Part 5

16 8 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya guys!

Eunoia

Jika kau berpikir aku ini laki-laki pengecut yang pergi tanpa pamit dengan orang yang aku cintai, mungkin kau benar. Tapi kau sama sekali tidak tahu apa alasan aku melakukannya. Dia terlalu sempurna, dia tidak pantas ikut merasakan kesedihanku, dia tidak perlu tahu berapa ironisnya hidupku.

Aku dan adikku adalah anak yatim piatu. 3 tahun yang lalu, masalah beruntun datang menghampiri hidupku. Elang mengidap penyakit leukimia. Orang tuaku terbang ke luar negeri untuk mencari pengobatan terbaik untuknya.

Flashback

"Pa, dokter di Indonesia tidak ada yang mampu menyembuhkan putra kita. Sebaiknya kita bawa El berobat ke luar negeri saja" ujar Renjana, ibunda Eunoia lirih.

"Tapi bagaimana dengan Eno? Apa kita akan meninggalkannya sendirian disini?" Kafka, ayah Eunoia benar-benar dilema. Di satu sisi ia takut putra bungsunya tak terselamatkan, tapi di sisi lain putra sulungnya yang masih bersekolah di sekolah menengah atas itu tidak ada yang menemani.

Mereka berdua menoleh ke arah Eunoia yang terdiam menyimak pembicaraan keduanya.

"Mama dan papa pergi saja, lakukan yang terbaik untuk El. Eno disini akan baik-baik saja. Eno akan tinggal bersama oma dan opa" Kafka menatap Eunoia ragu. Ia masih memikirkan anaknya yang satu itu.

"Eno baik-baik saja pa. Setelah Eno lulus, Eno janji akan menyusul kalian" ujar Eno meyakinkan ayahnya.

"Sebaiknya kau melanjutkan studi kedokteranmu di tempat baru kita nanti Eno. Agar kami juga bisa memantaumu" Renjana mulai bersuara setelah mempertimbangkan berapa hal. Eno menghela nafas berat.

"Baiklah ma"

"Maafkan aku Ra, sebaiknya aku tak perlu memberitahumu perihal masalah keluargaku" batin Eno.

Semenjak orang tuaku memutuskan untuk membawa Elang ke El Salvador, aku tinggal bersama oma dan opa ku. Disini aku baik-baik saja, meskipun sesekali aku masih mencemaskan keadaan Elang.

Namun, aku masih melanjutkan hidupku seperti remaja normal pada umumnya. Di sekolah, aku masih bisa bertemu Raesha, dan juga teman-temanku yang lainnya. Aku dan Raesha pergi berkencan, menemaninya membeli novel favoritnya, atau sekedar nongkrong di warung pinggir jalan. Sesederhana itu membuat Raeshaku bahagia. Ya, dia adalah cinta pertamaku. Perempuan pertama yang meluluhkan hatiku yang belasan tahun beku ini.

Raesha. Namanya indah seperti orangnya, juga sifatnya. Aku menyayanginya, dan aku sama sekali tidak ingin membuat ia sedih. Maka dari itu, aku tak ingin membagi kisah kelamku dengannya. Bagiku, Raesha hanya boleh tertawa saat bersamaku.

Aku tidak pernah sanggup bercerita perihal kepindahanku. Bersama waktu, aku ingin menciptakan momen-momen bahagia bersama Ra. Menyimpan memori-memori indah di ingatannya tentangku dan dia. Dilubuk hatiku yang dalam, aku sama sekali tidak ingin meninggalkannya sendirian. Namun, kutegaskan sekali lagi, keadaan yang memaksaku melakukannya. Maafkan aku Ra.

-------

Berbulan-bulan telah berlalu, keadaan masih baik-baik saja. Tapi, pada suatu waktu aku benar-benar hancur. Hidupku seperti dijungkir balikkan. Sepertinya semesta sengaja mempermainkanku.

Waktu itu, setelah ujian semester ganjil, aku mendapat telepon dari nomor asing. Kode telepon dari negara El Salvador. Orang itu memberitahuku kalau mama dan papa kecelakaan. Mobil papa ditabrak oleh truk yang ugal-ugalan.

Tanganku gemetar menerima berita itu. Hanya Jeff yang mengetahui semuanya. Saat itu, aku sedang bersama Jeff di sebuah kafe.

"Ada apa Eno?" Jeff bingung menatapku, menatap tanganku yang gemetar dan wajahku yang pucat pasi. Rasanya ingin menangis saja, tapi ini masih di tempat umum.

EUNOIA Where stories live. Discover now