01.

145 38 157
                                    

Assalamu'alaikum... 

Aku mau ngasih tau aja. Mungkin chapter kali ini beberapa dari kalian ada yang merasa gak begitu asing dengan scene nya. 

Tapi emang iya, kalau scene ini terinspirasi dari salah satu cerita komik online yang cukup terkenal. And that's my fav webtoon!!

Jadi, semangat membaca semuwanya. Semoga suka


-oo8oo-

Dan Dunia Tak Pernah Menjadi Mudah,

Tetapi Kita yang Harus Kuat.

-oo8oo-



-Flash Back On-

Desiran udara sejuk, menyapa lembut wajah mulus gadis kecil itu. Saat tangan bergayut pelan dengan tangan besar milik lelaki di sampingnya, lankah kecil pun selaras mengikuti.

"Villa ini adalah tempat yang sangat disayangi oleh anak Om."

Gadis kecil berjilbab biru itu sedikit mendongak. "Kenapa? Karena banyak kupu-kupu, ya?"

Tawa renyah keluar begitu saja. "Iya, anak Om suka banget main kupu-kupu bareng mamanya dulu."

"Seru, dong! Amira juga suka tempat ini!"

"Beneran?" tanya lelaki yang dipanggil Om.

"Iya, banget malah! Amira suka liat hutannya. Hijau-hijau, nggak kayak di Jakarta!"

Celoteh Amira selalu membuat terkekeh lelaki di sampingnya.

"Ini bukan hutan, Amira. Hanya jalanan kecil yang dihiasi oleh pohon-pohon rindang. Jadi, kalau jalan kayak gini kamu nggak akan merasa kepanasan."

Amira mengangguk seraya berdeham paham. "Pasti tempat ini mahal ya, Om? Kayak di hotel gitu?"

"Kok, nanyanya begitu?"

"Nggak apa-apa. Kalau mahal, Amira mau nabung dari sekarang. Biar kalau Amira udah besar, bisa nginep di sini bareng Kak Syahida dan adik baru Amira."

Lelaki itu mengusap lembut puncak kepala Amira. "Kalau ingin menginap di sini. Amira nggak perlu repot-repot seperti itu. Nanti bilang aja langsung ke Om Harist. Oke!"

Amira berhenti, membuat langkah Harist pun refleks tertahan. "Sungguh??"

Mata besar Amira berbinar indah. Membuat siapa saja yang melihat akan terpesona sekaligus gemas ingin mencubit pipinya yang tembam.

Harist beranggut yakin. "Ya!"

Trringg... Trringg... 

"Aduh, ada telpon!" Harist merogoh saku celana kemudian melihat kontak di layar ponselnya.

Namu, sebelum diterima. "Amira, tolong panggilkan Birru anak Om dulu, ya!" pinta Harist.

"Amira sendiri?" tanyanya bukan karena takut. Tetapi karena Amira tidak tahu sama sekali rupa anak lelaki Om Harist.

"Kamu nggak perlu bingung. Di ujung jalan ini, ada taman. Hanya ada satu bangku panjang, tempat kesukaannya. Kamu bisa langsung mengenal Birru sebab wajahnya sangat mirip dengan Om."

Amira langsung mengerti. "Oke, Om. Amira ke sana, ya!" ucapnya langsung berlari pelan.

Kalau anaknya Om Harist, pasti kakak yang baik!

-oo8oo-

Amira berhenti di ujung jalan. Napasnya sedikit terengah-engah setelah berlari dengan semangat. Di depannya saat ini, terdapat taman yang tidak begitu luas. Sehingga memudahkan matanya untuk menelusuri sekitar. 

Ah, itu dia! 

Dari arah berlawanan, remaja lelaki duduk seperti membaca buku di tangannya. Menikmati rindangnya pohon ketapang yang menghiasi taman minimalis.

Amira melangkah tanpa ragu, menuju bangku itu.

"Assalamu'alaikum kak-----"

Amira tidak melanjutkan perkataannya. Terlalu terpesona dengan wajah kakak lelaki yang saat ini juga menatap dirinya.

Aku ingin memiliki Kak Birru!

Seketika kedua pipi Amira bersemu merah memikirkan hal itu.

"Ehem! Kenalin nama Amira, Amira Khadijah Putri Prajaswani. Panggil aja Amira atau Mira atau Ra!" ucapnya menjulurkan tangan seraya tersenyum manis.

"Kakak pasti Birru, kan? Amira kelas 5 SD, umur 11 tahun! Mau nggak jadi kakak Amira? Biar nanti Amira punya kakak laki-laki!"

Birru menatap intens tak suka sekaligus bingung dengan siapa anak kecil di depannya saat ini.

"Kak Birru?" Amira sedikit menyadarkan Birru sembari melirik juluran tangannya agar mendapatkan respons.

"Nggak mau! Aku nggak suka bocah! Apalagi yang ingusan!" tegas Birru kembali membaca buku yang ternyata adalah sebuah komik.

"Hah?" Gadis itu terpelongo. Amira mengepalkan tangannya. "Umur 11 tahun itu bukan anak kecil! Amira udah besar! Dan Amira juga nggak ingusan, kok!" ocehnya sebab tidak suka dikata seorang bocah ingusan.

"Ck! Ganggu! Bocah ya bocah! Ngaku-ngaku udah gede. Pergi sana!" usir Birru merasa terganggu.

Amira semakin geram. Diusir seperti itu, membuat Amira geregetan untuk menjambak rambut lelaki di depannya. Namun, tidak akan mungkin untuk dilakukan.

"Udah disapa baik-baik. Eh, malah sombong! Om Harist nyuruh Amira buat manggil Kak Birru sekarang!"

Tidak ada reaksi atau bahkan sahutan dari Birru.

"Udah, ah! Amira pergi duluan aja! Assalamu'alaikum!" ucapnya seraya pergi meninggalkan Birru bersama komiknya.

-Flash Back Off-

Wedding Ring for KhadijahDove le storie prendono vita. Scoprilo ora