Part 2

17 8 1
                                    

"Hujannya sangat deras. Kamu tidak takut?" Aku menggeleng sembari mengeratkan pelukanku di pinggangnya.
Aku bisa melihat ekspresinya sangat khawatir melalui kaca spion. Lucu, pikirku.

"Kita berteduh dulu ya?" Tawarnya. Suaranya sedikit berteriak karena beradu dengan hujan "Kalau pakai acara berteduh kita sampainya makin lama" aku menolaknya, karena aku sangat menikmati momen seperti ini. Momen langka yang hanya bisa kulakukan dari bulan Oktober-April dalam setahun bersamanya.

"Tapi nanti kamu sakit"

"Gak akan!" Bantahku. Ia pun menghela nafasnya pasrah. Memaklumi betapa keras kepalanya aku.

"Janji ya jangan sakit?"

"Iya janji, kan sama kamu jadi gak akan sakit" Aku mendengar ia tertawa dibalik helmnya, aku pun ikut tersenyum.

"Apa hubungannya sih?

"Kata orang, obat yang paling manjur adalah hati yang bahagia. Kalau sama kamu aku kan bahagia terus"

"Hahaha bisa aja kamu gombalnya. Andai tidak di jalan sudah habis pipi kamu aku cubit" Aku hanya mendengus.

Kami pun melanjutkan perjalanan di bawah guyuran hujan.

Aku tersadar dari lamunanku. Ah, dulu kusebut kau indah. Namun sekarang, kenangan itu seperti kaset rusak yang menggerogoti isi kepalaku. Apakah kamu lupa semuanya? Kamu lupa aku? Tentang kita? Tentang semua kenangan dan harapan yang sudah kita bangun, semuanya pupus seketika.

Ku arahkan pandanganku ke arah jam di atas nakas. Pukul 05.00 WIB. Kuhembuskan nafasku kasar, beralih memakai sendal berbulu dengan kepala kelinci di atasnya, aku berjalan menuju kamar mandi.

Setelah hampir satu jam aku berendam, aku aku menyiapkan peralatan sholat dan menunaikan ibadah sholat Maghrib.

Hari ini hari weekend, karena sedari tadi hujan terus mengguyur kota ku, aku jadi malas kemana-mana. Hingga aku membantu ibu membuat kue. Setelahnya aku masuk ke kamar dan sialnya sekelebat bayangan dia mengusikku, lagi.

Drrttt drttt

085**********
Hai ice girl

Aku mengerenyitkan dahiku. Siapa dia? Ah, aku mengingatnya!

Hanya chef menyebalkan itu yang biasa memanggilku dengan sebutan 'ice girl'

Siapa kau? Dari mana kau mendapatkan nomorku?

Pertanyaanmu tidak penting. Temui aku pukul 08.00 WIB di 'Caffee Rain'

Menemui mu hanya membuang-buang waktuku

Kalau kau tidak datang, kupastikan kau tidak akan bisa menikmati cappucino dan red velvet kesukaanmu lagi di caffee ku!

Memangnya kau siapa berani mengancamku? Tinggal kuberi tahu pada bosmu.

Aku anak pemilik caffe. Kalau tidak percaya tanya saja Azka.

Sial.
Apakah dia sudah gila? Pakai acara mengancam dengan makanan kesukaan ku pula, huh? Menyebalkan.

Dengan sangat terpaksa aku akan menemui nya, dan memakinya. Mungkin

Kulihat jarum jam kian berdetak. Sebentar lagi pukul 07.00, ah waktu cepat sekali berlalu, namun dia tak kunjung kembali. Sudahlah lupakan, sekarang aku ingin siap-siap.

Tak lama kemudian aku selesai berdandan, tidak terlalu menor. Aku hanya memoles wajahku dengan bedak, sedikit lipgloss, dan sedikit blush on yang tidak terlalu kentara. Setelan casual menjadi pilihanku. Segera ku langkahkan kakiku keluar kamar. Aku melihat ibu serius menonton TV.

EUNOIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang