Raven Luciferus Alzaregar, seorang anak berumur 17 tahun yang terkenal sebagai Most Wanted sekaligus Danton Paskibra di SMA Santera. Memiliki sifat dingin, cuek dan berbakat dalam hal bela diri membuatnya ditakuti oleh sebagian besar siswa di sekola...
Rave pun terdiam. Thalia juga terdiam. Sepersekian detik kemudian tubuh Thalia merasa bergerak tanpa kehendaknya. Ia pun menghampiri cowok yang tampak melemah itu dan memeluknya erat.
"Ih sok ngatur hidup orang!" Ucap Thalia yang masih sibuk memilih jahe.
"Punya uang?" Thalia menggeleng. Sebelum insiden kecelakaan saat itu, Thalia sedang tidak membawa uang.
Rave berdecak, "Ck! Gitu sok-sokan beli jahe."
"Pake uang lo dulu ya."
"Terus dompet lo itu isinya apaan?"
"Nggak ada isinya." Thalia hanya menyengir tak berdosa.
"Buang aja tuh dompet nggak guna!"
"Kan gue hemat."
"Hemat sama pelit beda tipis," Sindir Rave sengit.
"Kok jadi perhitungan? Iya-iya besok gue nggak minta ke lo, minta ke cowok lain aja."
Rasanya Thalia ingin karungi cowok di hadapannya sekarang. Boleh?
"Apa? Coba ulangi?"
"Iya-iya besok gue nggak minta ke lo, minta ke cowok lain aja." Ulang Thalia di sertai penekanan pada kalimat cowok lain.
"Minta apapun ke gue!"
"Awas kalo lo minta ke cowok lain!" Ancam Rave.
"Kenapa gue harus minta ke lo? Kenyataannya gue disini cuman beban kan?"
Deg.
Kenapa Rave jadi merasa tersentil dengan ucapan Thalia barusan? Bukan begitu maksud Rave. Rave tadi hanya bercanda. Rave tidak pernah mempersoalkan masalah uang.
"Nggak gitu juga sayang." Jelas Rave. "Ya, pokoknya gitu. Kalo minta uang ke cowok lain, haram."
"Kok bisa gitu? Emang uang lo halal?" Tanya Thalia mengintimidasi.
"Ya iyalah kan lo nggak tau dia dapet uang dari mana, kalo dari gue udah jelas halal, kan gue kaya raya dari orok,"
"Ih nggak jelas!"
"Thal tunggu dong!" Rave mengejar Thalia yang sedang menuju kasir.
"Lepasin! Gue nggak mau sama orang jahat! Rave menarik Thalia keluar dari antrian kasir.
"Iya-iya maaf,"
"Nih ATM gue. Sama bayarin inih sekalian." Lanjutnya. Rave memberikan sebuah kantung yang berisikan kencur.
"Bayar sendiri sendiri!"
Rave menghela nafasnya kasar. "Masak gue harus antri sih."
"Bodoh amat."
--KencurVsJahe--
Tak terasa motor Rave sudah masuk ke dalam parkiran khusus motor di apartemennya. Thalia pun turun dari motor Kawasaki milik Rave dan segera meninggalkan Rave yang masih sibuk mengunci setir motornya.
"Thal tunggu!" Rave mengejar Thalia yang mulai masuk ke gedung apartemen.
Saat mereka sudah berada di dalam lift. Keduanya tampak saling diam, begitu juga saat mereka keluar dari lift. Sesampainya mereka di depan pintu masuk apartemen, Rave mendapatkan sebuah panggilan masuk.
"Halo?" Tanya Rave seraya bergerak mencari tempat yang jauh dari kebisingan.
"Halo Rave," setelah beberapa detik mencerna, rupanya itu suara Tante Sinta.
"Iya Tan? Ada apa?"
Cowok itu teringat, semenjak kematian kedua orang tuanya ia telah mengganti handphonenya dengan yang baru. Supaya keluarga Bibi Sinta tidak bisa menghubunginya.
"Sayang. Kamu nggak papa kan? Tante dari kemarin khawatir sama keadaan mu nak. Kamu sekarang dimana?"
"Rave lagi di apartemen Tan. Tante Sinta nggak usah khawatirin Rave! Rave baik-baik aja."
"Nggak mungkin Tante nggak khawatirin kamu. Sekarang kamu pulang ya, Tante lagi masak enak buat kamu."
"Halo, halo. Rave!"
Tut tut tut. Telfon di matikan secara sepihak oleh Rave.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jangan lupa tinggalkan jejak, supaya author makin sayang. Eh!
Vote, komen, and racuni temen kalian supaya baca cerita gue wkwk.
Eh mungkin ada yang mau menyampaikan sesuatu? Mungkin buat Rave atau Thalia?