04.

93 8 2
                                    

Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu.

Minta tolonglah pada Allah. Jangan engkau lemah.

HR. MUSLIM

-oo8oo-



"Jangan gerak terus, Ra! Jadi susah pasangnya!"

"Ya Allah, aku dari tadi diam, loh, ini."

"Tuh, kan, viel-nya melorot lagi!"

"Sambil duduk aja, deh, pasangnya."

"Nggak. Kainnya panjang, susah buat dipasang sambil duduk!"

Amira mendengus pelan. Menahan rasa keram di kaki sebab berdiri terlalu lama. Menunggu sahabatnya memasangkan headpiece di kepala depan. Sentuhan terakhir sebagai aksesoris.

"Yaudah, Abidah. Nggak pakai juga nggak apa-apa," ucap Amira tidak ingin membuat Abidah repot sendiri. "Kayak gini juga udah kelihatan bagus banget, kok."

Gadis itu menilik bayangannya. Panjang gaun tidak lewat dari mata kaki, terkesan menawan dengan warna pastel lembut. Ditambah potongan loose payet dan brokat menambah tingkat elegan dengan tidak mengubah nilai sederhannya. Sedangkan pashmina polos berbahan chiffon, tersalut indah hingga menutupi bagian dada. Tak lupa makeup serba matte yang ringkas berpadu cocok dengan wajah miliknya.

Cklek!

Suara pintu terbuka, membuat Amira penasaran. Namun sadar, ia sedang dalam keadaan mode diam. Mengurungkan niat untuk menoleh, begitupun Abidah yang berdiri di atas bangku kecil. Sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui siapa yang membuka pintu.

Gadis remaja menghapiri Amira yang tengah berdiri di depan cermin. Terkesima seperti melihat seorang putri dari kerajaan Timur Tengah.

"MasyaAllah Kak Rara, cantik banget! Aku jadi pengin nikah juga!"

"Halah! Kamu pasti cuma pengin gaunnya aja kan!" gumam Abidah yang masih membenarkan veil di kepala Amira.

"Ya. Habis dari ujung kaki sampai kepala, Kak Amira cakep banget. Pasti kalau aku yang pakai, cantiknya Kak Amira bakal terkalahkan!"

"Itu sih menurut kamunya aja kali."

"Hu! Kak Amira belum lihat aja!"

Pantulan wajah Amira mencurat senyuman manis. Melihat Tsana memanyunkan bibir yang juga terbalut pemulas natural seperti dirinya.

"Na, jangan dekat-dekat. Panas tahu!"

Tsana melirikt Amira dari balik cermin. "Kak Amira ngusir, ya?"

Seraya berdeham. "Secara nggak langsung sih, iya."

"Ih, kesal! Baru juga masuk!"

Mendengar penuturan sahabatnya, Abidah tertawa lepas. "Ra, jangan begitu ke calon adik ipar. Nanti kualat, loh."

"Nah, setuju sama Kak Bidah!"

"Astghfirullah, iya lupa. Maaf calon adek ipar," sahut Amira melirik usil.

Tsana berdecih sembari mengambil remot kecil di atas nakas. Terlalu baik untuk menurunkan suhu AC agar Amira tidak kepanasan.

"Aneh. Kak Amira kegerahan? Padahal temperatur AC udah paling rendah, loh," ucap Tsana menekan tombol remot ke bawah, namun tidak juga berubah.

"Kamu anak kencur belum paham, sih!"

Tsana menengok. "Lah, maksudnya? Kan benar aneh, Kak Abidah."

Wedding Ring for KhadijahWhere stories live. Discover now