Rave pun terdiam. Thalia juga terdiam. Sepersekian detik kemudian tubuh Thalia merasa bergerak tanpa kehendaknya. Ia pun menghampiri cowok yang tampak melemah itu dan memeluknya erat.

--KencurVsJahe--

"Langsung ke apartemen ya?"

"Anterin gue ke supermarket bentar." Jawab Thalia sembari melekatkan pengait helm.

"Ngapain?"

"Gue mau beli sesuatu."

"Yaudah buruan naik!" Titah Rave, Thalia hanya mengangguk dan menaiki motor sport Rave.

Setelah menaiki motor Rave, dia memegang tas sekolah Rave untuk berpegangan. Tidak mungkin dia melingkarkan tangan di perut Rave?

"Nggak papa peluk aja. Biar lo nggak kepental entar."

"Ih! Apaan sih!" Thalia mendorong kepala Rave.

"Astaga, KDRT lo!" Ucap Rave mengelus dadanya agar bersabar. "Awas ketagihan!"

"Ketagihan? Ketagihan apaan?"

"Ketagihan meluk gue."

Rave tertawa keras mendapati muka Thalia yang langsung berubah masam. Padahal tadi  masih terlihat cerah.

"Ih! Apaan sih!" Thalia mencubit perut Rave.

"Astaghfirullah! KDRT lagi!"

"Udah ih! Ini itu masih daerah makam, buruan berangkat. Takut tau."

"Iya sayang."

"Ngomong gitu lagi, gue tampar nih!"

"Ampun bang jago."

--KencurVsJahe--

Rave lantas memberhentikan motornya tiba-tiba. Thalia pun tersadar kalau mereka sudah berada di salah satu parkiran supermarket.

Thalia segera turun dan di susul dengan Rave yang melepaskan helm. Cewek itu pun berjalan mendahului Rave, dan menuju area rempah-rempah.

"Ini yang gue cari!" Heboh Thalia. "Lagi promo juga. Senangnya hati ku!"

Rave mengangkat sebelah alisnya bingung. "Ngapain lo beli jahe?"

"Gue mau buat wedang jahe."

"Masih bocil. Nggak usah aneh-aneh." Rave menggeleng heran.

"Ih sok ngatur hidup orang!" Ucap Thalia yang masih sibuk memilih jahe.

"Punya uang?" Thalia menggeleng. Sebelum insiden kecelakaan saat itu, Thalia sedang tidak membawa uang.

Rave berdecak, "Ck! Gitu sok-sokan beli jahe."

"Pake uang lo dulu ya."

"Terus dompet lo itu isinya apaan?"

"Nggak ada isinya." Thalia hanya menyengir tak berdosa.

"Buang aja tuh dompet nggak guna!"

"Kan gue hemat."

"Hemat sama pelit beda tipis," Sindir Rave sengit.

"Kok jadi perhitungan? Iya-iya besok gue nggak minta ke lo, minta ke cowok lain aja."

Rasanya Thalia ingin karungi cowok di hadapannya sekarang. Boleh?

"Apa? Coba ulangi?"

"Iya-iya besok gue nggak minta ke lo, minta ke cowok lain aja." Ulang Thalia di sertai penekanan pada kalimat cowok lain.

"Minta apapun ke gue!"

"Awas kalo lo minta ke cowok lain!" Ancam Rave.

"Kenapa gue harus minta ke lo? Kenyataannya gue disini cuman beban kan?"

Deg.

Kenapa Rave jadi merasa tersentil dengan ucapan Thalia barusan? Bukan begitu maksud Rave. Rave tadi hanya bercanda. Rave tidak pernah mempersoalkan masalah uang.

"Nggak gitu juga sayang." Jelas Rave. "Ya, pokoknya gitu. Kalo minta uang ke cowok lain, haram."

"Kok bisa gitu? Emang uang lo halal?" Tanya Thalia mengintimidasi.

"Ya iyalah kan lo nggak tau dia dapet uang dari mana, kalo dari gue udah jelas halal, kan gue kaya raya dari orok,"

"Ih nggak jelas!"

"Thal tunggu dong!" Rave mengejar Thalia yang sedang menuju kasir.

"Lepasin! Gue nggak mau sama orang jahat! Rave menarik Thalia keluar dari antrian kasir.

"Iya-iya maaf,"

"Nih ATM gue. Sama bayarin inih sekalian." Lanjutnya. Rave memberikan sebuah kantung yang berisikan kencur.

"Bayar sendiri sendiri!"

Rave menghela nafasnya kasar. "Masak gue harus antri sih."

"Bodoh amat."

--KencurVsJahe--

Tak terasa motor Rave sudah masuk ke dalam parkiran khusus motor di apartemennya. Thalia pun turun dari motor Kawasaki milik Rave dan segera meninggalkan Rave yang masih sibuk mengunci setir motornya.

"Thal tunggu!" Rave mengejar Thalia yang mulai masuk ke gedung apartemen.

Saat mereka sudah berada di dalam lift. Keduanya tampak saling diam, begitu juga saat mereka keluar dari lift. Sesampainya mereka di depan pintu masuk apartemen, Rave mendapatkan sebuah panggilan masuk.

"Halo?" Tanya Rave seraya bergerak mencari tempat yang jauh dari kebisingan.

"Halo Rave," setelah beberapa detik mencerna, rupanya itu suara Tante Sinta.

"Iya Tan? Ada apa?"

Cowok itu teringat, semenjak kematian kedua orang tuanya ia telah mengganti handphonenya dengan yang baru. Supaya keluarga Bibi Sinta tidak bisa menghubunginya.

"Sayang. Kamu nggak papa kan? Tante dari kemarin khawatir sama keadaan mu nak. Kamu sekarang dimana?"

"Rave lagi di apartemen Tan. Tante Sinta nggak usah khawatirin Rave! Rave baik-baik aja."

"Nggak mungkin Tante nggak khawatirin kamu. Sekarang kamu pulang ya, Tante lagi masak enak buat kamu."

"Halo, halo. Rave!"

Tut tut tut. Telfon di matikan secara sepihak oleh Rave.

Jangan lupa tinggalkan jejak, supaya author makin sayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jangan lupa tinggalkan jejak, supaya author makin sayang. Eh!

Vote, komen, and racuni temen kalian supaya baca cerita gue wkwk.

Eh mungkin ada yang mau menyampaikan sesuatu? Mungkin buat Rave atau Thalia?

Siapa nih yang sudah raportan?

Kencur Vs JaheWhere stories live. Discover now