a Letter

959 124 46
                                    

cuma selingan hehe..
.
.
.

24 Desember 2017,
.
.
.

Setelah suara mobil daddy tak terdengar lagi di telinga nya, Jae segera berdiri lalu berlari ke atas menuju ruang perpustakaan. Wonpil juga ikut berlari ke atas, bukan mengikuti hyung nya. Dia buru-buru masuk ke kamar adik nya dan tak lupa menutup pintu kamar itu rapat-rapat.

"WONPILLLL!!!"

sudah bocah itu duga kalau hyung nya akan berteriak memanggil dia. Lebih tepat nya, Wonpil tau menyadari kesalahan nya dan memilih kabur sebelum Jae memukul nya.

Tentu Jae tidak akan diam saja, dia berlari keluar mencari si anak tengah. Jae memeriksa kamar Wonpil dan tidak menemukan yang dicari nya disana kecuali sampah yang berserakan dilantai. Dilihatnya ke bawah tapi Wonpil juga sudah tidak ada disofa. Terakhir Jae ke kamar nya sendiri dan tetap tidak menemukan Wonpil disana. Maka satu-satu ruangan yang tersisa dan memungkin tinggal ruangan si maknae, karena Wonpil dilarang masuk ke kamar orangtua mereka. Masalah nya Wonpil pasti menghancurkan segala nya.

Jae mengepalkan kedua tangan nya menahan amarah. Dia tidak mungkin menggetuk pintu kamar Dowoon, karena adik nya itu masih bayi kecil baru juga jalan empat bulan. Terlebih lagi baru bulan ini dia pulang ke rumah setelah tiga bulan terus menerus di rumah sakit. Itu pun Dowoon masih di kelilingi lampu agar suhu nya tetap terjaga.

"Wonpil cepat keluar!" suruh Jae dengan suara yang pelan, tidak ingin membangungkan si bungsu

"ga mau nanti hyung pasti mukul aku!" tolak Wonpil

"kalau gitu kamu kemanain uang tabungan kita?" tanya Jae yang masih menempel di daun pintu

"aku pakai untuk sesuatu yang penting" jawab Wonpil dengan bersemangat yang justru membuat emosi Jae semakin menjulang tinggi. Karena kata 'penting' yang keluar dari mulut adiknya itu selalu berlawan dengan makna sebenarnya.

"cepat keluar dari sana nanti Dowoon bangun!" Jae memaksa

"tapi hyung janji tidak akan pukul Wonpil?" si anak tengah memberikan penawaran

"dasar uler!" desis Jae kesal

"apaaa?" tanpa sadar nada bicara Wonpil pun mulai naik. Bocah lelaki itu langsung menutup mulut dengan kedua tangan nya lalu beranjak menghampiri baby crib sang adik, melihat dede bayi nya yang mulai menggerakan kepala seketika membuat Wonpil cepat-cepat berlari keluar takut mengganggu

begitu pintu kamar Dowoon terbuka, bukan Wonpil yang dihampiri Jae, si sulung lebih dulu melihat keadaan si maknae. Jae akhirnya bisa bernafas lega setelah melihat dede bayi mereka yang masih tertidur lelap. Kasihan sekali kalau lihat Dowoon, badan nya mungil sekali terus kulitnya rada berkeriput. Terkadang membuat Jae merasa bersalah. Kalau saja waktu itu dia bisa menjaga daddy nya pasti Dowoon tidak akan terlahir premature dan tidak akan seperti ini jadi nya. Wonpil juga ikut mengintip lalu mengelus dada nya lega.

Setelah nya dengan begitu lihai tangan Jae sudah tiba-tiba menjewer telinga Wonpil dan menarik anak itu keluar, menjauh dari kamar Dowoon.
"kau kemanakan uang celengan kita. Harus nya sekarang kita udah bisa pesan hadiah natal buat appa dan daddy tapi kalau kaya gini uang nya darimana coba?" ujar Jae berentetan

"kemarin itu ada nenek yang jual permen dijalan dideket sini. Kasian nenek nya, kaya ga ada yang beli gitu hyung. Jadi aku beli semua permen nya terus nenek nya jadi seneng. Yah Wonpil juga ikut seneng lah" Wonpil menerangkan dengan polosnya

"tapikan kau harus nya bilang ke aku dulu!"

"hyung lagi pergi ke rumah teman!"

"kita tahun ini ga jadi lagi kasih kado natal buat appa dan daddy?" Jae pun menghempaskan dirinya ke kasur milik nya

Day6 as FamilyWhere stories live. Discover now