03.

124 10 5
                                    

🌱TERUNTUK READERS🌱

1. Sebelum baca fokus dulu gaiss, biar feelnya dapet. Awokwokwok.

2. Kalian dilarang baca ketika bukan waktu luang!! Takutnya buat candu👀. Yang ada kewajibannya tertuda. Jangan sampai kayak si Markonah, anak tetangga yg hobinya ngomong 'iya bentar dulu, iya bentar dulu'. Eh akhirnya... (Tau sendiri lah, ya)

3. Balik ke poin pertama. Dan semangat membaca✨



-oo8oo-

Tentangku:

Menghubungkan 2 titik yang bukan dalam satu garis lurus di bibir, sangat mudah walau palsu.

Daripada mengatakan alasan, mengapa hari ini hati menjadi pilu.

-oo8oo-



Sejak mendapat sanggahan pedih dari Birru, Amira meredamkan emosinya di dalam kamar mandi. Selain mengeluarkan tiga perempat bendungan air dari matanya, ia juga perlu menyiapkan mental dan memasang wajah sebaik mungkin. Walaupun tidak menutupi tanggapan dari yang mengetahui bahwa ia benar telah terisak.

Detak jantungnya kini mulai berdegup normal. Meskipun napasnya masih perlu diatur, Amira memutuskan untuk keluar dari tempat itu. Kemudian berjalan dengan langkah kecil menuju ruang makan tepat di samping dapur.

"Bismillah. Yakin, Ra!" bisiknya sendiri menepuk pelan kedua pipinya.

Amira melewati ruang tengah. Ketika berbelok ke kanan, meja panjang dengan sisa-sisa makanan di dalam wadah terpampang jelas. Saat ini, terlihat dua keluarga sedang larut dalam cengkerama seraya menunggu seseorang.

"Nah, Putri Khadijah-nya datang juga."

Sapaan pertama terdengar sangat familiar. Membuat Amira tanpa sadar mengukir lengkungan indah di bibirnya.

"Maaf, Om Harist. Amira lama, ya?" tanya Amira hanya sebagai formalitas. Menyadari bahwa ia telah membuat orang-orang menunggu.

Amira berjalan ke kursi asalnya, di samping Umi Wani yang berseberangan dengan ibunda Birru.

"Sangat! Sampai Om mau tambah lagi, eh kata Bi Inah stok rendangnya sudah habis." Sambung tawa kecil dari Om Harist, menyusul kekehan dari yang mendengarnya.

Amira nyengir kaku. Memperlihatkan gigi kelinci yang membuatnya semakin jelita.

"Kalau begitu besok, InsyaAllah Amira antarkan ke rumah Om Harist bareng Ramadhan, deh. Tapi kalau Bi Inah mau masakin lagi sih, buat Om."

Senggolan sikut membuat Amira menoleh.

"Ck! Bercandanya Amira."

Di sela gelak tawa dari seluruh penghuni dapur, kecuali Birru. Lagi-lagi Amira tersenyum tanpa dosa berhadapan dengan Umi Wani.

Amira kembali ke posisi semula. Lanjut membungkukkan sedikit badannya seperti tradisi Jepang.

"Amira minta maaf lagi Om Harist," cakap Amira dengan sopan.

Wedding Ring for KhadijahWhere stories live. Discover now