejut.

baru hyunjin mau memulai diskusi, renjun terlebih dahulu mengangkat tangan. seperti hendak mengatakan sesuatu.

"iya, kenapa renjun?" semua sorot mata langsung tertuju pada renjun yang masih mengangkat tangan dengan ponsel di genggamannya.

"gak perlu tanya-tanya atau basa-basi lagi tentang apapun, gue punya rekaman yang 100% akurat tentang siapa yang bunuh lia di lab. komputer,"

"kok lo tau lia mati di lab. komputer?" tanya yeji, dan yang di tanya tak ada sedikit pun niat untuk menjawab.

saat yeji mengalihkan pandangannya ke nakyung, gadis itu juga langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. kemana saja asal tidak bertemu sorot mata yeji.

"kok lo bisa ngerekam kejadiannya?" tanya jaemin sambil ikut mengintip ke ponsel renjun.

"ceritanya panjang, tanya nakyung deh───JAEMIN MINGGIR GUE GA BISA LIAT FILENYA DIMANA KALO KEPALA LO NUTUPIN LAYAR HPNYA!"

jaemin mencebik lalu dengan cepat memundurkan kepalanya dari layar ponsel renjun sebelum ia benar-benar di amuk. dasar renjun galak, batinnya.

"nih, kalian tonton bareng deh." kata renjun sambil menyerahkan ponselnya ke hyunjin. teman-temannya yang lain pun langsung ikut berkumpul mengerubungi si lelaki hwang.

terdapat video berdurasi kurang lebih 45 menit yang terpampang di layar ponsel. karena merasa durasi di awal hanya berisi rekaman tidak penting, maka renjun pun mempercepatnya hingga ke menit 30.

sebelum ikut menonton bersama yang lain, siyeon sempat melirik ke arah seseorang sebentar. namun, setelah jaemin memutar rekamannya, mata siyeon langsung kembali fokus ke layar ponsel renjun.

gelap, itulah yang awalnya mereka lihat. sampai beberapa menit setelahnya ada sedikit cahaya yang masuk ke ruang tersebut, cahaya yang tidak lain berasal dari arah pintu.

pintu terbuka lebar, menampakan kaki seseorang yang tengah berdiri di depannya. ahh, kameranya berada di bawah lantai, yang mana artinya hanya bisa menyorot setengah badan saja. tapi bisa di pastikan sosok itu adalah lia, bisa mudah di tebak dari sepatu yang ia kenakan.

lia cukup lama berdiri di depan pintu, sambil menoleh kekanan dan kekiri, memastikan keadaan di dalam laboratorium kimia benar-benar aman untuk ia diami sementara.

setelah dirasa aman, lia langsung masuk kedalam dan menutup pintu rapat-rapat. ia berjongkok di bawah salah satu meja ruangan tersebut sambil sekali-kali memainkan jarinya.

tok.. tok.. tok..

"kerasin volumenya." pinta siyeon ketika mendengar samar-samar suara dari rekaman tersebut.

hyunjin yang posisinya tengah memegang ponsel pun langsung menaikan tinggi volume.

tok.. tok.. tok..

"lia buka pintunya ini gue, yeji!"

lia yang semula ketakutan langsung mengangkat wajahnya dan menatap ke arah pintu. ia berdiri, lalu mulai melangkah ke arah pintu.

pintunya tidak langsung dibuka oleh lia, gadis itu memilih untuk mengintip dahulu dari jendela. dan benar saja, ada sosok yeji di luar sana meminta untuk di bukakan pintu.

lia tersenyum sekilas lalu turun dari meja yang ia naiki untuk mengintip keluar jendela tadi.

"yeji kok sendiri aja───,"

kalimatnya di gantung, ia malah mematung setelah membuka pintu. senyum yang terukir kini telah di gantikan menjadi raut wajah ketakutan.

lia mundur ke belakang dengan cepat, sementara sosok binatang berbulu kasar di hadapannya malah semakin mendekat ke arahnya.

"j-jangan, please j-jangan,"

sepertinya memang bukan itu kata ajaibnya. bukannya merasa iba atau apa, werewolf tersebut malah melempar sebuah meja kayu di dekatnya ke arah lia───

BRAKKK!!!

───dan dengan tepat mendarat di bagian kepala gadis mungil itu.

lia pingsan, dengan darah yang menyucur deras dari pelipis kepalanya. tak mau ketinggalan, gumpalan darah pun juga ikut keluar dari mulutnya.

gadis yang malang.

tapi itu belum cukup. sebelum benar-benar pergi meninggalkan ruang, werewolf tersebut sempat mencabik-cabik badan gadis yang tengah tak sadarkan diri di hadapannya sampai beberapa organ miliknya terlihat menyembul keluar.

dan sampai bagian itu pula, video rekaman di hentikan oleh hyunjin.













































"jadi lo nyuruh dia ke lab. komputer supaya lebih gampang nyarinya terus lo bunuh dia, yeji?"

...

mangaps ya ngegantung  ̄ᵕ ̄

押° 𝐖𝐞𝐫𝐞𝐰𝐨𝐥𝐟  ✔Where stories live. Discover now